Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Keluarga Benteng Utama dan Terakhir dari Sekularisme

TintaSiyasi.com -- Keluarga adalah institusi kecil dalam masyarakat, namun bukan berarti perannya sederhana dan mudah. Bahkan bisa dikatakan, keluarga hari ini adalah benteng utama dan terakhir dari berbagai gangguan dan ancaman.

Sekularisme yang diterapkan saat ini menjadi ancaman yang menakutkan, dari sini lahirlah kebebasan tanpa mau di atur syariat (lslam). Sistem ini telah memporak-porandakan tatanan keluarga idaman. Sistem yang meminggirkan agama dalam mengatur kehidupan, membuat peran masing-masing anggota keluarga tidak optimal, tumpang tindih hingga sering menyebabkan perpecahan.

Benteng utama dan terakhir itu adalah ayah dan ibu. Kerja sama mereka yang baik menjadikan jalannya rumah tangga harmonis. Terutama anak-anak perlu pendampingan dan teladan dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.

Dampak lain dari sekularisme, sering kita dapati antara suami dan istri yang tak seiring dalam menjalankan perannya masing-masing. Akibatnya, konflik rumah tangga kerap bermunculan. KDRT, selingkuh, hingga suami atau istri tega membunuh pasangannya karena kering ruhiyah dan jalinan komunikasi yang kurang baik dalam menjalankan pernikahan.

Seorang suami haruslah memahami bahwa tugasnya memimpin dan melindungi keluarga. Menafkahi, bergaul dengan baik, mengajak istri dan anak agar selalu dalam ketaatan, layaknya pemimpin memastikan anggota dalam rumahnya merasa aman, nyaman dan selamat dari bahaya apapun. Masih sering kita jumpai suami yang tidak memahami dan menjalankan fungsi kepemimpinannya, akibat pemahaman salah yang penting bekerja cari nafkah saja. 

Disisi lain, kepemimpinan seorang suami oleh para pegiat feminis sering di anggap patriarki, yaitu meminggirkan peran seorang perempuan sebagai istri. Sejatinya para feminis tidak mau di atur agama hingga menyerang syariat yang mulia. Mereka punya pemahaman bahwa laki- laki dan wanita harus sama dalam segalanya, tentu ini salah karena laki-laki dan wanita diciptakan untuk saling melengkapi bukan menyaingi satu  dengan yang lain. 

Dalam kaca mata syariat suami dan istri adalah sahabat, bukan bawahan dengan atasan. Suami ibarat pakaian bagi istri, begitu juga sebaliknya istri ibarat pakaian bagi suami. Fungsi pakaian adalah untuk memperindah dan  menutupi berbagai kekurangan, untuk itulah ketika keduanya menjalankan peran masing-masing dengan baik maka yang dirasakan adalah keindahan, bahagia dan keberkahan dalam menjalankan rumah tangga.  

Namun kewajiban mencari nafkah dengan upaya mencari pekerjaan terkadang susah mendapatkannya. Ketika mendapatkannya sering pendapatan tidak mencukupi kebutuhan yang di perlukan. Sehingga banyak para istri bekerja keluar rumah untuk membantu mencari nafkah. 

Padahal fungsi ibu adalah sebagai al umm wa rabbatu bait, ibu pengatur di dalam rumah suaminya. Dari ibulah anak-anak mendapatkan bekal bagaimana menghadapi lingkungannya. Peran mulia ibu yang lain, menyediakan keperluan makan, limpahan kasih sayang, mengajari kejujuran, menanamkan kepercayaan diri dan lain-lain. Dengan keluarnya rumah, maka tugas utamanya akan terabaikan dan menyebabkan generasi tidak mendapatkan perhatian. 

Di perparah adanya pemahaman salah, ketika istri dirumah saja maka tidak punya daya tawar. Mereka beranggapan wanita itu berdaya jika punya pekerjaan dan uang, sekalipun harus meninggalkan tugas utamanya. Padahal peran ibu di dalam rumah sangat strategis dan tidak bisa digantikan, mendidik generasi tangguh calon pemimpin.

Banyaknya masalah yang dialami pemuda, seperti bullying, bermental rapuh, suka tawuran, terlibat narkoba, pencurian dan lain-lain adalah kurangnya arahan dan perhatian dari rumah, yaitu ayah yang didukung ibu.

Aksi kejahatan jalanan atau yang biasa disebut klitih yang kembali marak terjadi di Yogakarta menjadi perhatian banyak pihak. Polda DIY mengungkap sejumlah faktor yang menjadi pemicu remaja menjadi pelaku kejahatan jalanan.

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda DIY Kombes Ade Syam Indriadi menyatakan pelaku kejahatan jalanan banyak dilakukan remaja usia sekolah disebabkan banyak faktor. Diantaranya karena kurangnya perhatian ibu, perceraian orang tua menjadikan anak korban dari broken home. Bacajogja.id (28/4/2022).

Sudah saatnya kita semua meninggalkan sekularisme yang menjadi sumber berbagai masalah. Ayah dan ibu atau suami istri harus mengambil standar syariat dalam menjalankan masing-masing perannya. Syariat dari Pencipta Allah Swt pasti membawa maslahat. Bukankah ketika awal pernikahan meminta doa agar menjadi keluarga sakinah mawadah wa rahmah? Dan itu semua bisa di dapat ketika menjalankan pernikahan dengan ketaatan.
Allahu a’lam.

Oleh: Umi Hanifah
Aktivis Muslimah Peduli Generasi
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments