TintaSiyasi.com -- Air adalah salah satu hal yang sangat penting bagi manusia. Bagaimana tidak, hampir semua aktivitas selalu berhubungan dengan air. Miris! Saat BBM (Bahan Bakar Minyak) dan bahan pokok lainnya lagi-lagi mengalami kenaikan harga, rakyat dihadapkan lagi dengan kekeringan di beberapa wilayah. Seperti ujian yang tak habis-habisnya, namun inilah faktanya.
Berdasarkan riset dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan hasil perkiraan curah hujan di musim kemarau mulai bulan Agustus 2019, 64,94 persen wilayah indonesia akan mengalami curah hujan yang masuk pada kategori rendah yakni di bawah 100 mm/bulan. Pada musim kemarau tahun 2019, BMKG menyatakan akan terjadi kekeringan panjang akibat beberapa faktor diantaranya fenomena El Nino, kuatnya Muson Australia, dan anomali peningkatan suhu udara akibat perubahan iklim.
Ancaman kekeringan dan kelangkaan air bersih bagi umat manusia merupakan akibat dari perubahan iklim yang sudah menjadi ancaman dari tahun ke tahun. Bahkan sekitar 2,7 milyar orang atau sekitar sepertiga populasi dunia akan menghadapi kekurangan air dalam tingkat yang parah di tahun 2025 jika iklim terus berubah.
Pada tahun 2050 pula diperkirakan dua pertiga penduduk bumi akan mengalami kekurangan air (bmh.or.id, 2 September 2022).
Indonesia terkenal sebagai negara agraris, di mana sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani. Inilah pula yang menyebabkan sumber kekayaan alam Indonesia tergantung pada hasil pertanian, dan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilannya adalah ketersediaan air yang cukup dan lancar. Sebab air merupakan salah satu faktor abiotik yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman.
Kekeringan yang terjadi tentu tidak mungkin terjadi tanpa ada penyebabnya. Fakta menunjukkan bahwa di negeri ini begitu banyak penebangan pohon secara liar serta pembakaran hutan secara sengaja. Belum lagi pembangunan pabrik-pabrik di sejumlah daerah dan bisa juga karena keserakahan manusia. Sehingga hutan tidak bisa lagi menyimpan cadangan air yang cukup dan adanya pembuangan limbah pabrik di sembarang tempat, yang kemudian mengakibatkan kurangnya pasokan air bersih terhadap kelangsungan hidup ekosistem alam, serta masyarakat dan terutama para petani.
Pemerintah hanya bisa memberikan solusi dan bantuan pasokan air bersih sementara dan tidak berjangka panjang, akibatnya masyarakat semakin melarat. Apalagi yang tinggal di pegunungan sangat sulit untuk mendapatkan pasokan air bersih untuk kelangsungan hidup mereka.
Hal semacam ini wajar terjadi, sebab negeri ini menerapkan sistem demokrasi kapitalisme sekularis yang memisahkan agama dari kehidupan. Sehingga pengaturannya sekehendak manusia itu sendiri, tidak memikirkan dampak buruk yang terjadi di kemudian hari. Maka jangan heran bila banjir saat musim hujan dan kekeringan saat kemarau panjang melanda negeri ini, karena tidak diterapkannya aturan Islam secara menyeluruh, terutama di Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim terbesar di dunia.
Disinilah letak pertanyaannya, di mana peran negara saat kondisi kekeringan melanda negeri ini berulang kali. Tidakkah dijadikan pelajaran untuk mencari tahu bagaimana solusinya.
Ternyata Islam dengan sangat sempurna sudah menawarkan solusi. Apabila pemerintah dan masyarakat bersatu dalam menerapkan aturan Allah SWT., maka keberkahan di langit dan di bumi Allah limpahkan kepada seluruh alam terutama manusia yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, sehingga musim banjir dan kemarau panjangpun bisa di atasi bersama atas izin Allah SWT.
Kekeringan yang terjadi saat ini bisa saja merupakan, teguran, peringatan, atau bahkan azab dari Allah SWT agar kita mengintrospeksi diri apakah selama ini kita melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah atau kita berdiam diri terhadap perbuatan kemaksiatan yang terjadi di hadapan kita.
Oleh karena itulah perlunya peran negara, dalam hal ini seorang khalifah sebagai perisai dan pelindung umat, akan memimpin seluruh rakyatnya untuk berdoa dan memohon kepada Allah SWT, dengan mendekatkan diri kepadaNya, meninggalkan kemaksiatan dan menutup tempat-tempat yang jadi wasilah terjadinya kemaksiatan, baik melalui shalat istisqa’, anjuran untuk berdoa dan mendoakan di hari, waktu dan tempat yang mustajab agar Allah menurunkan hujan untuk kemaslahatan umat.
Ini pernah terjadi di masa Nabi SAW ketika Madinah mengalami kekeringan, masyarakat datang menghadap Nabi sebagai kepala negara untuk berdoa, agar Allah menurunkan hujan. Nabi SAW pun mengajak penduduk Madinah untuk melakukan shalat istisqa’ di lapangan, yang kini dibangun Masjid Ghamamah. Setelah itu, hujan pun turun tak henti-henti sepanjang hari, sampai mereka pun datang kembali kepada Nabi SAW untuk berdoa, agar hujan berhenti.
Hal yang patut kita renungkan adalah firman Allah SWT l, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” [QS. al-A’raf: 96].
Maka perlu digarisbawahi bahwa kita seluruh umat manusia secara individu, hendaknya benar-benar menghamba hanya kepada Allah. Tak terlepas kontrol dan peran serta tanggung jawab negara agar kita semua terhindar dari murka Allah SWT.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Radhiatur Rasyidah, S.Pd.I
Pemerhati Keluarga dan Generasi
0 Comments