TintaSiyasi.com -- Kulihat ibu pertiwi
Sedang bersusah hati
Air matanya berlinang
Mas intannya terkenang.
Sebait lagu yang menggambarkan duka negeri tercinta ini.Bencana alam seakan tak henti menyapa, mulai dari gempa bumi, banjir dan erupsi.
Sebut saja salah satunya Gunung berapi Tertinggi di Asia Tenggara yaitu Gunung Kerinci yang ada diperbatasan Sumatera barat dan Jambi ini, sejak mulai bulan Oktober hingga November sudah mengalami 20 kali erupsi sehingga masuk dalam status level II atau bisa dibilang waspada (www.detik.com, 06/12/2022)
Karena memang masih level 2, jadi pemerintah hanya melakukan himbauan saja, dan penutupan pendakian sementara. Sudah dimaklumi, secara geografis Indonesia termasuk negeri rawan bencana. Untuk tingkat kegempaan, Indonesia bahkan tergolong sangat tinggi di dunia karena Indonesia berada di jalur gempa teraktif di dunia karena dikelilingi oleh cincin api Pasifik dan berada di atas tiga tumpukan lempeng.
Ketika terjadi sebuah bencana maka akan berdampak besar bagi kehidupan masyarakat. Jutaan orang harus mengungsi,ratusan ribu bagunan dan fasilitas umum rusak. Sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi bahkan sosial yang besar. Dan diprediksi akan lebih besar bencana alam yang terjadi pada tahun-tahun berikutnya.
Disisi lain para calon pilpres 2024 dan para simpatisan malah sibuk mencari pendukung koalisi masing-masing. Mulai dari tokoh pendidikan ataupun tokoh agama dirangkul. Bahkan tak sedikit para pejabat negara sudah menyatakan dukungannya pada masing-masing calon. (www.tempo.com, 04/12/2022).
Sungguh miris melihat perbandingan bencana dan jelang pilpres 2024 tersebut. Dimana yang seharusnya negara fokus penanggulangan bencana agar tidak berulang malah saling berebut dukungan untuk sebuah jabatan. Mitigasi yang seharusnya dilakukan dari berbagai aspek nyatanya tak ada. Begitulah watak kapitalisme yang dimana setiap individu mementingkan kepentingan pribadi dan mencari manfaat dalam hal apapun.
Pemerintah yang seharusnya fokus dalam tindakan penanggulangan bencana dimana fakta yang kita temukan mitigasi seadanya yang setiap terjadi bencana pemerintah nyaris selalu kalah cepat dengan para relawan seperti LSM, ataupun ormas. Tidak sedikit ketika jelang pilpres saat ini para calon hanya menjadikan turun lapangan untuk membangun kesan memperbaiki Citra.
Dalam sistem Islam ketika kita mengalami musibah maka yang pertama adalah menghadapi dengan keimanan karena tak ada satupun musibah yg dialami melainkan atas kehendak Allah SWT. Setelah itu kita bersabar dalam menghadapi ujian, dan tak lupa untuk selalu bertawakal kepada-Nya. Musibah juga bisa menjadikan kita tetap bersyukur atas nikmat yang lainnya. Dan tak lupa untuk selalu bermuhasabah.
Ketika terjadi musibah memang semua masyarakat wajib ambil andil dalam tolong menolong. Akan tetapi pemerintah/negaralah yang paling utama berada di garda terdepan. Dimana negara wajib memenuhi keamanan keselamatan dan kesejahteraan rakyat. Ketika terjadi bencana alam pun negara wajib memenuhi kebutuhan seperti posko kesehatan, keselamatan dan serta kebutuhan pangan, selain itu juga negara wajib memperbaiki dalam hal kerusakan pada tempat tinggal dan lingkungan sekitar. Pemerintah pun harus menjalankan langkah preventif dalam hal bangunan dan lainnya dalam upaya tidak terjadi bencana berulang kembali. Program mitigasi bencana dapat dilakukan melalui pembangunan secara fisik maupun peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Meskipun membutuhkan dana tidak sedikit begitulah semestinya peran negara dalam menjaga umat. Sebagaimana dalam hadits:
"Pemimpin Manusia adalah pengurus mereka dan dia bertanggungjawab atas (urusan) rakyatnya. (HR. Al- Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At- Tirmidzi dan Ahmad).
Oleh karena itu marilah kita sama-sama berusaha menerapkan Islam secara kaffah, agar Islam sebagai rahmatan bagi seluruh alam terwujud sehingga Allah rida atas bumi yang kita tinggali ini. Wallahu'alam bisshowab.
Oleh: Siti Rohmah, S.AK.
Aktivis Muslimah
0 Comments