TintaSiyasi.com -- Narasi-narasi feminisme dan kesetaraan gender ala kapitalisme telah berhasil menciptakan ilusi bagi kaum perempuan. Berbagai istilah pun dimanipulasi, seperti pemberdayaan perempuan agar menjadi mandiri sehingga para kaum perempuan tidak merasa kalau mereka sedang dieksploitasi dalam sistem saat ini. Menjadi perempuan berdaya akan selalu mendapatkan apresiasi dari sistem kapitalis sekuler, sehingga menjauhkan peran utamanya sebagai perempuan. Perempuan yang mampu dan berdaya justru merasa terhormat dan berharga. Ketika mampu menghasilkan pundi-pundi rupiah dan berkarir di bidangnya, bahkan menempati jabatan tertinggi di negeri ini.
Seperti yang dilansir tempo.co.com, Jakarta (26/8/2022), Ketua DPP PDIP Puan Maharani menyebut akan ada lagi presiden perempuan di 2024 mendatang. Puan menyebut perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama untuk bisa memilih dan dipilih. Kata Puan, sejarah telah membuktikan bahwa ibunya, Megawati Soekarnoputri bisa duduk di tampuk kekuasaan sebagai Presiden RI Kelima. Kalau kita diberi kesempatan, diberi peluang, pasti kita bisa jadi perempuan-perempuan hebat. Sudah ada buktinya nyata. Kita juga punya banyak menteri perempuan, sudah ada wakil presiden perempuan, ada presiden perempuan. Insyaallah 2024 akan ada lagi kepala daerah perempuan, menteri perempuan, presiden perempuan," ujar Puan dalam acara temu kader Srikandi PDIP di GOR Way Handak, Kabupaten Lampung Selatan.
Ketua DPR Puan Maharani menegaskan, demokrasi harus memberi ruang yang setara antara peran laki-laki dan perempuan. Ia mendorong agar perempuan diberi lebih banyak ruang dan peran untuk turut membangun kemajuan negara. Menyertakan perempuan dalam setiap jabatan bukan sebagai kebijakan afirmatif, akan tetapi merupakan kesadaran atas penghargaan harkat dan martabat manusia,” papar Puan dalam Sidang Tahunan MPR, DPR dan DPD di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta (Kompas.com, 16/8/2022).
Begitulah hakikat narasi yang tercipta dari ide kesetaraan gender ala feminisme. Mereka menganggap bahwa akar dari segala permasalahan yang menimpa perempuan adalah karena tidak ada kesetaraan peran antara laki-laki dan perempuan. Namun, kita harus memahami apa akar permasalahan yang sesungguhnya atas segala permasalahan perempuan. Karena jika salah mengindentifikasi akar masalahnya, maka penetapan solusinya pun akan salah juga.
Permasalahan dari perempuan berakar dari penerapan sistem kapitalis sekuler di negeri ini. Bukan karena tidak ada kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan. Bisa dilihat fakta-fakta saat ini, bagaimana sistem kapitalis sekuler telah memberi peluang yang seluas-luasnya atas kezaliman dan pelecehan terhadap perempuan.
Di dalam sistem kapitalis sekuler, perempuan dijadikan budak syahwat, perempuan dibebankan mengumbar kecantikan wajah dan tubuhnya atas nama HAM. Bahkan dalam sistem kapitalis sekuler kecantikan dan kemolekan tubuh perempuan dapat menjadi komoditas bisnis yang sangat menguntungkan. Tidak hanya itu, sistem kapitalis sekuler juga meniscayakan merajalelanya pornografi. Akhirnya dari sanalah pintu-pintu pelecehan seksual terhadap perempuan terbuka lebar.
Dan juga atas nama pahlawan devisa, perempuan pun banyak yang pergi meninggalkan keluarga mereka demi mencari nafkah ke luar negeri. Dan tidak sedikit yang pada akhirnya mengalami tindak kekerasan di luar negeri. Seorang ibu yang seharusnya menjadi madrasatul 'ula bagi anak-anaknya malah pergi meninggalkan rumah demi menopang perekonomian keluarga.
Sebagai muslim, tentunya kita akan menyandarkan segala permasalahan kepada solusi Islam. Apalagi Islam merupakan ideologi yang di dalamnya terdapat aturan paripurna bagi manusia. Islam mengatur bagaimana cara memuliakan perempuan, baik skala individu maupun negara.
Dalam skala individu, Islam memuliakan perempuan melalui perintah menutup aurat dengan sempurna sesuai syariat dan juga larangan bertabaruj. Islam mewajibkan negara untuk membuka lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya untuk kaum laki-laki. Hal tersebut demi memfasilitasi mereka menjalankan kewajiban yang dibebankan syariat, yaitu mencari nafkah.
Islam juga tidak akan mengekploitasi tenaga perempuan demi mencari keuntungan. Sebab, hakikatnya tugas utama wanita adalah di ranah domestik. Yaitu melayani suaminya, mengurus dan menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya, dan mengelola rumah tangga.
Dalam pandangan Islam, bekerja bagi perempuan adalah mubah, maka hal tersebut adalah pilihan, bukan sebuah kewajiban yang dibebankan kepadanya. Kalaupun perempuan bekerja semata-mata untuk menyalurkan ilmu atau ketrampilan yang dimiliki nya, bukan sebagai tulang punggung. Sangat berbeda jauh dengan wajah perempuan dalam sistem kapitalis sekuler saat ini.
Begitulah hakikatnya Islam mampu memberikan solusi yang efektif, efisien, dan mendasar. Solusi yang diberikan sistem kapitalis sekuler hanya tambal sulam belaka, menambah masalah diatas masalah. Akhirnya, tidak mampu menyelesaikan permasalahan hingga ke akar-akarnya. Sungguh, permasalahan perempuan akan selesai ketika Islam diterapkan secara menyeluruh dalam kehidupan. []
Oleh: Ross AR
Aktivis Dakwah Medan Johor
0 Comments