TintaSiyasi.com -- Lagi dan lagi, masyarakat harus merasakan pahitnya hidup atas penerapan sistem buatan manusia, pasalnya bukan hanya kebutuhan hidup yang harganya selangit, kini BBM bersubsidi pun kemungkinan ikut naik harga. Benarlah memang, bagai mimpi di siang bolong ketika berharap BBM murah di sistem demokrasi!
Baru-baru ini, Sri Mulyani Indrawati selaku Menteri Keuangan memberikan pernyataan bahwa negara telah mengalokasikan dana subsidi dan kompensasi Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar Rp502,4 triliun dan berpotensi ditambah Rp195 triliun, tetapi jumlah tersebut masih belum tepat sasaran, dan sebagian besar dinikmati oleh masyarakat kalangan atas. Bukan hanya itu, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai shock absorber.
Artinya, subsidi tidak dicabut dan penyesuaian terhadap anggaran perlu adanya pertimbangan. Hal ini bermaksud untuk memperbaiki manfaat distribusi subsidi ke masyarakat. Selain itu, beliau juga menyampaikan bahwa APBN perlu adanya penjagaan untuk menghadapi tahun 2023 dan 2024, di mana potensi ketidakpastian masih ada. Beliau juga menghimbau kepada seluruh masyarakat, khususnya masyarakat kalangan atas untuk bersedia bergotong royong (wartaekonomi.co.id, 26/08/2022).
Beginilah fakta menyedihkan hidup di sistem hari ini, segala sesuatu tampaknya dikomersialisasi yang berakibat masyarakat dibuat pusing dengan urusan sendiri, sebab negara abai dan tidak peduli. Efek domino dari BBM bersubsidi yang dikabarkan akan naik harga memang tidak bisa diatasi dengan hanya sekadar pemberian bansos yang jumlahnya tidak banyak bahkan cenderung kecil dan cakupan penerimanya sangat terbatas. Pemerintah harusnya paham betul bahwa jika hal ini direalisasikan, maka akan mengakibatkan ekonomi masyarakat kian sulit.
Jika diperhatikan, makin hari jumlah masyarakat miskin makin banyak, begitu pun dengan angka kriminalitas yang makin tinggi, sehingga hal ini menyebabkan kerusakan terus-menerus di tengah-tengah masyarakat dan kesejahteraan bagaikan mimpi di siang bolong yang makin jauh untuk dijangkau. Tidak heran, hal ini terjadi karena kebutuhan hidup makin mahal dan pemerintah juga abai.
Bukan itu saja, masyarakat sebagai pihak yang dizalimi harusnya menolak semua yang disampaikan oleh pemerintah sebagai alasan menetapkan kenaikan BBM subsidi. Soal subsidi yang katanya salah sasaran dan APBN jebol bila terus memberikan dana ratusan trilyun hanyalah sebuah cara pemerintah berkelit dari tanggung jawabnya menjamin ketersediaan BBM yang murah bahkan gratis.
Masyarakat harus membuka mata lebar-lebar agar sadar bahwa hidupnya tidak diurusi dengan benar, segala hajatnya tidak dipenuhi, bahkan masyarakat diminta untuk kreatif agar bisa mengatasi masalahnya sendiri. Jika hal ini terus terjadi maka seluruh masyarakat di negeri ini benar-benar akan menjadi masyarakat yang rusak di berbagai lini.
Padahal, jika kita melihat sejenak pada sistem pemerintahan Islam yang diterapkan secara sempurna dalam institusi sebuah negara dengan segala kegemilangannya yang telah mampu berkuasa selama 1300 tahun dan menguasai hampir 2/3 dunia, kita akan menemukan bahwa penguasa pada hari itu sangat mementingkan masyarakatnya karena paham betul jika masyarakat dan kekuasaannya adalah amanah yang turun langsung dari Allah SWT. Dan Allah pun akan meminta pertanggungjawaban di hari perhitungan kelak. Sehingga aturan yang diberlakukan pun tidak akan menzalimi masyarakat.
Bukan itu saja, sistem pemerintahan Islam memiliki aturan berbeda dengan sistem demokrasi yang hari ini sedang diterapkan di seluruh negeri. Dalam Islam, konsep kepemilikan akan menempatkan tambang migas dengan deposit yang besar sebagai kepemilikan umum yang harus dikelola oleh negara untuk seluruh masyarakat, dan ini tidak boleh dimiliki individu ataupun swasta, baik asing maupun aseng. Dari sinilah akan terwujud kesejahteraan bagi seluruh masyarakat karena tidak adanya sedikit pun celah bagi liberalisasi migas di sektor hulu sampai hilir.
Maka, harga BBM yang dipasarkan di tengah-tengah masyarakat pun hanyalah sebesar biaya produksi, bukan acuan pada harga pasar dunia. Ketika kebutuhan BBM masyarakat terpenuhi dengan baik dan harganya yang terjangkau, ekonomi dalam negeri akan stabil, kesejahteraan masyarakat pun bukan hanya sekadar mimpi yang sulit digapai.
Beginilah gambaran pengaturan migas yang adil dalam sistem pemerintahan Islam kafah. Jadi, marilah sama-sama kita berjuang untuk menegakkan kembali sistem pemerintahan Islam kaffah dan buang jauh-jauh sistem buatan manusia yang penuh dengan tipu daya.
Rasulullah SAW bersabda: “Kaum Muslim berserikat dalam tiga hal, yaitu air, padang rumput, dan api” (HR. Abu Dawud dan Ahmad).
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Sari Ramadani
Aktivis Muslimah
0 Comments