TintaSiyasi.com -- Krisis konflik antara Israel dan Palestina yang tiada berkesudahan ini menyebabkan banyak pengungsi yang hidup di bawah garis kemiskinan. Isu kemanusiaan Palestina ini turut disuarakan oleh Indonesia melalui Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Dalam mendukung dan menyuarakan aksi kemanusiaan di Palestina Indonesia menegaskan akan terus mendukung program badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA). Indonesia dalam hal ini oleh Kementerian Luar Negeri Ibu Retno Marsudi mengatakan, Indonesia akan turut membantu lembaga PBB (UNRWA) dengan mengajak dunia internasional untuk bahu-membahu dalam membantu para pengungsi Palestina. Dalam kesempatan tersebut beliau menyampaikan rasa keprihatinannya atas sikap dunia internasional yang seakan-akan menganggap nasib para pengungsi Palestina sebagai hal yang biasa (republika.co.id, 22/09/2022).
Atas dasar untuk memberikan dukungan kehidupan yang layak bagi pengungsi, Indonesia berkomitmen mengajak negara di berbagai belahan dunia untuk membantu lembaga PBB yang membidangi pengungsi Palestina (UNRWA) yang berdiri sejak tahun 1950, akibat dari konflik Israel-Palestina. Lembaga PBB (UNRWA) sejak berdiri hingga sekarang sudah banyak membantu para pengungsi Palestina lebih dari lima juta pengungsi.
Untuk itu, Indonesia melalui Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memberikan dukungan perpanjangan mandat UNRWA, dan agar kinerja UNRWA bisa berjalan dengan baik dalam menangani para pengungsi Palestina, dan agar keuangan (dana) UNRWA tidak krisis Indonesia mendukung kontribusi wajib kepada setiap negara anggota UNRWA, dan ini menurut Menlu Retno merupakan bagian dari solusi damai terhadap Palestina.
Apakah aksi kemanusiaan yang diberikan lembaga PBB UNRWA ini sudah menjadi solusi bagi kehidupan para pengungsi Palestina? Ini tentu saja bukan solusi yang dapat menyelesaikan gelombang pengungsi Palestina yang kian hari kian meningkat jumlahnya karena kalau dilihat dari kenyataan sejarah, banyaknya pengungsi Palestina ini disebabkan eksistensi Israel terhadap Palestina yang merampok dan menguasai sebagian tanah milik rakyat Palestina.
Mereka datang ke bumi Palestina tanpa membawa apa-apa lalu mereka sejengkal demi sejengkal bisa menguasai tanah Palestina dengan berbagai cara, ada dengan cara yang halus dengan membeli atau menyewa lahan dan ada juga dengan mengusir secara paksa penduduk asli Palestina dengan alasan penggalian arkeologis yang menjadikan gunung Zion sebagai tempat peribadatan seluruh orang-orang Yahudi di seluruh dunia.
Pada puncaknya di tahun 1948 Israel dapat menguasai tanah Palestina dengan dukungan dari Inggris, maka negara Israel diresmikan menjadi negeri yang berdiri sendiri. Belum lagi Amerika sebagai negara anggota UNRWA yang telah mendukung penuh atas kedaulatan negara Israel sebagai negara yang berdaulat. Pangkal dari persoalan krisis Palestina yang makin parah ini disebabkan dari mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang pada pidato kenegaraannya mengumumkan kota Al-Quds (Yerusalem) sebagai ibukota dari negara Israel.
Dengan diakuinya Al-Quds sebagai ibukota Israel maka dengan semena-mena masyarakat Yahudi terus mengusir dan mencaplok wilayah tanah Palestina sehingga rakyat Palestina yang telah terusir dari negaranya menjadi pengungsi di wilayah-wilayah terdekat dari Palestina. Sehingga hal inilah yang menyebabkan duka nestapa yang berkepanjangan.
Seharusnya di sinilah setiap pemimpin Muslim menyadari bahwa penyelesaian masalah pengungsi Palestina adalah tanggung jawab setiap pemimpin Muslim. Bukan malah bergantung kepada PBB dan malah memberi sokongan. Karena pada dasarnya lembaga ini sudah dikendalikan oleh pemimpin dunia barat terutama Amerika Serikat dan juga Inggris, mereka yang paling berambisi membela pendudukan Israel atas Palestina. Anggota PBB khususnya Amerika negara ini tidak ubahnya seperti musuh dalam selimut. Mereka tetap mendorong dan mendukung aksi kemanusiaan pengungsi Palestina, tetapi di lain pihak mereka juga membantu Israel dengan memberi pasokan alat persenjataan untuk memerangi rakyat Palestina.
Jadi, masihkah umat Islam ini berharap dengan PBB yang jelas sudah dari anggota dari Perserikatan Bangsa-bangsa tersebut menjadi musuh dalam selimut dan zalim kepada umat Islam (Palestina). Ini tentu saja tidak bisa dibenarkan karena Allah SWT telah melarang kita umatnya untuk tidak menjadikan orang kafir sebagai pemimpin (dalam hal ini bergantung kepada PBB) yang kelembagaan ini dikomandoi oleh negara-negara kafir barat. Larangan ini diabadikan dalam firman Al-Qur’an.
Allah SWT berfirman:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُوْدَ وَا لنَّصٰرٰۤى اَوْلِيَآءَ ۘ بَعْضُهُمْ اَوْلِيَآءُ بَعْضٍ ۗ وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ مِّنْكُمْ فَاِ نَّهٗ مِنْهُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin(mu); mereka satu sama lain saling melindungi. Barang siapa di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim” (QS. Al-Ma’idah [5]: 51).
Jadi, seharusnya solusi yang dapat menyelesaikan persoalan Palestina adalah dengan membebaskan seluruh bumi Palestina dari zionis Israel dengan membumi hanguskan kekuatan Israel dari darat hingga ke laut, dan pemecahan ini tidak bisa diselesaikan dengan adanya campur tangan dari negara-negara pembela Israel. Pembebasan Palestina ini hanya bisa dilakukan dengan cara jihad (memerangi Israel), dan jihad hanya bisa dilakukan dengan adanya negara (Daulah Kilafah) karena itulah menegakkan Daulah Khilafah adalah bagian dari tugas seluruh umat Islam, dan tugas menegakkan Daulah Khilafah adalah perintah Allah SWT membebaskan Palestina adalah merupakan tugas dari Daulah Khilafah.
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya seorang Imam (Khalifah) laksana perisai, di mana orang-orang menjadikannya sebagai pelindung (bagi dirinya) dan akan berperang di belakangnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Rismayana
Aktivis Muslimah
0 Comments