Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Krisis Adab dan Moral Pelajar, PR Besar Dunia Pendidikan


TintaSiyasi.com -- Wajah pendidikan di negeri ini kian buram. Krisis etika dan moral menjadi PR besar. Bagaimana tidak? Tawuran pelajar seperti sudah jadi tradisi. Dilansir dari detiknews, baru-baru ini terjadi di Jalan Raya Jakarta-Bogor, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tawuran tersebut mengakibatkan satu pelajar SMK meninggal dunia. "Korban meninggal dunia pelajar berinisial AA (15)," kata Kasat Reskrim Polres Bogor AKP Yohanes Redhoi Sigiro dalam keterangannya, Selasa (22/11/2022).

Masih dari tempat yang sama, Cibinong, aksi pencurian yang dilakukan lima bocah yang masih berstatus pelajar tertangkap basah mencuri besi dikawasan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Senin (22/11/2022). “Tentunya kami sangat merasa miris dan prihatin atas tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh anak-anak tersebut. Sebab kejadian Ini menggambarkan bagaimana mentalitas dan perilaku yang tidak terpuji,” ucap Asep Saepudin selaku Komisioner KPAD Kabupaten Bogor sangat menyesalkan tindakan nekat tersebut. 

Peristiwa di atas adalah sekelumit potret pendidikan saat ini. Segudang fakta yang ada di lapangan, akan membuat kita makin tercengang. Tindakan bullying, seks bebas, penggunaan obat-obatan terlarang, perilaku tak beradab, dan masih banyak lainnya turut menambah daftar PR yang entah menjadi tanggungjawab siapa.

Tak habis pikir, bagaimana bisa seseorang yang menyandang predikat pelajar malah berperilaku sedemikian kurang ajar. Hal-hal negatif serta rentetan kenakalan remaja di dalamnya seperti seolah menjadi hal yang lumrah dan wajar untuk dimaklumi.


Fase Remaja

Di fase rentang usia belasan ini, anak akan mengalami banyak perubahan pada diri mereka. Perubahan tersebut meliputi perkembangan fisik, seksual, perilaku, kognitif, hingga emosional-sosial. Kita lebih mengenalnya sebagai masa pubertas. Tingkahnya yang penuh semangat, energik, menggebu-gebu, kadang juga mudah terpengaruh/labil, percaya diri yang tinggi dan seringkali selalu merasa benar adalah ciri-ciri masa transisi yang terkadang dapat menimbulkan kecemasan tersendiri, baik bagi si anak maupun keluarganya. 

Dalam Islam, fase di atas dikenal sebagai masa akil baligh. Ditandai dengan salah satunya mimpi basah bagi laki-laki dan menstruasi bagi perempuan serta tumbuhnya bulu dibeberapa area tubuh tertentu bagi keduanya. Anak yang sudah baligh dikatakan sebagai “mukallaf” atau orang yang sudah diwajibkan menjalankan syari'at Islam; seperti sholat lima waktu, puasa ramadhan, menutup aurat dan sebagainya. Islam tak mentolelir hal apapun, jika sudah masuk usia baligh maka wajib baginya untuk taat, tunduk dan patuh pada perintah Rabbnya dan menjauhi segala larangan-Nya. 

Namun, hal tersebut tabu di tengah paham sekulerisme saat ini dan menjadikan segala kenakalan remaja menjadi hal yang sudah biasa. Ada banyak faktor pencetus kasus kenakalan remaja saat ini, diantaranya adalah faktor pengasuhan. Bagaimana pola asuh yang diterapkan orangtua terlebih ibu sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya tak tertunaikan secara optimal. Kurangnya kasih sayang dan minimnya perhatian menjadi penyebab utama kasus kenakalan remaja. Seorang anak yang tumbuh dari orangtua sejahtera, yang keduanya mengambil peran sebagai penopang perekonomian keluarga, mengartikan sebuah perhatian dan kasih sayang dengan memanjakan anak melalui fasilitas yang memadai tanpa memberikan pemahaman bahwa dibaliknya terdapat usaha dan kerja keras.

Belum lagi maraknya tayangan-tayangan yang merusak generasi. Percintaan remaja dikemas sedemikian apik sukses mengaduk-aduk perasaan penonton. Sehingga mereka berimajinasi dan bersyahwat kepada yang belum halal baginya. Pergaulan di tengah masyarakat antara perempuan dengan laki-laki tidak ada batasan hingga memicu berbagai tindakan yang tidak diinginkan; pelecehan, pemerkosaan sampai berujung pembunuhan sulit dielakkan. Tidak adanya tindak tegas yang memberi efek jera dari negara bagi usia di bawah umur sehingga tindakan tersebut terus terjadi dan berulang. Keadaan tersebut juga diperparah dengan pendidikan yang hari ini diterapkan oleh negara.


Pendidikan Sekuler

Di8mana sekolah terlalu berorientasi pada nilai, sehingga kurang optimal dalam membentuk karakter atau kepribadian siswa. Peserta didik akan sibuk mengejar nilai mencapai standar KKM, mereka tak peduli walau dengan cara curang sekalipun. Bahkan konon, mencontek sudah menjadi budaya pelajar dari jaman nenek moyang. Terlihat jelas, sikap jujur tak dijunjung hanya untuk sebuah nilai di secarik kertas.

Kurikulum yang diterapkan di sekolah konvensional merupakan kurikulum sekuler yang pondasinya adalah memisahkan agama dari kehidupan (Fasluddin anil hayah). Artinya, mata pelajaran pendidikan agama Islam didesain hanya sebatas pengetahuan belaka saja. Jam mata pelajarannya pun dirancang sangat minimalis. Agama tidak dijadikan pondasi dalam mendidik pelajar. Sehingga pelajar muslim jauh dari Islam. Mereka tak akan sampai pada konsep peran pemuda sebagai tonggak peradaban bangsa dan agama. Maka tak heran, pendidikan sekuler menghasilkan generasi yang gersang akan iman, tidak mampu mengelola diri, bertindak semaunya, bahkan cenderung tak berakhlak.

Sekolah Islam dalam naungan swasta yang berusaha memutus rantai segala permasalahan di atas, rata-rata berbiaya tinggi dan sulit dijangkau oleh kalangan bawah. Padahal dalam Islam, pendidikan yang bermutu dan berkualitas merupakan hak setiap umat.


Kurikulum Islam

kurikulum pendidikan Islam diterapkan berdasarkan pada akidah Islam. Dengan kurikulum itulah negara akan mencapai tujuan pendidikan yang hakiki, yaitu melahirkan individu-individu yang bersyaksiyyah Islam (pola pikir dan pola sikap Islam) yang bertakwa. Penerapan sistem pendidikan Islam, menyibukan pelajar untuk haus akan ilmu. Waktunya seakan habis untuk belajar, menghafal al-qur'an, menggali potensi diri, berbakti pada orangtua. Tidak ada ruang untuk mereka bermain-main dengan dorongan syahwat, sebab mereka telah ditanamkan akidah yang kokoh.

Negara akan bertanggungjawab penuh menjaga moral melalui penerapan syariat Islam secara kaffah, sehingga tercipta lingkungan yang memudahkan umatnya untuk taat. Selain itu, negara Islam juga sangat memperhatikan kesejahteraan pendidik sehingga para guru dapat fokus mendidik siswa membentuk generasi Rabbani yang berkualitas secara intelektual maupun moral. Sudah waktunya kita berpaling dari sistem pendidikan sekuler, kembali pada Islam yang telah Allah jadikan sebagai solusi bagi setiap problematika umat Muslim.

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Purnamasari
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments