Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

FKUB Millenial, Merusak Pemahaman Generasi


TintaSiyasi.com -- FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) merupakan forum yang dicanangkan oleh masyarakat serta pemerintah pun ikut serta memfasilitasi forum ini katanya dalam rangka membangun, memelihara, dan memberdayakan umat beragama untuk kerukunan dan kesejahteraan. Pada dasarnya, program ini dibentuk untuk menggeruskan paham moderasi beragama dalam masyarakat, agar di suatu negeri itu menerapkan paham ini serta mengajak para millenial muda untuk ikut berpartisipasi di dalamnya. Karna pemuda ini lah yang akan menjadi generasi selanjutnya.

Kabar-kabarnya program moderasi ini adalah lagi lama dengan judul yang baru. Islam moderat, Islam Liberal dan Islam Nusantara itu katanya sudah biasa didengar oleh masyarakat. Yang mana program ini mengambil jalan tengah dalam hal beragama atau biasanya sering kita dengar dengan toleransi dalam beragama.


Fakta Terkait FKUB Sekarang Ini

Baru-baru ini wakil Gubernur Sumbar, Audy Joinaldi melantik serta mengukuhkan secara resmi Pengurusan FKUB Provinsi Sumatera Barat periode 2022-2027, Rabu (16/11) di Istana Gubernur, Jl. Sudirman. Dalam pelantikan ini dihadiri oleh beberapa para pejabat lain, di antaranya Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Barat yang diwakili Kabag TU Miswan, Kepala Badan Kesbangpol, Jerfinal Arifin, Pimpinan Forkopimda dan pimpinan ormas, dan masih banyak lagi. Ketika itu Wagub mengatakan bahwasannya di Indonesia ada indeks kerukunan atau toleransi, namun sayangnya, indeks ini berada di urutan ke-33 dari 34 Provinsi. Ke depan peran FKUB ini sangat penting, ujarnya. Di sini tokoh-tokohnya, perwakilan ormas Islam, Kristen, Katolik, Buddha dan Hindu lengkap. Yang terpenting forumnya kompak dulu, jikalau forumnya telah kompak maka sulit untuk dicerai beraikan, ujarnya lagi.

Dan pada Kamis, 15 Desember 2022, Kelurahan Pasar Usang di Aula STAI Imam Bonjol sekretaris Daerah Kota (SEKDAKO) Sonny Budaya Putra telah meresmikan FKUB millenial Kota Padang Panjang. Ia mengatakan bahwa FKUB memiliki peran strategis dalam mengelola keberagaman dan merawat kerukunan di Indonesia, dan itu perlu terus dilakukan sosialisasi dan promosi nilai-nilai moderasi beragama yang dapat mendorong kerukunan dan toleransi di antara berbagai elemen masyarakat.

Serta Ketua FKUB Provinsi Sumatera Barat Profesor Duski Samad mengatakan bahwasannya falsafah adat minangkabau yaitu Adat Basandi Syara', syara' Basandi Kitabullah sangat mengajarkan sikap toleransi dalam beragama, ia juga menegaskan bahwasannya budaya minangkabau sangat menerima orang yang beragama lain untuk hidup dilingkungan masyarakat Sumatera Barat serta ia menerapkan prinsip Moderasi Beragama yang menghargai keberadaan agama lain yang mana ini sudah sejak dahulu dijalankan oleh masyarakat minangkabau, jelas Duski.


Pantaskah FKUB ini diterapkan di kalangan masyarakat? Sebenarnya paham moderasi beragama ini menjadikan pemahaman Islam yang berasal dari Al-Qur'an dan As-Sunnah dapat dipahami atau diterapkan agar sesuai dengan nilai-nilai demokrasi barat membentuk sebuah opini dalam masyarakat bahwa moderasi beragama sesuai dengan nilai adat adalah sebuah kebodohan. Adat minangkabau membenarkan adanya perbedaan tapi tidak menjadikan nilai-nilai di luar Islam diadopsi dalam kehidupan sehari-hari.Persoalan Intoleransi dijawab pada FKUB. Harapannya adalah agar dapat mewujudkan keharmonisan antar pemeluk agama. Berbagai program serupa disinyalir mampu menyelesaikan persoalan intoleransi. 

Kata-kata artikulasinya sangat manis sekali apabila didengar, padahal forum ini sangat berbahaya bagi masyarakat, khususnya kaum intelektual, karena forum ini bertujuan besar untuk membelokkan pemahaman masyarakat agar memiliki pandangan bahwasannya semua agama itu sama dan harus dihormati, sampai-sampai kata toleransi itu digunakan oleh masyarakat itu melewati batas wajarnya, telah keluar dari koridor syariat, seperti mengucapkan hari natal, merayakan tahun baru non-Muslim, itu dianggap sebagai hal yang wajar dilakukan oleh umat Islam, dengan label tadi yaitu toleransi dalam beragama.

Forum ini sebenarnya salah satu ide Barat untuk meracuni dan merusak pemikiran kaum muslimin terutama para generasi umat agar jauh dari syariat dengan dalih beragama. Namun, mereka tidak sadar akan hal ini. 


Solusi Tuntas Menciptakan Kerukunan Terutama dalam Masyarakat

Sebenarnya tidak salah kalau semua agama itu saling menghormati dan toleransi terhadap sesama, sebab Islam berabad-abad yang lalu telah menjelaskan setiap manusia punya hak dengan keyakinannya masing-masing seperti dalam QS. Al-Kafirun. Tidak ada paksaan dalam beragama karena sejatinya manusia diciptakan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku dalam QS. Al-Hujurat ayat 13.

Hanya saja ketika seseorang telah memeluk agama Islam, maka Allah SWT memerintahkan hambanya agar berislam secara kaffah sebagaimana dalam QS.Al-Baqarah ayat 208. Harusnya program yang paling tepat untuk kaum millenial pada saat ini adalah dengan memahamkan pada mereka Islam dengan kaffah sesuai tuntunan Al-Qur'an dan As-Sunnah, sehingga mereka menjadi generasi yang taat dan menjadi calon pemimpin masa depan. Bukan dengan mengotori pemikiran generasi millenial sekarang dengan pemikiran rusak yang diadopsi Barat.

Pemikiran rusak yang diadopsi oleh Barat itu adalah dengan membiarkan generasi muda beribadah, akan tetapi memaksakan aturan yang dibuat oleh manusia dengan mencampakkan aturan yang berasal dari Allah SWT. Dengan begitu, Barat ingin menjadikan generasi millenial saat ini sekuler yang hidupnya diatur sesuai arahan dan pandangan hidup yang berasal dari ideologi kapitalisme.

Seharusnya Kementerian Agama, ulama, tokoh adat dan para intelektual di Sumatera Barat, bekerja sama menjaga akidah para millenial dan mencampakkan ide-ide rusak tersebut, bukan malah menjadi perpanjangan tangan dari mereka. Seperti mengembalikan peran Padang Panjang sebagai Kota Serambi Makkah tempat belajar agama dan melahirkan generasi yang menjadi sosok pemimpin masa depan dengan Islam. Memantapkan potensi yang dimiliki para pemuda millenial sebagai agen perubahan untuk kejayaan Islam, bukan sebagai budak kapitalis.

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Mutiara Dwi Persada
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments