TintaSiyasi.com -- Ironi, itulah kata yang pantas disematkan ketika melihat kondisi negeri ini. Negeri subur dengan limpahan kekayaan alam di sana sini. Namun, rakyatnya justru mengalami kemiskinan tak bertepi, dan stunting pun terjadi.
Oleh karenanya, penanganan stunting dan kemiskinan ekstrem masih terus menjadi program prioritas pemerintah pada tahun 2023. Ini karena tidak ada kemajuan yang cukup berarti terhadap dua persoalan besar tersebut.
Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy mengungkapkan, penyebab stunting dilatarbelakangi oleh fenomena kemiskinan ekstrem seperti kendala dalam mengakses kebutuhan dasar, akses air bersih, fasilitas sanitasi dan lainnya.
Sementara pemerintah mengklaim telah berupaya keras menurunkan kemiskinan dan stunting. Seperti dikatakan Menko PMK, bahwa pemerintah telah melakukan upaya serius dalam penanganan stunting dan kemiskinan ekstrem melalui intervensi gizi spesifik yakni intervensi yang berhubungan dengan peningkatan gizi dan kesehatan. Juga intervensi gizi sensitif yakni intervensi pendukung untuk mempercepat penurunan stunting seperti penyediaan air bersih, MCK dan fasilitas sanitasi (Republika, 14/0/2023).
Akar Masalah Kemiskinan dan Stunting
Sudah menjadi tabiat penguasa kapitalisme ketika menyelesaikan masalah, bukan pada akar masalah. Tetapi diselesaikan di masalah turunannya. Sudah nyata di masyarakat ketidakmampuan seseorang memenuhi kebutuhan pokok seperti pangan akan menyebabkan bahaya terhadap jiwanya misalnya sakit.
Syeh Muhammad Ismail dalam kitabnya Fikrul Islam mengatakan, makan merupakan hajatul udwiyah (kebutuhan jasmani) yang harus dipenuhi ketika dan pada saat itu juga. Jika pemenuhannya ditunda/tidak dipenuhi secara layak akan menimbulkan dharar (bahaya) terhadap jiwa.
Apabila terjadi stunting bisa dipastikan gizi makanan pada anak-anak tersebut tidak dipenuhi secara layak, sehingga tumbuh kembang mereka terganggu.
Salah satu penyebab ketidaklayakan terpenuhinya gizi adalah kemampuan ekonomi keluarga dalam menyediakan gizi yang baik untuk anak-anak. Ketidakmampuan ekonomi keluarga ini dipicu oleh kemiskinan. Sementara kemiskinan yang terjadi saat ini adalah kemiskinan sistemik. Pasalnya kemiskinan yang terjadi adalah dampak penerapan sistem ekonomi kapitalisme yang membuat para kapital legal menguasai kekayaan alam (SDA) yang notabene kekayaan alam tersebut merupakan harta kepemilikan umum (rakyat).
Hasil yang melimpah dari sektor ini masuk ke dalam kantong-kantong korporat, akibatnya negara tidak mempunyai dana untuk mengurusi rakyatnya. Justru yang ada penguasa kapitalisme memalak rakyat dengan berbagai macam jenis pajak. Rakyat pun juga susah mencari pekerjaan yang layak.
Ini karena penguasa kapitalisme hanya sebagai regulator para kapital. Tugas mereka adalah memastikan bahwa setiap regulasi harus memberi keuntungan kepada para kapital. Akibatnya kemiskinan sistemis pun terjadi. Belum lagi layanan publik yang dikomersialisasi seperti: pendidikan, kesehatan dan keamanan diperjualbelikan kepada rakyat. Mereka harus membayar jika ingin menikmati layanan ini.
Begitu juga dengan kebutuhan pokok. Misalnya sandang, pangan dan papan yang seharusnya murah dan terjangkau justru dimonopoli oleh swasta. Sehingga hanya mereka yang memiliki kelebihan harta yang mampu membelinya.
Sedangkan yang miskin mereka hanya bisa menahan, bahkan mimpi untuk bisa tercukupi.
Inilah akar kemiskinan dan stunting. Dua hal tersebut merupakan akibat penerapan sistem ekonomi kapitalis. Oleh karena itu kita membutuhkan sistem ekonomi alternatif agar mampu menyelesaikan problem kronis ini.
Khilafah Satu-satunya Solusi
Satu-satunya solusi yang mampu menyelesaikan masalah ini adalah sistem yang disebut khilafah. Penguasa dalam sistem khilafah berjalan di atas syariat Islam. Sehingga setiap kebijakan tidak akan keluar dari syariat. Sementara syariat memerintahkan penguasa adalah khadimul ummah (pelayan umat) dengan melaksanakan sabda Rasulullah SAW, "Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya." (HR. Bukhari). Maka menyelesaikan kasus kemiskinan dan stunting akan begitu mudah oleh khilafah. Karena negara menerapkan politik ekonomi Islam.
Mekanismenya diawali dari negara menjamin setiap individu per individu terpenuhi kebutuhan pangan dan nutrisi. Jaminan ini terwujud dari:
Pertama, khilafah menyediakan lapangan pekerjaan yang luas, sehingga tidak ada satu laki-laki pun yang tidak mendapatkan pekerjaan. Dengan bekerja setiap laki-laki yang memiliki tanggung jawab nafkah, akan mampu memenuhi kebutuhan pokok, sandang, pangan dan papan keluarganya. Konsep ini akan menutup celah stunting karena anak-anak akan tercukupi gizinya.
Kedua, negara fokus pada peningkatan produksi pertanian dan pangan berikut segala riset dan jaminan kelancaran seluruh proses pengadaannya. Mendata ketersediaan dan distribusi pangan agar tepat sasaran. Jika memang tidak tercukupi, khilafah akan meminta bantuan wilayah Khilafah yang lain atau impor untuk sementara waktu.
Ketiga, khilafah akan menutup celah memonopoli pasar oleh para spekulan, sehingga harga barang di pasar akan mengikuti mekanisme pasar. Supply and demand barang akan dikontrol oleh negara. Konsep ini akan membuat masyarakat bisa menjangkau kebutuhan pokok dan gizi keluarga mereka.
Keempat, khilafah akan melarang penguasa untuk privatisasi SDA oleh para kapital. Dalam Islam kekayaan alam adalah harta kepemilikan umum yang haram untuk dikuasai oleh sebagian orang. Karenanya Islam mengatur pengelolaan kekayaan alam ini ada di tangan negara dan hasilnya diberikan seluruhnya kepada rakyat.
Salah satu bentuk hasilnya adalah jaminan kebutuhan dasar publik seperti kesehatan, pendidikan dan keamanan. Ini semua akan rakyat dapatkan secara gratis.
Alhasil setiap anak akan mendapatkan jaminan dan layanan kesehatan berkualitas dan gratis. Kesehatan dan kebutuhan gizi mereka terpantau.
Hanya dengan penerapan sistem ekonomi dalam bingkai sistem Islam kaffahlah problem kemiskinan dan stunting bisa tuntas terselesaikan. Tidak hanya di negeri ini tetapi juga di seluruh dunia.
Allahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Faizah
Aktivis Muslimah
0 Comments