TintaSiyasi.com -- Melirik potensi Indonesia, tak hanya tanahnya yang subur dengan menyimpan banyak kekayaan alam. Tetapi juga pada jumlah generasi muda yang besar baik dari kalangan generasi milenial maupun generasi Z. Tak heran jika semua mata tertuju pada mereka dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki.
Dalam sebuah media Liputan6.com (09/08/2022), mengabarkan bahwa pengembangan potensi generasi muda dinilai menjadi salah satu fokus utama pemerintahan Presiden Joko Widodo. Generasi muda ini diproyeksi sebagai pelaku sejarah yang membawa Indonesia menuju era keemasan pada 2045 mendatang. Presiden Joko Widodo menaruh perhatian pentingnya peran kaum muda dalam menyikapi perkembangan teknologi yang terjadi saat ini.
Hal ini merespon atas tingginya populasi anak muda kategori milenial dan generasi Z di Indonesia. Ia menyebut, hingga saat ini, telah lebih dari 50 persen penduduk Indonesia adalah milenial dan generasi Z Selain itu, ia juga meminta dari kalangan muda milenial ini mampu untuk membuka usaha baru (Liputan6.com, 09/08/2022).
Hanya saja, sayangnya mayoritas potensi generasi muda saat ini “gersang” di negeri subur. Kata gersang dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah kering dan tidak subur (tentang tanah, rambut). Gersangnya potensi pemuda saat ini terlihat pada kehidupan mereka yang tidak mampu hidup produktif untuk kemaslahatan agama dan peradaban.
Kapitalisme telah membajak potensi pemuda dengan menjadikan mereka pekerja-pekerja murah atau mesin pencetak uang, lalu diarahkan pula menjadi konsumerisme dari produk-produk mereka, bahkan intelektualitas pemuda atas hasil riset-riset mereka pun menjadi sasaran empuk para kapitalis meraup keuntungan.
Selain itu, kecenderungan pemuda semakin tidak peduli terhadap ilmu baik ilmu agama maupun sains teknologi, kurang literasi, individualisme, konsumerisme, liberalisme, kebiasaan mager, nongkrong, sikap fanatisme idola, dan lainnya. Lalu bagaimana bisa mengharapkan pemuda seperti ini menuju era keemasan ataupun kebangkitan?
Saatnya Men-treatment Pemuda!
Kehidupan manusia khususnya pemuda telah berada dalam puncak kerusakan, maka membutuhkan segera treatment alias solusi. Solusi tersebut haruslah bersandar pada Al-Khaliq Al-Mudabbir yakni Allah SWT yang telah menurunkan petunjuk berupa syariat-syariat-Nya yang termuat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Jika kita merujuk pada definisi syariat secara harfiah adalah jalan menuju sumber (mata) air, artinya jalan ke arah sumber kehidupan. Maka syariat-syariat Allah adalah petunjuk bagi manusia yang berisi segala perintah dan larangan-Nya agar hidup dalam kebaikan dunia dan akhirat. Maka saat syariat-Nya diabaikan atau ditinggalkan dengan dalih moderasi, liberalisme, atau sekularisme walhasil kehidupan manusia berada dalam jurang kebinasaan.
Oleh karena itu, sudah seharusnya pemuda yang 'gersang' diberikan treatment penyadaran atas agamanya yang agung yakni Islam. Menghidupkan kembali peran pemuda sejati hanya bisa dicapai ketika mereka dibina oleh Islam dengan penguatan akidah dan syariat-syariat Islam. Kepribadian yang dibentuk adalah kepribadian Islam. Ia akan menjadikan Islam sebagai sumber penilaian perbuatan baik dan buruk, bahkan sebagai sumber dari berbagai jenis perasaan seperti suka dan tidak suka. Apapun yang Islam perintahkan, ia akan lakukan, meskipun tidak disukainya atau sebaliknya ia tidak akan melakukan keharaman, meskipun itu disukainya
Mengkristalnya spirit Islam dalam jiwa pemuda, tentu hidup mereka akan produktif dengan karya besar, bukan hidup hanya sekadar mengejar sesuatu yang remeh temeh yakni materi sebagaimana kapitalisme. Tetapi ia mampu melahirkan karya mulia nan bermanfaat untuk umat, agama, dan akhiratnya. Sebagaimana pemuda hebat Ali bin Abi Thalib ra, Zaid bin Tsabit ra, Muhammad al-Fatih, Sholahuddin al-Ayyubi, dan lainnya.
Allah SWT berfirman : “Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syari’at (peraturan) tentang urusan itu (agama), maka ikutilah syari’at itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang yang tidak mengetahui” (QS. Al-Maidah: 18).
Wallahu a'lam. []
Oleh: Putri Dwi Kasih Anggraini
Sahabat TintaSiyasi
0 Comments