Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Lingkaran Setan Narkoba dan Polisi


TintaSiyasi.com -- Wajah institusi kepolisian Republik Indonesia kembali tercoreng. Kali ini dilakukan oleh sejumlah polisi yang terlibat dalam kasus narkoba. Salah satunya adalah Irjen Pol Teddy Minahasa. Bukan sembarang polisi, melainkan pejabat tinggi yang berposisi sebagai Kapolda Sumatera Barat dan berencana akan menjadi Kapolda Jawa Timur. Sungguh naas berbalik dengan pidatonya yang mengingatkan jajaran polisi supaya berhati-hati dengan jabatannya. Namun dirinya sendiri tersandung.  

“Adanya keterlibatan Irjen Pol TM selaku Kapolda Sumbar sebagai pengendali barang bukti 5 kg sabu dari Sumbar di mana sudah menjadi 3,3 kg barang bukti sabu yang kita amankan dan 1,7 kg sabu yang sudah dijual oleh saudara DG yang telah kita tahan dan diedarkan di Kampung Bahari," kata Mukti Juharsa Selaku Direktur Reserse Mabes Polri Metro Jaya.

Keterlibatan polisi dalam peredaran narkoba memang bukan kali ini saja. Sudah dimaklumi polisi dan narkoba seperti lingkaran setan. Polisi tahu dan sangat dekat dengan barang haram ini. Bagi polisi yang jauh dari keimanan, ikut dalam peredaran narkoba hal yang mudah termasuk memakainya. Sebab mereka adalah orang-orang yang mengerti bagaimana peredaran narkoba itu sendiri. Dengan iming-iming keuntungan yang sangat besar dan mudah menjadi salah satu faktor pendorong.

Beberapa tokoh menyoroti hal ini di antaranya adalah Anggota Komisi III DPR dari Fraksi Demokrat Santoso mengatakan kasus penjualan barang bukti narkoba yang melibatkan Kapolda itu seolah membuat Polri saat ini sudah tidak bisa diharapkan (cnnindonesia.com, 15/10/2022).

Sungguh ironis memang, polisi yang sejatinya adalah pelindung masyarakat, kini malah menjadi penjahat. Mereka terjebak dalam kubangan narkoba, judi online, dan kejahatan lainnya. Tugas dan fungsinya sudah dialihkan menjadi pelindung kejahatan. Tentu masyarakat bertanya kenapa bisa seperti ini? Jawabannya bisa jadi faktor keimanan, ekonomi, dan tuntutan gaya hidup hedonis, pamer kekayaan, dan lain sebagainya.

Gaya hidup hedonis para polisi ini sempat diingatkan langsung oleh Presiden Jokowi beberapa waktu yang lalu. “Keadaan situasi seperti ini harus mengerti sehingga punya sense of crisis yang sama. Hati-hati dengan ini, oleh karenanya saya ingatkan mengenai masalah gaya hidup lifedata-style," kata Jokowi dalam pidato dihadapan Perwira Tinggi Mabes Polri, Kapolda, dan Kapolres seluruh Indonesia di Istana Negara pada Jumat (14/10/2022).


Kapitalisme Biang Kebobrokan Institusi Kepolisian

Kapitalisme adalah sistem hidup yang berakidahakn sekuler, yakni memisahkan agama dalam kehidupan. Halal dan haram tidak dijadikan patokan dalam mengatur kehidupan. Sedangkan tujuan dari hidupnya adalah untuk mencari materi atau kesenangan semata. Selama ada keuntungan materi, meski pun haram atau membahayakan akan diperjualbelikan termasuk narkoba. Sebab, dalam pandangan kapitalisme, narkoba adalah barang yang bernilai ekonomis.

Dari sisi ekonomi saja sulit untuk dihapuskan ditambah keuntungan nya sangat menggiurkan. Maka tak heran banyak polisi meski sudah berbintang tergiur menjadi pengedar narkoba. Bila dihubungkan dengan lifestyle-nya polisi yang hedonis, mobil mewah, motor besar, rumah mentereng dan pakaian yang branded berbanding lurus. Mereka yang tergiur dan menikmati hidup hedonis akan terseret ikut dalam peredaran narkoba bahkan pemakai. Sebab, keuntungan yang menggiurkan.

Jika hanya kasus ini menimpa satu atau dua orang bisa kita katakan oknum. Namun kasus narkoba ini sudah lama ada dan ternyata banyak pelakunya hingga ke jajaran petinggi polisi. Hal ini menunjukkan bukan hanya kesalahan individu semata, melainkan sudah sistemis. Ya, kapitalisme menciptakan institusi polisi menjadi rusak.

Sejatinya polisi adalah pihak yang memberantas narkoba. Tapi dalam kapitalisme sekularisme saat ini justru menjadi pemakai dan pengedar bahkan bandar. Jika demikian bagaimana dengan kepercayaan masyarakat terhadap polisi? Bagaimanapun masyarakat mendapatkan perlindungan dan keamanan dari polisi.

Jauh panggang dari api. Pemberantasan kejahatan, mendapatkan perlindungan dan keamanan dari pihak yang berwajib seakan mimpi. Nyata sudah kapitalisme sekularisme memang rusak dan merusak tatanan kehidupan.

Berbeda dengan kepolisian dalam Islam. Kepolisian dalam Islam adalah kekuatan utama untuk menjaga keamanan dalam negeri dari berbagai ancaman dan gangguan seperti pencurian, perampokan, zina, murtad, vandalisme, dan sebagainya. Polisi juga diberi kewenangan menggunakan senjata untuk menghadapi kaum pemberontak (bughat) dan separatis yang mengganggu keamanan umum seperti mengancam harta warga, aset-aset umum dan negara (Abdul Qadim Zallum, Nizhâm al-Hukm fî al-Islâm, hlm. 147).

Mereka diberikan amanah untuk mendapatkan menjaga keamanan umat sekaligus sebagai pelaksana syarat Islam. Maka disyaratkan bagi mereka tiga hal. Pertama, memiliki keimanan dan ketakwaan yang tinggi. Kedua, memiliki pribadi yang baik serta sehat secara fisik dan psikis. Ketiga, mereka terlatih secara baik.

Selain itu, sistem Islam memiliki perangkat yang baik. Tentu dalam sistem Islam peredaran narkoba akan benar-benar diawasi. Mereka yang memproduksi, mengonsumsi dan menjualnya akan mendapatkan hukuman yang tegas.

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Verawati, S.Pd.
Pegiat Literasi
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments