TintaSiyasi.com -- Kemajuan sebuah negara pastinya menjadi dambaan semua bangsa. Hal ini pun diungkapkan oleh Presiden Jokowi di akun Twitter resminya di awal tahun baru ini. Dalam cuitannya, Presiden Jokowi mengajak seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk menyongsong harapan dan peluang yang baru di 2023 untuk menuju Indonesia yang maju. (mediaindonesia.com, 1/1/2023).
Sayangnya, ajakan dan harapan tersebut seolah jauh panggang dari api. Sebab, fakta berbicara di tahun 2022 saja banyak permasalahan negeri yang belum juga tuntas. Harapan Indonesia maju di tahun 2023 ini pun jelas belum pasti, jika segunung problematika terus saja menghampiri.
Ya, ada banyak fakta bahwa Indonesia masih sangat jauh dari kata maju. Sebutlah, menurut Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo mengungkapkan bahwa angka kejahatan atau tindak pidana selama kurun waktu 2022 mengalami kenaikan sekitar 7,3 persen dibanding pada tahun 2021 lalu. Pada tahun 2021 lalu ada 257.743 tindakan kejahatan sedangkan tahun 2022 sebanyak 276.507. Sementara itu, total barang bukti narkoba yang diamankan oleh Polri selama tahun 2022 adalah senilai 11 triliun. (republika.co.id, 1/1/2023).
Kasus korupsi pun makin menggurita. Data mengungkapkan Penanganan perkara korupsi oleh tim Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Korupsi (Jampidsus) sepanjang tahun di Indonesia, yang belum terselesaikan dengan tuntas.
Berbagai persoalan tersebut niscaya membuat harapan adanua perbaikan kondisi pada tahun 2023 pun sangatlah tipis. Terlebih saat ini fokus para pejabat sudah disibukkan dengan agenda Pemilu tahun 2024. Berbagai problematika umat pun mungkin akan makin terbengkalai.
Menggunungnya permasalahan di Indonesia, yang seolah tidak ada habisnya, sejatinya tidak terlepas dari diterapkannya sistem kapitalisme-sekularisme atas negeri ini. Sistem buatan akal manusia yang lemah lagi terbatas inilah yang menciptakan kerusakan yang menimpa umat hari ini, sebagaimana firman Allah Swt., "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (TQS. ar-Rum: 41).
Inilah penyebab menggunungnya problematika bangsa ini, karena buah penerapan sistem yang meyuburkan kemaksiatan. Bahkan tidak sedikit kemaksiatan terjadi justru dari kebijakan yang diterapkan oleh penguasa. Alhasil, alih-alih menjadi negeri yang maju, berbagai problematika justru datang silih berganti.
Ya, negara tidak ada kemajuan, karena akibat berpaling dari syariat Allah. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Swt., "Siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit. Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta." (TQS. Taha: 124).
Selama sistem kapitalisme-sekularisme ini diterapkan niscaya berbagai problematika bangsa tidak kunjung usai. Maka tidak ada solusi lain, selain mencampakkan sistem ini, kemudian menggantinya dengan sistem yang penuh berkah yang menerapkan aturan-Nya secara kafah, yakni Islam.
Hanya sistem Islam yang mampu membawa harapan dan perubahan yang niscaya membawa kebaikan bagi Indonesia. Demikian pula terwujudnya generasi calon pemimpin yang berkualitas, niscaya hanya dapat terwujud dalam naungan sistem Islam yang diterapkan secara kafah dalam bingkai khilafah. Wallahualam bissawab.
Oleh: Suanah, S.Ag.
Aktivis Muslimah
0 Comments