TintaSiyasi.com -- Lagi dan lagi penembakan di wilayah Palestina terjadi lagi. Di mana Palestina dijadikan seperti lapangan latihan tembak dan warganya sebagai target penembakan. Kementerian Luar Negeri dan Ekspatriat Palestina mengutuk perbuatan brutal Israel di jalur gaza. Penembakan ini mengakibatkan tewasnya 12 warga palestina, termasuk seorang anak dan seorang wanita, serta 80 orang luka-luka. Israel sedang mencari target termudah di mana ia dapat mencapai tingkat 'keberhasilan' yang tinggi untuk membuktikan kepada dirinya sendiri dan kepada negara-negara di sisinya tentang kemampuan dalam memasarkan teknologi militernya. Sedangkan para kelompok jihad islam melakukan pembalasan dengan meluncurkan lebih dari 100 roket dikota-kota Israel selatan dan tengah, termasuk tel aviv dan menewaskan sedikitnya 10 orang, termasuk anak berusia lima tahun (Republika.co.id, 07 Agustus 2022).
Penjajahan Israel terhadap Palestina berlangsung puluhan tahun. Namun, dunia hanya bisa mengecam. Mirisnya, tak ada satu pun pemimpin negeri muslim mengirimkan tentaranya untuk membantu Palestina. Hanya bisa mengecam tanpa melakukan apa-apa yang mampu membuat Israel ketakutan. Sungguh ketidakberdayaan yang begitu nyata. Mesir yang merupakan negara terdekat dengan Palestina malah mempertahankan blokade ketat terhadap wilayah Palestina dengan alasan nasional state. Israel mengatakan bahwa penutupan itu dilakukan untuk mencegah hamas membangun kemampuan militernya.
Solusi dua negara bagi Palestina sampai saat ini terus diarahkan. Dengan menjadikan Palestina sebuah negara dan hidup berdampingan dengan Israel sehingga perjuangan membebaskan Palestina hanya dicukupkan dengan gerakan-gerakan nasionalisme. Umat Islam menjadikan permasalahan yang ada di Palestina adalah persoalan internal Palestina semata bukan sebagai persoalan mereka.
Padahal, dengan begitu kita sama saja membiarkan tanah Palestina direbut Yahudi dan menyisakan sedikit untuk rakyat Palestina. Tentu ini merupakan solusi yang batil dan tidak sesuai dengan Islam. Tanah Palestina harus dikembalikan kepada kaum Muslim karena merekalah pemiliknya. Israel adalah bangsa yang tidak tahu diri. Dengan menjadikan alasan untuk membatasi gerakan jihad Islam di Palestina, serangan terhadap wanita, anak-anak, dan warga rumah sipil dilegalkan.
Jika memohon bantuan untuk Palestina ke PBB atau lembaga-lembaganya seperti bunuh diri, karena PBB dan lembaga lainnya merupakan sponsor atau pendukung Israel dan kejahatannya. Umat harus memahami kejahatan Israel tidak akan dapat berhenti jika hanya dengan kecaman, kutukan, ataupun perudingan internasional. Zionis tersebut hanya mampu ditundukkan dengan bahasa perang, bukan basa-basi politik dan formalitas diplomatik.
Terlihat bagaimana nasionalisme sudah menyekat kaum Muslim untuk membantu saudaranya. Normalisasi yang dilakukan negara-negara Islam sesungguhnya penghianatan besar secara terbuka terhadap Islam. Dan normalisasi tersebut sama saja seperti mengakui entitas Yahudi sebagai negara. Jika hal tersebut terjadi maka akan menjadi sah-sah saja ketika Israel melakukan pengeboman atau melakukan pembangunan pemukiman di wilayah Palestina dengan alasan menjaga keamanan Israel.
Umat Islam harus tahu bahwa Palestina adalah saudaranya sesama Muslimnya mereka. Bantuan sosial kemanusiaan yang diberikan tidak efektif untuk mengehentikan kebrutalan Israel terhadap Palestina. Karena bantuan tersebut hanya bersifat meringankan beban Palestina dan derita kaum Muslim di sana, bukan menghilangkan penjajahannya. Satu-satunya jalan untuk membebaskan Palestina dari penjajahan Israel adalah dengan adanya agresi militer dari negeri-negeri Muslim yang bersatu untuk melawan zionis Israel di bawah komando khalifah.
Faktanya, pemimpin-pemimpin negeri Muslim saat ini tidak melakukan itu karena adanya sekat-sekat negara dalam tubuh kaum Muslim. Penjajahan dan pengisolasian akan terus terjadi ketika tidak adanya Daulah Islamiah di tengah-tengah kaum Muslim. Oleh karenanya, solusi atas Palestina dan negeri kaum Muslim lainnya adalah penegakan Daulah Islamiah. Dan ini merupakan perkara yang sangat penting dan mendesak.
Memperjuangkan dan penyeruan Daulah Islam akan terus dilakukan hingga kaum Muslim memiliki kesadaran dengan menjadikan Islam sebagai aturan dalam bernegara. Umat harus memiliki kesadaran politik Islam bahwa nasib Islam dan kaum muslimin tidak akan mulia dengan ikatan kebangsaan. Dengan ikatan akidah Islam serta penyatuan negeri-negeri Muslim akan memberikan kemuliaan dan kehormatan terhadap Islam.
Daulah Islamiah adalah perisai bagi kaum Muslim dan sebagai tempat berlindung dari kejahatan yang dibuat orang-orang kafir. Maka solusi atas permasalahan ini semua adalah butuhnya satu negara bukan dua negara yakni Daulah Islamiah. Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Atika Nasution
Alumni Mahasiswi Uisu Medan
0 Comments