Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

KUPI, Topeng untuk Merusak Islam dan Kaum Muslim

TintaSiyasi.com -- Rangkaian Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) II telah berlangsung pada 24-26 November 2022. Acara tersebut diselenggarakan di Pondok Pesantren Hasyim Asy’ari, Bangsri, Jepara-Jawa Tengah. Hasilnya adalah peminggiran perempuan dalam menjaga NKRI dari bahaya kekerasan di balik agama, perlindungan perempuan pada pemaksaan perkawinan dan dari bahaya tindakan pemerkosaan. Termasuk pula ranah pemotongan ataupun pelukaan genetalia tanpa alasan riil secara medis serta berkaitan dengan lingkungan hidup yaitu pengelolaan sampah. Itulah hasil yang didapatkan dari agenda KUPI. (indopos.co.id, 27/11/2022)

Dikutip dari harakatuna.com, (20/11/2022) agar terwujud Islam sebagai rahmatan lil'alamin yaitu rahmat bagi seluruh alam semesta. KUPI berpandangan bahwa keterwakilan kaum hawa (perempuan) menjadi penting untuk menyuarakan berbagai isu perempuan. Itu dilakukan agar perempuan mendapatkan maslahat atau manfaat. Karena sejauh ini kaum hawa hanya menjadi bagian dari korban di lingkungannya. Dan tak sedikit pula yang mendapatkan kekerasan seksual. Dari itu semua, KUPI membentuk kelompok atau jaringan yang peduli dan mau bersuara. Yang sebagian besar akan diisi oleh kaum milenial muda.

Dari fakta di atas kita mendapati beberapa diksi yang menjadi kesepakatan atau hasil dalam kongres ulama perempuan Indonesia. Kita semua tentunya akan bertanya apakah KUPI ini benar sebagai perwakilan para ulama perempuan umat muslim? Termasuk pada sisi konsep ‘rahmatan lil alamin’ yang disebutkan pada kongres apakah sejalan pula dengan Islam? Serta mampukah konsep itu menghapus tuntas alias menyelesaikan persoalan perempuan hari ini yang kerap menjadi korban kekerasan seksual? Itulah pertanyaan yang akhirnya muncul dalam benak kita semua.

Jika kita lihat pada firman Allah Swt. terkait dengan ‘Ulama' maka kita dapati bagaimana makna dan siapa sebenarnya ulama yang dimaksud Islam.  

إِنَّمَا يَخۡشَى ٱللَّهَ مِنۡ عِبَادِهِ ٱلۡعُلَمَٰٓؤُاْۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ

"Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Maha perkasa, Maha Pengampun." (QS. Al-Fathir: 28)

Melihat akan firman Allah di atas, makna ulama begitu jelas kita dapatkan. Dari sana kita dapati ulama adalah sosok manusia sebagai hamba Allah Swt. yang takut terhadap-Nya. Artinya, ia adalah manusia yang senantiasa selalu menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi apa yang dilarang-Nya. Hal itu berarti menyangkut hukum siapa yang dia laksanakan dan taati. Tak lain adalah hukum yang berasal dari Sang Pencipta. Al Qur’an dan hadis dijadikan sebagai sumber hukum yang selalu dijalankan. Berikut pula dengan pemahaman yang diambil juga berasal dari Islam saja, bukan yang lainnya. Sehingga standar yang diambil termasuk pada pemikiran dan pandangannya untuk memahami serta menyelesaikan berbagai persoalan kehidupan hanya merujuk pada sumber hukum Islam. Sehingga ia wajib untuk memahami istilah yang ada dalam bahasa arab baik secara lafaz dan makna syar’i. Hal itu dilakukan agar umat tidak salah dalam memahami ataupun mendapat penjelasan yang kurang tepat. Karena akan berakibat fatal dan salah dalam memahaminya. Apalagi berkaitan dengan tanggung jawab kelak di yaumil akhir, maka ulama tentunya akan berhati-hati dalam semua hal.

Terlebih lagi, umat saat ini tentunya jauh dari masa Rasulullah Muhammad saw. ataupun para sahabat, sehingga kemungkinan salah itu sudah pasti akan didapati. Di sinilah peran ulama untuk memberikan semuanya kepada kaum muslim. Menjelaskan, memberikan gambaran, dan membantu untuk menyelesaikan segala persoalan kehidupan yang dilandasi dengan pandangan hukum Islam. Termasuk pula pada pengemban risalah Islam, maka ulama berada garis terdepan bersama umat untuk bersama melanjutkan perjuangan Rasulullah. Tentunya untuk menerapkan Islam dalam kehidupan manusia. 

Melihat pada penyelenggaraan KUPI serta hasil kesepakatannya, kita mempunyai pandangan bahwa sangat berbeda makna ulama yang ada di KUPI dengan Al Qur’an. Karena tentunya sangat berbeda jauh. Telah jelas bagaimana hasil yang ada bahwa arus moderasi agama Islam begitu amat kentalnya. Hukum yang telah jelas di dalam Islam telah sengaja dimainkan dengan dalih Hak Asasi Manusia. Ditambah lagi, konsep kesetaraan gender telah masuk juga dalam kongres ini. Sehingga dapat kita duga kuat bahwa agenda KUPI ini bertujuan untuk mengaburkan dan menjauhkan kaum muslim dari Islam. Sudut pandangnya pun sengaja diputar menjadi sudut pandang ala Barat.

Lewat kesetaraan gender, yaitu konsep kesamaan derajat antara kaum adam dan hawa. Keadilan dan kemaslahatan bagi kedua belah pihak sehingga tak ada kata korban kezaliman. Menjadi sebuah relasi yang bekerja sama, itulah hembusan pemikiran yang telah disusupkan ke tubuh umat agar dapat merusak Islam dan penganutnya (umat muslim). 

KUPI ternyata telah berhasil merangkul sejumlah elemen penting dalam masyarakat yang identik dengan Islam. Seperti pondok pesantren, majelis taklim, serta generasi muda untuk dibawa menuju satu jalan dengan pemikiran mereka. Hal tersebut tampak pada sisi penyelenggaraan agenda KUPI dilaksanakan di pondok pesantren. Padahal, jika kita tengok ke belakang agenda untuk penyadaran kaum muda terhadap Islam yang dibalut dengan kajian Yuk Ngaji saja sangat sulit mendapatkan persetujuan dalam penyelenggaraannya. Termasuk pada tak mendapat tempat, baik di masjid ataupun pondok pesantren. Padahal isinya begitu bagus, karena ingin memahamkan para pemuda terhadap Islam kafah. Sungguh perlakuan yang amat berbeda. 

Oleh sebab itu, umat Islam harus bangun dan selalu waspada terhadap segala sesuatu yang terjadi. Kaum muslim harus mampu menggunakan potensi akal yang telah diberikan Allah secara maksimal. Agar kita mengetahui seluruh motif yang ada di balik kejadian. Apalagi kita bak terbuai oleh manisnya rayuan yang telah dilontarkan kepada kaum muslim lewat agenda-agenda yang telah dibuat oleh musuh Islam. Salah satunya lewat topeng KUPI yang akan melanggengkan ide-ide yang berasal dari kaum kafir. Berikut juga agar memudarkan Islam serta menjauhkannya dengan kaum muslim.

Sudah saatnya kita bangkit dan bersatu untuk berjuang bersama demi tegaknya hukum Allah di muka bumi ini. Melanjutkan kembali kehidupan Islam seperti yang telah dilakukan oleh Rasulullah Muhammad saw. dan para sahabat. Sebelum itu tentunya kita harus mengetahui dan paham akan seluruh konsep Islam dalam mengatur kehidupan, agar kita tak salah pilih. Kembalikan kemurnian Islam dan cahayanya agar rida Allah bisa kita dapatkan. Serta keberkahan akan hadir dalam kehidupan manusia. 
Wallahu a'lam bishshawab

Oleh Mulyaningsih
Pemerhati Keluarga




Baca Juga

Post a Comment

0 Comments