Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Budaya Liberal Menelan Korban di Tragedi Itaewon

TintaSiyasi.com -- Perayaan Halloween di Itaewon Korea Selatan menelan korban. Dilansir dari cnnindonesia.com (1/11/2022) sebanyak 155 orang tewas, 30 orang dalam kondisi kritis, dan 122 orang luka ringan. Akibat membludaknya pengunjung hingga terjadi desak-desakan, saling injak dan tidak terselamatkan. Sungguh disayangkan, nyawa ratusan orang melayang. 

Jika dikaji lebih dalam, bukan hanya nyawa yang menjadi korban Halloween. Moral dan pola pikir generasi pun terinjeksi budaya kufur. Menjadi generasi pembebek suka hura-hura tiada guna.

Budaya Liberal
Perayaan Halloween berasal dari budaya bangsa Celtic kuno yang hidup sekitar 2.000 tahun silam. Mereka percaya pada malam sebelum tahun barunya (1 November) merupakan batas antara dunia orang hidup dan orang mati menjadi kabur. Oleh karena itu pada malam 31 Oktober mereka merayakan Samhain, cikal bakal perayaan Halloween yang diyakini pada saat itu roh orang mati kembali ke bumi. Mereka merayakan dengan berkostum horor dan menyalakan obor untuk menakut-nakuti roh tersebut.

Seakan mendunia perayaan Halloween dirayakan oleh warga dari berbagai negara. Tak terkecuali Arab Saudi yang merupakan negeri kaum Muslimin. Budaya Barat yang sarat dengan kebebasan telah mempengaruhi gaya hidup umat Islam. 

Budaya yang mengusung kebebasan untuk bersenang-senang begitu mudah diterima dan diikuti masyarakat. Sudah jamak diketahui perayaan serupa demikian menyuburkan berbagai perilaku kemaksiatan. Terjadi campur baur antara laki-laki dan perempuan. Tersaji minuman keras dan narkoba, bahkan perzinahan. Dan mengandung unsur persembahan berupa kesyirikan. Mengapa banyak yang merayakan?

Petaka di Itaewon harusnya menjadi kontemplasi. Budaya liberal tak layak diikuti apalagi dilestarikan. Sama sekali tidak memberi edukasi dalam membangun karakter generasi. Yang ada potensi generasi terjebak pesta hura-hura hingga kehilangan nyawa. 

Menjamurnya budaya Barat tentu tidak terjadi begitu saja. Banyak faktor yang berperan di dalamnya. Baik dari faktor internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi pribadi para generasi. Bagaimana ia dapat memahami hakikat hidupnya sehingga memiliki tujuan yang jelas. Tidak mudah terpengaruh lingkungan yang buruk. 

Adapun faktor eksternal, dari lingkungan dan tata aturan kehidupan. Hari ini betapa berat menjadi pribadi yang baik tetapi berada dalam lingkungan buruk. Masyarakat cenderung hidup individualis, hedonis, dan permisif. Sangat rendah kepedulian sosialnya apalagi budaya amar makruf nahi mungkar. 

Di sisi lain, aturan kehidupan banyak dipengaruhi oleh paham sekularisme-liberal. Dimana agama dipisahkan dari kehidupan. Penguasa juga tampak kurang serius melakukan upaya preventif agar budaya Barat tidak masuk ke dalam negeri. Inilah dampak dari globalisasi ideologi kapitalisme sekuler yang menjadi salah satu senjata bagi kaum kuffar untuk meracuni dunia Islam. Aktivitas-aktivitas mubah yang melalaikan dan diorganisasi menjadi sebuah kemunkaran. Tidak lain karena lemahnya peran negara.

Sistem Islam Menyelamatkan
Dalam Qs. Al-Baqarah ayat 208, manusia telah diingatkan agar tidak mengikuti langkah-langkah setan karena ia musuh yang nyata. Dan manusia diperintahkan untuk berislam secara kaffah. Hal itu menunjukkan bahwa Islam memberi keselamatan dari tindakan setan.

Perayaan Halloween bukan bagian dari tradisi umat Islam. Sehingga umat Islam tak perlu ikut  merayakannya. "Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka.” (HR. Imam Abu Dawud)

Sejak Daulah Islam runtuh, tidak ada yang menjaga akidah dan memberikan perlindungan kepada umat muslim. Umat kehilangan arah, terombang-ambing dalam kesesatan, dan kebingungan yang diciptakan oleh penguasa sistem sekuler. Umat muslim mudah terpengaruh oleh gaya hidup Barat tanpa memandang halal haram, hanya demi kesenangan semata.

Sistem Islam menjaga warga negaranya dari berbagai ancaman yang bisa merusak akidah. Diantaranya melalui pendidikan berbasis akidah Islam. Dimana antara ilmu dan amal dapat dipadukan, tidak dipisahkan seperti sistem sekuler saat ini.

Segala hal yang berbau kesyirikan akan dihapuskan. Baik berupa paham seperti demokrasi, moderasi agama dan pluralisme maupun berupa perayaan budaya. Sistem Islam juga akan memberikan sanksi bagi orang-orang yang berusaha menodai agama serta menyebarkan budaya kuffar. 

Dengan demikian, warga negara dalam sistem Islam tidak mudah terpengaruh Budaya Barat. Mereka akan senantiasa menyibukkan diri dalam meningkatkan keimanan dan melestarikan perayaan Islam sesuai aturan syariat. Negara menjadi penjaga utama dari budaya-budaya Barat yang merusak. Allahu A'lam bi Showab.


Oleh: Eni Imami, S.Si, S.Pd
Pendidik dan Pegiat Literasi

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments