Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Memudarnya Naluri Kemanusiaan Di Tengah Meningkatnya Kemiskinan

TintaSiyasi.com -- Kemiskinan masih menghantui masyarakat, berbagai kebijakan dilakukan tapi membuat persoalan ini seolah jauh dari kata selesai. Bahkan semakin hari angka kemiskinan semakin meningkat

Dilansir dari World Population Review bahwa Indonesia berada pada urutan ke-73 negara termiskin di dunia. Peringkat ini didasarkan pada Gross National Income (GNI) atau pendapatan nasional bruto per kapita masing-masing negara. Pendapat Nasional Bruto Indonesia tercatat 3,870 dolar, hal ini diukur dari nilai dolar semua barang dan jasa yang diproduksi di suatu negara, juga pendapatan yang diperoleh dari sumber internasional, seperti investasi asing. Sehingga, GNI dianggap lebih akurat dalam menilai kesehatan ekonomi suatu negara.

Anehnya di tengah status sebagai negara termiskin di dunia, konsumsi terhadap barang-barang mahal semakin meningkat. Salah satunya kendaraan mewah Range Rover generasi kelima yang baru diluncurkan nyaris habis stoknya di Indonesia yang dibanderol mulai Rp5,9 miliar. (oto.detik.com, 27/09/22)

Di sisi lain, masih banyak masyarakat yang tidak mampu untuk sekedar mengisi perut. Hal ini diungkap oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bahwa masyarakat Indonesia masih menghadapi tantangan berat untuk memenuhi kebutuhan pokok (ekonomi.bisnis.com, 06/07/22).

Apalagi harga bahan pokok terus meningkat, belum lagi diperparah dengan minimnya lapangan pekerjaan sehingga masih banyak masyarakat yang menganggur.

Kesenjangan antara orang kaya dan masyarakat menengah kebawah semakin melebar, nampaknya ungkapan “yang kaya makin kaya, dan yang miskin makin merana” itu memang benar adanya. Di tengah banyaknya rakyat yang makin sempit hidupnya, segelintir orang malah berfoya-foya membeli mobil mewah. 

Dalam kapitalisme status kemiskinan dilihat dari angka. seperti yang dilakukan oleh Bank Dunia (World Bank) yang telah mengubah batas garis kemiskinan dari Rp486.168 pada September 2021 menjadi Rp505.469 pada Maret 2022. 

Kemiskinan juga dilihat dari pendapatan per kapita yaitu rata-rata pendapatan masyarakat di suatu wilayah. Rakyat dengan penghasilan Rp500.000 per bulan akan tertutupi dengan yang berpenghasilan Rp50.000.000 per bulan. Karena mengacu pada angka, bisa jadi masyarakat yang berpenghasilan rendah tidak dianggap sebagai masyarakat miskin. Karena pendapatan per kapita lolos dari batas garis kemiskinan. Itulah yang seringkali terjadi, antara data dan realita tidak sesuai. 

Permainan angka dalam mengukur kesejahteraan masyarakat semakin menunjukkan bahwa sistem kapitalisme telah gagal dalam mengatasi kemiskinan. Justru sistem inilah yang membuat rakyat hidup tidak sejahtera. Sistem Kapitalisme yang ditopang oleh Sekulerisme membuat aturan yang diterapkan berdasarkan pola pikir manusia itu sendiri, padahal sejatinya akal manusia memiliki kelemahan dan keterbatasan. Wajar jika solusi yang diberikan hari ini tidak menuntaskan permasalahan utama. 

Kapitalisme membebaskan para pemilik modal dalam menguasai kekayaan milik umum dengan deposit yang besar seperti pertambangan. Sedangkan rakyat yang tidak memiliki cukup ilmu, modal, dan kemudahan akses harus terpinggirkan atau menjadi kaum marginal. Bekerja pun sekedar untuk bisa menyambung hidup. Selain itu sistem kapitalisme telah sukses mematikan naluri kemanusiaan orang-orang kaya

Berbeda dengan sistem islam dalam Khilafah yang ditopang oleh Aqidah Islam di mana aturan yang terpancar berasal dari Allah SWT. Khilafah memiliki tiga gagasan ekonomi politik islam yaitu pengaturan kepemilikan atas harta dibatasi oleh hukum Allah, pemanfaatan kepemilikan harus sesuai dengan syariat, dan distribusi kekayaan dilakukan secara adil. Khilafah juga melarang individu menguasai harta publik.

Kepemilikan dan pemanfaatan atas harta akan diatur oleh negara, pengelolaan harta milik umum menjadi kewajiban negara yang hasilnya akan didistribusikan kepada rakyat dengan memenuhi kebutuhan pokok komunal seperti pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Untuk memenuhi kebutuhan pokok, negara akan membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya, agar para lelaki yang memiliki kewajiban mencari nafkah bisa tertunaikan. 

Kalau masih merasa kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pokok, negara akan turut hadir. Hal ini pernah dilakukan di masa Khalifah Umar bin Khattab, ketika dilanda musim paceklik dan wabah, negara mampu menjamin kebutuhan masyarakat dengan ma’ruf. Negara juga menjaga naluri kemanusiaan melalui berbagai kewajiban syariat yang telah ditetapkan, bahkan menjadikan sebagai amal kebaikan. Mereka akan dimotivasi untuk saling bersedekah, terutama bagi yang memiliki harta lebih untuk mengeluarkan zakat. 

Begitulah sempurnanya pengaturan islam dalam khilafah, kemiskinan dapat ditangani dan rakyat akan hidup sejahtera. Sedangkan ketidakadilan di sistem kapitalisme hari ini sudah sepatutnya ditinggalkan dan beralih ke sistem islam dengan turut berjuang menegakkannya.
Wallahualam bissawab.

Memudarnya Naluri Kemanusiaan Di Tengah Meningkatnya Kemiskinan

oleh: Nabila Sinatrya
Aktivis Muslimah

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments