TintaSiyasi.com -- Sistem demokrasi memandang bahwa manusia berhak membuat suatu peraturan dan di dalamnya rakyat memiliki kekuasaan. Rakyat adalah sumber kekuasaan yang dapat pula membuat perundang-undangan. Maka tidak aneh saat ini kita mendengar “dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.”
Bukan hanya itu, di dalam sistem demokrasi terdapat pula kontrak kerja antara rakyat dan kepala negara. Kepala negara digaji oleh rakyat guna menjalankan pemerintahan sesuai dengan apa yang ada dalam peraturan perundang-undangan.
Di dalam demokrasi jalan untuk menjemput kebahagiaan adalah dengan memberikan kebebasan bagi setiap individu. Maka kebebasan dijamin di dalamnya. Mulai dari kebebasan berakidah, kebebasan berekspresi, kebebasan berpakaian, berpendapat dan lain sebagainya. Dengan itu lahirlah individu-individu yang memisahkan agama dari kehidupan.
Tidak sedikit pula yang memandang bahwa demokrasi adalah sistem yang sangat pro terhadap rakyat dan sebagai solusi bagi segala permasalahan. Bahkan Wamenlu Mahendra mengatakan demokrasi diperlukan untuk menghadapi pandemi. Tak ketinggalan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi pun mengatakan kepemimpinan serta solidaritas dalam berdemokrasi diperlukan untuk menghadapi tantangan global setiap negara. Tapi apakah demikian realitanya?
Realitanya, kini demokrasi menunjukkan kelemahan yang makin nyata. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Retno Marsudi “Saya juga menyampaikan bahwa demokrasi tengah menghadapi berbagai tantangan. Saya mengutip data-data yang tersedia, antara lain dari International IDEA yang melaporkan bahwa demokrasi mengalami kemunduran atau stagnan.”
Janji-janji demokrasi seolah menggambarkan solusi, tapi nyatanya sejauh ini hanya ilusi. Yang dikatakan “dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat” ternyata tidak sedikit di antara rakyat yang merasa jauh dari kesejahteraan. Kebebasan yang digadang-gadang pun nyatanya tidak mampu terlaksana secara total. Banyak pembungkaman dan ketidakadilan.
Kursi-kursi pemerintahan yang diduduki oleh para individu pun terisi oleh mereka yang menomorduakan rakyat. Kebijakan-kebijakan yang tertuang nyatanya tak mampu membuat rakyat sejahtera. Banyak masyarakat yang malah merasakan sebaliknya.
Belum lagi terkait para penguasa dan petinggi negeri yang tidak ada habisnya melakukan tindak korupsi. Padahal di bawah sana banyak rakyat yang merintih dan kebingungan akan permasalahan kehidupan. Tidak dapat dipungkiri, ini merupakan buah dari tidak tegasnya peraturan serta hukuman, adanya kebebasan-kebebasan dan pemisahan agama dari kehidupan. Individu di dalamnya tidak memiliki keterikatan dengan Sang Pencipta dan tidak pula merasa takut ketika melakukan perbuatan yang menyimpang dan semena-mena.
Demokrasi seperti permainan yang dikendalikan oleh pemilik kekuasaan dan pemilik modal. Siapa yang berkuasa maka ia mampu melakukan segalanya, serta siapa yang memiliki modal ia mampu memesan apapun walau harus mengorbankan rakyat. Alhasil rakyat dikendalikan begitu saja untuk memuaskan keinginan dan kebebasannya. Kebebasan-kebebasan seperti berpendapat pun saat ini sangat sulit direalisasikan. Aturan yang disahkan saat ini menjadi alat penolong bagi mereka dan bumberang bagi rakyat. Rakyat tidak terpenuhi haknya dan rakyat pun berpotensi mendapat hukuman ketika berusaha untuk mendapatkan haknya.
Tentu ada yang keliru dari sistem demokrasi ini. Ketidakjelasan pada aturan dan solusi di dalamnya menjadi senjata tersendiri bagi rakyat. Hal itu sama sekali tidak mampu mengantarkan rakyat pada solusi hakiki. Yang ada hanya menyuburkan kebahagiaan bagi mereka yang berkuasa.
Maka, rakyat perlu solusi tuntas guna menyelesaikan problematika yang hadir saat ini. Yaitu solusi yang berpihak pada kesejahteraan rakyat, mampu mengarahkan rakyat pada kebahagiaan yang hakiki. Kebahagiaan di dunia dan juga kelak kebahagiaan di akhirat.
Tak ada sistem lain selain sistem Islam yang dapat mengantarkan manusia pada solusi dan kebahagiaan hakiki. Mengapa demikian? Karena Islam datang dari Allah SWT yaitu Sang Pencipta yang tidak memiliki kekeliruan dan keterbatasan dalam mengatur hamba-Nya. Allah SWT telah menurunkan Al-Qur’an sebagai pedoman kehidupan. Semua solusi dari persoalan hidup telah oleh Allah SWT berikan dan tentunya telah dicontohkan serta diterapkan oleh Rasulullah SAW.
Tapi saat ini manusia masih keliru dan termakan oleh ilusi demokrasi. Yang padahal secara logika pastilah memiliki kekurangan. Bagaimana tidak? Solusi yang demokrasi sodorkan adalah hasil dari pemikiran manusia yang sifatnya terbatas dan juga mudah terbeli oleh rayuan duniawi. Hasilnya hanya akan mengantarkan pada persoalan yang kian dalam dan jalan yang buntu. Kebahagiaan yang didapat pun hanya kebahagiaan yang semu.
Sedangkan di dalam Islam terdapat hubungan yang kuat antara Sang Pencipta dan manusia. Manusia yang menggenggam Islam akan menyadari bahwa segala sesuatu yang dilakukan akan dipertanggungjawabkan. Dengan itu, manusia akan jauh dari kegiatan yang merugikan dan menyengsarakan dirinya sendiri dan manusia yang lain. Dalam sistem Islam pun terdapat hukum yang tegas dan adil bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran pada hukum syarak.
Dengan demikian, Islam mampu mengontrol masyarakat dan memberi petunjuk bagi persoalan yang ada. Hal itu sebagaimana firman Allah dalam QS An-Nahl ayat 89, “Dan Kami turunkan kepadamu (Muhammad) al Kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.”
Sudah saatnya rakyat menyadari bahwa demokrasi hanyalah ilusi dan Islamlah solusi yang hakiki. Islam harus pula diyakini sebagai sistem yang benar karena kebenarannya berasal dari Allah SWT serta dalam sejarahnya Islam mampu memimpin dunia dalam peradaban panjang yang mulia. Semua itu tentu butuh perjuangan dari tiap-tiap kaum Muslim dan semoga kita semua dapat merasakan betapa luar biasanya hidup dalam naungan sistem Islam tersebut.
Wallahu a'lam. []
Oleh: Rifdah Reza Ramadhan, S.Sos.
Aktivis Muslimah
0 Comments