TintaSiyasi.com -- Presidensi G20 Indonesia 2022 di Bali yang mengangkat tema Recover Together-Recover Stronger menjadi momentum penting bagi para penguasa negeri zamrud khatulistiwa.
"Kamu nanya" apakah momentum ini dapat memulihkan negeri +62 dari segala cideranya?
Dengan hadirnya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, Indonesia ingin mengajak seluruh dunia untuk bahu-membahu, saling mendukung untuk pulih bersama serta tumbuh lebih kuat dan berkelanjutan.
Indonesia ingin menegaskan kepemimpinannya dalam kancah internasional.
Para penguasa +62 berharap G20 dapat menggerakkan perekonomian Indonesia dengan cara memperkuat lingkungan kemitraan dan mendorong produktivitas serta meningkatkan ketahanan juga stabilitas bangsa. Sepertinya narasi klimaks G20 ini hanya sebuah impian indah di siang bolong.
Bagai pungguk merindukan bulan, negeri zamrud khatulistiwa berharap pada sistem kapitalisme. Padahal sistem ini berasaskan materi dengan tagline modal sedikit berharap keuntungan sebesar-besarnya sehingga melahirkan ide liberalisme dan sekulerisme. Dimana ide sekulerisme telah menjauhkan umat Islam dari syariatnya, sehingga akan sangat memudahkan para kafir penjajah mencerai-beraikan umat Islam. Yang akhirnya, memudahkan mereka menghancurkan kaum muslim. Maka ide sekulerisme harus dibuang jauh dari pemahaman, pemikiran dan perasaan kaum muslim. Sebab tidak sesuai dengan firman Allah subhanahu wa ta'ala di dalam kitab suci Al-Quran yang artinya:
"Hai orang-orang yang beriman masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan sungguh setan itu musuh yang nyata bagi kalian". (TQS. Al-Baqarah : 208).
Begitu pula dengan ide liberalisme. Dimana ide ini melandasi kebebasan dalam seluruh aspek kehidupan. Kebebasan berkeyakinan, kebebasan dalam kepemilikan, kebebasan berperilaku dan kebebasan berpendapat.
Terbukti, kebebasan yang berasaskan sistem kufur dibalut dengan investasi telah merugikan negeri-negeri kaum muslim. Para kafir penjajah telah mengeksploitasi seluruh sumber daya alam negeri-negeri kaum muslim. Keserakahan sistem kapitalisme telah memporak-porandakan kehidupan umat Islam. Ketamakan mereka telah merusak bumi Sang Maha Pencipta, Allah azza wa jalla. Mereka telah menancapkan hegemoninya sehingga dengan mudahnya mengisap darah kaum muslim. Kebencian mereka tak bisa ditutupi dengan narasi klimaks G20. Kaum muslim seharusnya lebih berhati-hati dan waspada.
Allah subhanahu wa ta'ala telah memperingatkan dalam firman-Nya yang artinya:
"Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang disembunyikan dalam hati mereka lebih besar lagi." (TQS. Ali Imran : 48)
Dengan demikian benarkah presidensial G20 dapat membawa manfaat untuk rakyat Indonesia?
Sebagaimana kekhawatiran acara KTT G20 tidak mencapai Leader Communique dari para kepala negara. Namun, Luhut Binsar Panjaitan tak ambil pusing. Menurut dia mencapai komunike atau tidak yang jelas G20 di bawah kepemimpinan Indonesia sudah menghasilkan banyak kesepakatan di berbagai bidang dan memberikan dampak ekonomi yang sangat besar bagi Republik Indonesia.
"Kalau pada akhirnya tidak mencapai leaders communique, Ya sudah nggak apa-apa, banyak hal yang sudah kami hasilkan, bahkan kalau dihitung dari sisi ekonomi sudah mencapai miliaran dolar AS," jelas ketua bidang dukungan penyelenggaraan acara G20.
Sedangkan persoalan yang dihadapi Indonesia saat ini adalah tingginya kemiskinan, konflik sosial, minimnya periayahan penguasa, kebijakan penguasa yang tidak pro rakyat, ketimpangan makin nyata di tengah kehidupan, minimnya naluri kemanusiaan dan lain-lain.
Fakta yang terjadi seakan keberadaan Indonesia sebagai presidensi G20 nyaris seperti EO yang melayani kepentingan-kepentingan negara besar.
Kalaulah diklaim mendapatkan keuntungan ekonomi, apakah benar keuntungan itu dirasakan oleh rakyat secara luas? Juga bukan hanya keuntungan sesaat saja? Karena faktanya selama ini Indonesia hanyalah menjadi pasar bagi negara-negara maju. Dan sejatinya semua ini tidak lebih dari upaya menutupi kegagalan sistem kapitalisme.
Sungguh nyata kerusakan sistem kufur ini, sudah seharusnya umat Islam meninggalkan sistem kapitalis demokrasi. Sistem yang tidak akan pernah menjadi solusi problematika kehidupan, bahkan telah nyata menimbulkan kerusakan dunia dan yang pasti menjerumuskan umat pada lembah kemaksiatan, kezaliman serta kekufuran.
Umat harus kembali kepada sistem Islam. Sistem yang menerapkan hukum-hukum Sang Maha Pencipta. Sistem yang telah berjaya selama 13 abad di 2/3 dunia. Sistem yang membawa seluruh manusia kepada kebahagiaan dunia akhirat. Sistem yang diridai Allah subhanahu wa ta'ala.
Dengan sistem Islam negara bertanggung jawab atas seluruh rakyatnya dan bertindak sebagai pengurus (ra'in) dan junnah (perisai) bagi rakyatnya. Sehingga keadilan, kemakmuran, kesejahteraan, keamanan dan tingginya peradaban manusia akan dapat terwujud kembali.
Wallahu a'lam bishshawab.
Oleh: S.W. Retnani, S.Pd.
Pendidik Generasi dan Aktivis Dakwah
0 Comments