TintaSiyasi.com -- Sungguh tragis nasib yang dialami seorang pelajar SMK di Medan, Sumatra Utara. Remaja berinisial EFA tersebut meregang nyawa di sebuah SPBU setelah dibacok dengan clurit. Dia dikeroyok oleh tiga pemuda yang merupakan pelajar dari sekolah lain. Diketahui, korban dan pelaku terlibat dalam tawuran akibat dendam antarsekolah (kompas.com).
Kejadian memilukan ini bukan pertama kali terjadi di negeri ini. Sudah sangat sering terjadi tawuran pelajar yang memakan korban jiwa. Para pelajar yang merupakan harapan bangsa untuk menentukan masa depan sebuah negara, justru sering terlibat dalam aksi-aksi brutal. Bukan hanya tawuran, pelajar sekarang juga makin berani berperilaku tak sopan, bahkan kerap melakukan perundungan.
Baru-baru ini, viral video yang memperlihatkan beberapa pelajar melakukan perundungan kepada seorang nenek. Mereka mencaci, bahkan juga menendang sampai nenek itu terjatuh di jalan. Peristiwa tersebut diketahui terjadi di Tapanuli Selatan. Sungguh, mereka sudah tidak punya adab.
Buah dari Kapitalisme Sekuler
Kelakuan liar dan brutal dari para pelajar ini tak lepas dari adanya kapitalisme sekuler yang diterapkan di negeri ini. Dalam kapitalisme sekuler, kurikulum pendidikan hanya menekankan untuk mempersiapkan pemuda memasuki dunia kerja. Pembelajaran yang dilakukan di sekolah pun hanya sekadar transfer pengetahuan, tanpa ditanamkan adab dan akhlak. Bahkan, ilmu agama juga makin dikerdilkan dalam dunia pendidikan.
Pesatnya perkembangan teknologi juga tak bisa dimungkiri ikut berperan membentuk karakter pemuda. Kapitalisme sekuler meniscayakan apa pun bisa dibisniskan demi meraup keuntungan. Alhasil, semua konten bebas beredar di media dan ditonton oleh para pemuda. Film dan game yang mengangkat tema kekerasan kerap menjadi tontonan favorit bagi sebagian besar kaum muda. Inilah yang mempengaruhi mental mereka, sehingga mereka terpicu untuk melakukan aksi-aksi kekerasan juga.
Demikianlah potret buram pemuda saat ini, sebagai hasil dari penerapan kapitalisme sekuler. Sungguh miris, karena para pemuda Muslim adalah harapan umat untuk kebangkitan Islam. Namun, Barat berupaya menjauhkan pemuda Muslim dari nilai-nilai ajaran Islam. Musuh-musuh Islam menyadari, ketika para pemuda memahami Islam dan menjalankan semua ajaran agamanya, otomatis Islam akan kembali bangkit, dan peradaban Barat pun akan tersingkir.
Mereka pun sengaja menghancurkan generasi muda dengan meracuninya dengan pemikiran kapitalisme sekuler yang serba bebas. Kecanggihan teknologi dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam untuk menyusupkan ide-ide mereka. Para pemuda pun 'dininabobokan' dengan berbagai tontonan dan hiburan, yang akhirnya melalaikan mereka dari mempelajari agama dan memperjuangkan Islam.
Potret Pemuda Muslim
Sejarah kegemilangan Islam tak lepas dari peran kaum pemuda yang turut serta berjuang di usia mereka yang masih belia. Tercatat dalam tinta emas sejarah, Muhammad Al Fatih berhasil menjadi penakluk Konstantinopel, padahal usianya baru menginjak 23 tahun. Sejak belia, beliau dididik dengan ilmu dan adab islami yang luar biasa.
Jauh ke belakang bisa kita lihat perjuangan Mush'ab Bin Umair, sahabat Rasulullah SAW yang sangat berjasa dalam menyebarkan dakwah. Beliau menjadi pembuka berdirinya negara Islam di Madinah. Di usianya yang masih muda, dia tinggalkan semua kemewahan yang dimiliki di Makkah dan berangkat ke Madinah seorang diri untuk berdakwah di sana.
Selain dua tokoh ini, masih banyak sosok pemuda Islam dengan berbagai kiprah gemilangnya. Lahirnya sosok-sosok pemuda tangguh ini tak lepas dari ajaran Islam yang mendarah daging dalam diri mereka sejak mereka kecil. Pendidikan agama yang mereka dapatkan sejak dini sangat berpengaruh dalam jiwa mereka. Pendidikan tersebut bukan hanya didapat dari keluarga, tapi juga didukung oleh lingkungan dan kebijakan negara saat itu.
Dalam Islam, pendidikan sangatlah diutamakan, terutama pendidikan agama. Negara bertanggung jawab menyediakan sarana pendidikan yang memadai bagi rakyatnya, agar setiap anak bisa mendapatkan pendidikan yang layak, baik itu pendidikan agama maupun pendidikan umum. Islam juga tidak membedakan ilmu yang diajarkan di sekolah. Setiap mata pelajaran baik itu sains, matematika, bahasa, dan lainnya, semua akan dikaitkan dengan agama. Maka, setiap pelajar sejak dini akan dibentuk pemahaman dan kepribadiannya sesuai dengan Islam.
Jika Islam diterapkan dalam institusi negara kita tidak akan lagi menemui pemuda yang krisis identitas dan menjadi pemuda liar. Mereka akan menjadi sosok-sosok pejuang yang tangguh, yang siap membela agama dan negaranya. Untuk itu sudah saatnya kita campakkan sistem sekuler kapitalisme ini dan kembali ke sistem Islam.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Sri Wulandari
Pemerhati Generasi
0 Comments