TintaSiyasi.com -- Kekerasan dalam rumah tangga terus terjadi dan makin keji dari hari ke hari. Dilansir dari Liputan6.com (1/11), seorang ayah dengan sadis membunuh anak dan membacok istrinya dengan membabi buta. Aksi kejam ini terjadi di sebuah rumah di Kelurahan Jatijajar, Kecamatan Tapos, Kota Depok, Jawa Barat.
Masih di kota yang sama, aksi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) kembali terjadi. Tanpa belas kasihan, seorang suami tega memukul sang istri berkali-kali. Ironisnya, penganiayaan tersebut dilakukan sang suami di pinggir jalan di Pangkalan Jati, Cinere dengan disaksikan sang anak yang masih balita dan warga sekitar. Sontak kejadian itu viral dan mengundang kengerian warganet pada kehidupan rumah tangga. (beritasatu.com, 6/11/2022)
Kekerasan suami terhadap istri atau ayah terhadap anak sering terjadi. Menurut data dari KemenPPPA, hingga Oktober 2022 sudah ada 18.261 kasus KDRT di seluruh Indonesia, sebanyak 79,5% atau 16.745 korban adalah perempuan. Tentu saja angka tersebut adalah kasus yang dilaporkan, dan mestinya lebih banyak lagi kasus yang tidak dilaporkan. (metrotvnews.com, 4/10/2022)
Hal ini menunjukkan hilangnya fungsi qawwamah pada laki-laki. Laki laki sebagai suami atau ayah mestinya memiliki sifat dan sikap yang layak sebagai seorang pemimpin rumah tangga. Naasnya, kepemimpinan ini sering kali berganti menjadi kediktatoran dan justru tidak bertanggung jawab pada keluarga.
Hari ini semakin banyak kasus suami tidak menafkahi istri, berselingkuh dan kabur dengan wanita lain, melakukan kekerasan dalam rumah tangga, bahkan membunuh keluarganya sendiri. Sosok ayah idaman sepertinya sirna. Sosok ayah sebagai pelindung dan pengayom berganti menjadi monster menakutkan bagi anak atau istrinya. Banyak ayah yang lebih suka nongkrong dengan teman-temannya atau main game sendiri, alih alih membantu istri dalam mendidik anak-anaknya.
Ada banyak hal yang menjadi penyebab hilangnya sosok ayah idaman, di mana ayah tidak lagi memiliki fungsi kepemimpinan dalam rumah tangga dan justru menjadi beban keluarga. Salah satu hal yang menyebabkan ayah tak lagi menjadi sosok idaman dalam keluarga adalah beban hidup yang makin tinggi. Kita lihat bahwa harga barang kebutuhan hidup yang makin mahal. Namun, tak diimbangi dengan pemasukan yang signifikan. Kondisi ini membuat siapa pun bisa tertekan, termasuk ayah. Ia kesulitan dalam mencukupi kebutuhan rumah tangga sehingga terpaksa sang istri ikut bekerja. Di sinilah keduanya memiliki tekanan yang cukup tinggi hingga sering terjadi konflik. Lelah fisik dan psikis membuat komunikasi tak berjalan dengan lancar. Cekcok pun tak dapat dihindarkan. Tekanan semakin mendesak ketika tidak punya uang, sementara kebutuhan keluarga menuntut untuk segera dipenuhi. Desakan tersebut membuat ayah pusing tujuh keliling dan melampiaskannya kepada orang terdekatnya, yakni istri dan anak-anaknya di rumah.
Penyebab lainnya bisa jadi karena gaya hidup yang buruk, lingkungan sekuler dan kapitalis. Keadaan ini menjadikan manusia jauh dari ketakwaaan. Menghalalkan segala cara. Gaya hidup yang bebas tanpa aturan agama menjadi tren dan mengawal pemikiran kaum muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Mereka menjadi orang dengan karakter buruk, bahkan temperamen. Semena-mena dan menzalimi orang lain menjadi hal biasa yang tak terelakkan terhadap keluarganya sendiri.
Penyebab lainnya bisa juga karena lemahnya kemampuan mengendalikan diri. Tak jarang tekanan yang besar pada kehidupan rumah tangga menjadikan ayah atau suami lepas kendali atau khilaf. Ia tak bisa mengontrol emosinya. Ketika bukan keimanan yang menjadi landasan kehidupan, maka siapa pun bisa berubah menjadi setan ketika amarah menguasai. Untuk itulah pentingnya peran akidah dan ketakwaan agar bisa membentengi diri dari hal yang tidak diinginkan.
Namun, hal Ini bukan hanya persoalan individual, karena banyak orang mengalaminya. Ini merupakan persoalan sistemik, di mana pengaruh sistem ekonomi, sistem sosial, sistem pergaulan, sistem kehidupan bernegara memiliki pengaruh yang besar pada individu yang ada di dalamnya. Ketika sekulerisme dan kapitalisme manjadi landasan, maka tak heran mereka akan menjadi sosok yang jauh dari ayah idaman, bahkan akan mendegradasi fungsi kepemimpinan ayah.
Oleh karena itu, dibutuhkan sistem ekonomi yang ramah pada ayah, sistem sosial yang baik dan pergaulan yang sehat. Kita membutuhkan sistem bernegara yang layak, yaitu sistem Islam. Hanya dengan sistem Islamlah, peran ayah akan kembali dan seimbang dalam kehidupan rumah tangga. Hanya sistem Islam yang mampu memberikan solusi atas persoalan ini secara mendasar dan menyeluruh.
Wallahu a’lam bissawab
Oleh: Masyithoh Zahrodien, S.S.
Aktivis Muslimah
0 Comments