TintaSiyasi.com -- Dalam kehidupan ini, kebanyakan orang sibuk mengumpulkan harta, waktunya dihabiskan untuk urusan dunia semata tanpa memperbanyak amalan kebaikan untuk bekal di akhirat nanti. Agar kita tidak seperti itu, sosok sahabat Rasulullah SAW yang satu ini perlu diteladani, karena justru menginginkan dirinya jatuh miskin tanpa memiliki harta sedikit pun. Yaps, beliau adalah Abdurrahman bin Auf. Seorang sahabat yang dermawan juga gemar bersedekah. Ibunya bernama Shafiyah, sedangkan ayahnya bernama Auf bin Abdu Auf bin Abdul Harits bin Zahrah.
Bahkan, harta yang dimiliki Abdurrahman bin Auf, menjadikannya khawatir akan keadaan dirinya di akhirat nanti. Beliau teringat perkataan Rasulullah SAW yang mengatakan bahwa ia akan masuk syurga terakhir karena terlalu kaya, sehingga dihisabnya lama. Kemudian, Abdurrahman bin Auf berpikir bagaimana caranya agar menjadi miskin dan hisabnya tidak lama.
Suatu hari ia mendengar ada kurma yang busuk karena ditinggalkan para sahabat saat Perang Tabuk, tanpa berpikir panjang langsung ia pun menjual seluruh hartanya untuk membeli kurma busuk tersebut. Kurma itu dibeli dengan harga standar kurma yang belum busuk.
Para sahabat pun bersyukur dan bahagia karena kurma busuk tadi dibeli oleh Abdurrahman bin Auf. Tadinya para sahabat berpikir tidak akan ada lagi yang membelinya. Begitu pun dengan Abdurrahman bin Auf sangat senang karena akan jatuh miskin setelah membeli kurma busuk tersebut.
Namun, tak disangka-sangka seorang utusan yang datang dari Yaman memberitakan kepadanya bahwa di negerinya sedang terkena wabah penyakit menular dan penyakit itu hanya bisa disembuhkan dengan kurma busuk. Akhirnya, utusan ini membeli kurma busuk yang diborong oleh Abdurrahman bin Auf dengan harga 10 kali lipat dari kurma biasa. MasyaAllah Allahu Akbar! Dengan penuh harap harta yang dimilikinya bisa habis, tetapi Allah menggatikannya melebihi harta yang ia punya.
Tak hanya itu, Abdurrahman bin Auf pun dikenal dengan orang yang selalu taat kepada Allah SWT. Pernah satu waktu, ia ditawarkan makanan saat sedang puasa. Tanpa memakannya, ia lantas teringat seorang sahabat mulia Mush'ab bin Umair yang wafatnya karena terbunuh padahal ia adalah orang yang lebih baik darinya.
Lebih menyedihkan lagi, saat ia wafat tak ada kain kafan untuk menutupi tubuhnya, yang ada hanyalah burdah (kain selimut dari bulu hitam). Burdah ini tak bisa mnutupi seluruh tubuhnya, saat ditarik untuk menutupi kepalanya kaki pun terlihat begitu sebaliknya, ditutup bagian kaki terlihat kepalanya.
Demikian pula dengan Hamzah, dia juga terbunuh, padahal dia lebih baik darinya. Ketika meninggal, tidak ada kafan yang menutupinya selain burdah. Abdurrahman bin Auf sangat khawatir akan balasan dari kebaikan-kebaikannya semua diberikan di dunia. kemudian dia menangis lalu meninggalkan makanan tersebut.
Bahkan, pada zaman Rasulullah SAW, separuh harta yang didapatkan oleh Abdurrahman bin Auf dari hasil perdagangnya disedekahkan. MasyaAllah sosok Abdurrahman bin Auf, selain saudagar kaya juga gemar dalam bersedekah. Pada usia 72 tahun Abdurrahman bin Auf pun dipanggil oleh Allah, dan dimakamkan di Baqi. Sahabat Utsman bin Affan pun ikut menshalatkannya.
Itulah kisah sosok Abdurrahman bin Auf, yang bisa kita ambil hikmahnya. Beliau adalah saudagar kaya yang ingin menjadi orang miskin karena ketakutannya akan kekayaan yang dimiliki. Padahal, berbanding terbalik dengan kondisi orang-orang saat ini, mereka berlomba-lomba mencari harta yang berlimpah dengan cara apa pun tanpa memandang halal-haram.[]
Oleh: Sintia Demolingo
Aktivis Dakwah Kampus
0 Comments