Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Maraknya Perdukunan Bukti Negara Abai terhadap Akidah Umat


TintaSiyasi.com -- Di Nusantara praktik perdukunan, klenik ataupun sulap dan sejenisnya memang masih eksis di tengah masyarakat. Banyak masyarakat yang masih percaya untuk melakukan pengobatan, ingin kaya raya, dilancarkan setiap urusannya bahkan ketika mencalonkan diri sebagai pemimpin rakyat atau caleg mereka mendatangi dukun, hal yang jelas-jelas syirik di negeri yang mayoritas penduduknya Muslim ternyata masih sulit untuk ditinggalkan begitu saja.

Sehingga saat munculnya Marcel sosok pesulap merah juga youtuber yang menyajikan konten trik sulap dan membongkar trik dukun langsung menyita perhatian warganet, apalagi setelah dirinya membongkar trik (Gus Samsudin) dukun yang berkedokan agama di Blitar, Jawa Timur. (www.tvonenews.com) sosoknya dianggap mematikan karakter dan memutuskan sumber penghasilan dukun.

Ironi memang kemusyrikan ternyata untuk sebagian kelompok dijadikan profesi untuk menghasilkan materi. Mereka memang tidak bergerak sendiri melainkan ada semacam 'padepokan' yang tentunya terorganisir dengan melayani dan memberikan penawaran berbagai macam ilmu gaib dengan berbagai keunggulan. Hal ini diperkuat dengan munculnya salah satu dukun yang bersertifikat, beberapa waktu lalu setelah kemunculan pesulap merah dukun yang merasa dirugikan muncul di platfrom instagram melakukan ritual meminta bantuan gaib untuk melawan pesulap merah (akun fakta.indo) dimana terlihat selembar sertifikat majelis brajamusti yang bertuliskan pengijasah pada tingkat maha guru Abarahman lengkap dengan tanda tangannya.

Banyaknya masyarakat yang masih percaya akan kekuatan gaib dukun maupun trik pesulap. Ini menjadi cerminan bahwa sekularisme yang dijadikan cara pandang kehidupan manusia saat ini, memisahkan agama dari kehidupan. Menganggap aktivitas kehidupan tidak ada sangkut pautnya dengan agama selain masalah ibadah ritual, sehingga wajar jika perdukunan masih mereka datangi karena dianggap bukan masalah karena ini hanya urusan dunia saja. Dengan demikian sejatinya sekularisme sangat rusak dan merusak akidah masyarakat, sekularisme membiarkan manusia menghamba pada sesama mahkluk, manusia menghamba pada kekuatan yang dianggap gaib selain Allah SWT.

Tradisi kepercayaan terhadap perdukunan memang telah ada sejak dahulu, hingga Islam datang tradisi itu perlahan hilang karena Islam jelas melarang praktik kemusyrikan. Tentu Islam mengharamkan tindakan mempersekutukan Allah SWT. Dan sebagai seorang Muslim seharusnya tau bahwa perdukunan dan sebagainya adalah suatu kemusyrikan baik dia berkedokan guru spritual, orang pintar bahkan kiai agar terkesan Islami jelas itu semua adalah penyekutuan yang nyata dan di haramkan. Dalam firman Allah SWT dijelaskan:

"Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. (Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui" (TQS. Al-Baqarah ayat 21-22).

'Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah (kepada mereka), “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang Muslim” (TQS Ali imran ayat 64).

Dalam sistem sekuler tentu tidak ada jaminan meski negara dengan mayoritas penduduknya Muslim terlepas dari kesyirikan karena aturan yang diterapkannya bukan berlandaskan pada akidah yang benar yaitu Islam maka hanya ada kerusakan terhadap akidah umat. Terbukti maraknya perdukunan di Nusantara negara gagal untuk menjaga meriayah umatnya dari tipu daya kemusyrikan. Bahkan kita masih ingat kasus pawang hujan justru negara sendiri sebagai pelaku kemusyrikan.

Berbeda dengan negara yang berlandaskan Islam, negara akan mengambil kebijakan sesuai syariat Allah. Karena salah satu fungsi penerapan aturan Islam adalah untuk menjaga akidah umat, negara akan mengeluarkan aturan yang melarang praktik syirik dan perdukunan sebab semua itu berlawanan dengan Islam. Bahkan negara akan memberi sanksi bagi siapa pun yang melakukan praktik tersebut, setelah memberikan pembinaan. Keimanan masyarakat pun akan terus dikuatkan melalui kajian, seminar, ataupun pembinaan yang bersifat kontiu dan berkesinambungan. Segala wasilah yang biasa dipakai untuk promosi para dukun akan diblokir dan dihapus. Dengan begitu, praktik syirik tidak akan menjamur seperti sekarang. Wallahu a'lam. []


Oleh: Indi Lestari
Sahabat TintaSiyasi
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments