Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Dendang Bergoyang, Bukan Karakter Generasi Emas

TintaSiyasi.com -- "Ajining diri soko ing lathi. Ajining rogo soko busana." Pepatah jawa yang sangat mashyur. Seseorang yang pandai menjaga lidahnya akan selamat. Harga dirinya akan terpelihara. Karena sebuah perkataan. 
Diam itu emas, bicara itu permata. Diam dari perkataan yang buruk itu baik. Dan berbicara baik itu bagai permata. Sedangkan "Ajining rogo soko busana" maksudnya adalah orang tua jaman dulu selalu menjaga kehormatan mereka melalu pakaian yang mereka pakai. Walapun mereka belum mengerti menutup aurat sempurna tapi kebanyakan mereka selalu menutup tubuh mereka dengan pakaian yang sopan. Berbeda dengan sekarang, para remaja banyak yang memakai pakaian kurang bahan sehingga banyak mengundang kemaksiatan. Lebih parahnya mereka suka bergoyang goyang tanpa rasa malu. Baik bergoyang di dunia nyata ataupun maya seperti tiktok. 

Dilansir dari tvonenews.com (30/10/22)
Konser 'Berdendang Bergoyang' yang diselenggarakan di Istora Senayan, Jakarta Pusat dihentikan pada Sabtu, 29 Oktober 2022 malam karena over kapasitas. Panitia penyelenggara konser pun tengah diperiksa pihak kepolisian.  "Saat ini masih diinterogasi, artinya masih dalam penyelidikan. Kami bawa ke Polres Jakarta Pusat," ujar Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Pol Komarudin saat dikonfirmasi wartawan, Minggu (30/10/2022). Selain memeriksa panitia penyelenggara, Komarudin juga menyebut pihaknya tengah mendalami indikasi minuman keras (miras) di konser 'Berdendang Bergoyang' tersebut.  "Ini masih kita dalami, informasi yang kami dapat memang banyak sekali yang duduk di luar sambil minum. Tapi belum diketahui itu miras atau tidak, ada indikasi" bebernya.  Untuk diketahui, jajaran Polres Metro Jakarta Pusat terpaksa menghentikan konser 'Berdendang Bergoyang' di Istora Senayan pada Sabtu, 29 Oktober 2022 malam. Konser tersebut dihentikan sekitar pukul 22.10 WIB karena penonton yang membludak. Sesungguhnya kerusakan di muka bumi ini diakibatkan oleh tangan tangan manusia sendiri. 

Kapitalisme Tak Mampu Cetak Generasi Emas 

Generasi saat ini diibaratkan generasi strawbery yang mudah lembek dan busuk. Bagaimana tidak, remaja remaja saat ini jika punya masalah kebanyakan pasti sering frustasi. Bahkan ada yang bunuh diri. Nauzdubillahhimindzalik. Padahal mereka punya islam sebagai solusi atas segala permasalahan mereka. Tidakkah mereka berpikir jika melakulan jalan pintas akan sangat merugikan mereka sendiri. Di dunia menderita di akherat apalagi. 

Selain karena kurangnya pondasi aqidah mereka, lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap psikis mereka. Tuntutan hidup yang serba hedonis dan gaya hidup yang materialistis. Membuat mereka menghalalkan segala cara tanpa memperhatikan aturan syariat. Gaya hidup kapitalisme yang di usung barat sangat besar sekali terhadap pengaruh jiwa jiwa mereka yang sedang tumbuh. Mereka hanya mementingkan kesenangan nafsu belaka tanpa memperhatikan aturan aturan syariat baik dalan sikap ataupun tingkah laku. 

Generasi Emas Lahir dari Sistem Shahih

Bergoyang goyang hanya akan menumbuhkan nafsu nafsu birahi seseorang. Karena dalam acara dangdutan pasti terjadi banyak kemaksiatan seperti ikhtilat (campur baur laki laki dan perempuan), mengumbar aurat, meminum khamr, perzinaan dll. 

Bagaimana nasib generasi bangsa ini, jika aparat negara membiarkan acara berbau maksiat melenggang kangkung. Ya Rabb, sungguh miris kita memikirkan anak cucu kita kelak bagaimana.  

Berbeda dengan sistem Islam yang selalu melindungi para generasi penerus. 
Mereka selalu membina generasi penerus bangsa dengan penguatan penguatan akidah. Memberikan fasilitas belajar yang mumpuni. Mendorong  wanita wanita yang bergelar ibu untuk mencetak generasi generasi emas Rabbani. 

Ibu sebagai madrasatul 'aula harus fokus mendidik putra putri mereka agar menjadi generasi emas cemerlang. Negara memberikan fasilitas pendidikan terjangkau bahkan gratis.

MasyaAllah, tidakkah kita rindu dengan penerapan sistem yang menerapkan Islam Kaffah?
Wallahu a'lam bishshawab



Oleh: Venni Hartiyah
Sahabat TintaSiyasi
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments