Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Islam Mampu Mewujudkan Generasi Cemerlang


TintaSiyasi.com -- Penerapan sistem sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan nyata merusak potensi generasi. Generasi sebagai aset masa depan bangsa dibajak potensinya demi memenuhi dunia industri, terdidik dan terpola sebagai buruh. Hidupnya diisi dan dihiasai untuk mengejar materi dan kesenangan jasmani. Muncul generasi yang individualis, konsumtif dan hedonis, tidak peka dengan lingkungan sekitar, apalagi amar makruf nahi mungkar.

Berbeda dengan Islam. Tinta emas sejarah mencatat banyak lahir pemimpin dan ulama dari rahim peradaban Islam. Diusia belia telah banyak menorehkan jejak untuk kemuliaan Islam dan peradabannya. Muhammad al Fatih diusia 21 tahun berhasil menaklukkan konstantinopel. Ada Mushaf bin Umair. Diusia belianya sanggup meninggalkan kemewahan dunia karena kecintaannya pada Islam. Beliau merupakan duta pertama Baginda Rasulullah, yang dikirim berdakwah ke Madinah. Selama satu tahun berdakwah di Madinah hingga kota tersebut siap dijadikan tujuan hijrah Nabi SAW hingga lahir peradaban Islam. Masih banyak pemimpin dan ulama seperti Imam Syafii, yang diusia belia sudah mampu mengeluarkan fatwa. Bagaimana Islam mampu mencetak generasi ulama sekaligus pemimpin peradaban?

 
Support Sistem Islam

Generasi cemerlang, pemimpin dan penjaga peradaban banyak lahir dari sistem Islam. Support sistem Islam sehingga lahir generasi cemerlang:

Pertama, sistem politik Islam sistem yang independen sekaligus periayah. Keberadaan penguasa sebagai periayah rakyat sebagaimana sabda Baginda Nabi SAW, "Imam (Khalifah) adalah raain (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari). Tanggung jawab dalam periayahan semata karena dorongan ketakwaan bahwa amanah kelak akan dipertanggungjawabkan. 

Seorang imam sekaligus pelindung bagi rakyatnya, sebagaimana sabda Baginda Nabi SAW, "Sesungguhnya al-Imam (Khalifah) itu perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dan lain-lain). 

Keberadaan penguasa dalam sistem Islam semata melaksanakan syariat yang datang dari Allah. Bisa dipastikan, penguasa dalam sistem Islam bebas dari intervensi oligarki, baik swasta, asing maupun aseng.

Kedua, sistem ekonomi Islam menjamin keberkahan dan keadilan. Jaminan tersebut terletak pada; pertama, setiap individu termasuk penguasanya menjalankan aturan Islam karena dorongan ketakwaan bukan motif ekononi maupun keuntungan; kedua, sistem ekonomi Islam mencegah kekayaan berada pada segelintir orang. Islam memandang problematika ekonomi pada distribusi bukan produksi, sehingga Islam menjamin setiap individu terpenuhi kebutuhannya; ketiga, Islam mengharamkan memakan harta orang lain secara zalim

Ketiga, sistem pendidikan berbasis akidah islamiyah. Tujuan pendidikan dalam Islam untuk membentuk kepribadian Islam, yakni individu yang memiliki pola pikir dan nafsiyah sesuai syariat Islam. Outputnya, lahir individu yang kuat akidahnya, menguasai tsaqafah Islam dan mahir dalam ilmu kehidupan (life skill)

Keempat, sistem sosial yang menjaga kebersihan masyarakat dan menjaga keutuhan keluarga. Adanya aturan kehidupan laki-laki dan wanita terpisah, boleh bertemu ketika keperluan syar'i, kewajiban menutup aurat dan ghodhul bashor. Larangan berkhalwat (berdua-duaan dengan yang bukan mahram), juga larangan ikhtilat, campur baur laki dan perempuan. 

Negara berperan dalam memberikan kemudahan hidup dalam aspek ekonomi, pendidikan, kesehatan dan keamanan. Negara juga memastikan setiap anggota keluarga mampu menjalankan peran dan fungsinya masing-masing

Kelima, sistem sanksi yang tegas dalam Islam tanpa memandang strata masyarakat. Sebagaimana sabda Nabi SAW, "Demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya, seandainya Fatimah puteri Muhammad mencuri, aku akan memotong tangannya." (HR. Bukhari dan Muslim).

Sanksi didalam Islam memiliki dua fungsi, yakni jawabir dan zawajir, yakni mencegah orang lain berbuat maksiyat dan sebagai penghapus dosa.

Keenam, sistem informasi yang mencegah pemikiran dan budaya yang merusak. Negara wajib melindungi warga dari serangan pemikiran atau budaya yang merusak, seperti konten porno atau budaya yang tidak sesuai Islam, dengan memblokir konten-konten tersebut. Negara melindungi warga dari pemikiran yang merusak yang berasal dari selain Islam dengan membatasi, pemikiran tersebut boleh diajarkan ditingkat perguruan tinggi. Itupun dalam rangka membongkar kerusakannya, bukan untuk diterapkan. Negara juga melindungi warga dari adat dan budaya yang merusak akidah maupun akhlak masyarakat.

 
Khatimah

Generasi cemerlang hanya lahir dari peradaban Islam, sejarah sudah membuktikannya. Saat ini, ketika umat Islam hidup dalam sistem sekuler, lahir generasi yang individualis, hedonis dan materialis. Agar lahir generasi cemerlang, maka harus ada perubahan yang mendasar dan menyeluruh, yakni mewujudkan institusi yang menerapkan Islam secara kafah dengan dakwah berjamaah mengikuti metode yang sudah di contohkan Rasulullah SAW.

Wallahu a'lam. []


Oleh: Ida Nurchayati
Sahabat TintaSiyasi
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments