Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Fenomena SCBD, Bukti Gagalnya Kapitalisme Membentuk Generasi Pemimpin


TintaSiyasi.com -- Siapa yang tidak dengar nama-nama Jeje, Roy, Bonge, dan Kurma? Mereka adalah anak-anak SCBD alias Sudirman, Citayam, Bojonggede, dan Depok. Mereka viral, lantaran aksi mereka yang suka nongkrong di kawasan Sudirman. Tidak sekadar nongkrong, para ABG yang usianya 11-16 tahun ini melakukan aksi Fashion Week, berlenggak-lenggok dengan pakaian nyentrik ala kekinian. Rambut berponi dan kacamata gede dan lain sebagainya yang tak jarang menampakkan aurat. 

Tidak hanya viral masalah Fashion Week-nya. Mereka juga terkenal dengan aksi pacaran antara Jeje dan Roy, Bonge dan Kurma. Kemudian bangga dengan gaya hidup jalanan bahkan kini menjadi ikon remaja alay. Mereka menamakan diri mereka sebagai Slebew.

Sungguh miris, melihat fenomena ini. Mereka rela berkorban apa pun termasuk harga diri mereka demi sebuah kesenangan sesaat. Bahkan viral di sebuah video, ada sejumlah anak remaja yang tertidur di atas jembatan Dukuh Atas. Diduga mereka adalah anak-anak yang ikut aksi Fashion Week.

Pertanyaan adalah di mana orang tuanya? Yang pasti, mereka untuk datang ke sana dengan berbaju nyentrik butuh modal. Hasil wawancara salah satu infotainment, modal baju dan gaya mereka ratusan ribu. Dari mana uangnya? Kalau bukan dari orang tuanya lantas dari siapa?

Akan tetapi, jauh lebih miris lagi adalah banyak pihak yang membiarkan bahkan mendukung, termasuk pejabat yang jadi panutan. Para polisi pun tidak membubarkan aksi mereka. Padahal berkumpulnya mereka tentu menimbulkan permasalahan. Mulai dari kebersihan, mengganggu kelancaran lalu lintas, kebisingan, dan lain sebagainya. Harusnya mereka diluruskan dan diarahkan bukan diberi tepuk tangan.

Jelas hal ini adalah bentuk pembajakan potensi generasi muda. Seharusnya mereka mempersiapkan diri dan berjibaku menjadi pemegang estafet kepemimpinan masa depan. Menjadi agen perubah peradaban dan siap membawa kehidupan ke arah yang lebih baik. Justru disibukkan dengan hal-hal yang receh bahkan merusak diri dan masa depan.

Betul, keberadaan anak-anak Citayam Fashion Week (CFW) bukan semata kesalahan mereka sendiri. Akan tetapi lahir dari berbagai kondisi. Di antaranya adalah tidak lepas dari sistem hidup yang dipakai saat ini yaitu kapitalisme sekuler. Kapitalisme menilai kebahagiaan diukur dari materi, terpuaskan syahwat dan hasrat. Jika CFW ini menghasilkan materi, mengekspresikan kebebasan dan memuaskan hasrat mengapa tidak dilakukan. Apalagi pentolan Slebew mereka yaitu Bonge dan Kurma dikabarkan sudah mendapatkan banyak cuan. Inilah yang mereka kejar, cara instan mendapatkan uang.

Pun jika dikaitkan dengan pendidikan saat ini. Generasi saat ini jauh dari agama Islam. Pelajaran agama hanya diajarkan dua jam mata pelajaran dan kegiatan-kegiatan berbau agama banyak yang dilarang. Kegiatan Rohis dituduh sebagai pencetak terorisme. Bahkan mulai dijauhi karena banyaknya isu islamofobia.

Di sisi lain serangan budaya Barat dan Korea terus menggempur. Akibatnya mereka tidak memiliki benteng pertahanan diri. Akhirnya terbawa arus, mengikuti gaya hidup Barat dan Korea. Rusaklah sudah generasi ini. Jika dijauhkan dengan agama.

Halal haram wajib sunah sudah tidak lagi menjadi patokan dalam berbuat. Pacaran dan membuka aurat serta berlenggak-lenggok adalah sesuatu yang dilarang dalam Islam hukumnya haram. Pacaran adalah pintu zina dan dilarang untuk mendekatinya. Sebagaimana firman Allah SWT "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk" (QS. Al-Isra: 32).

Semuanya menunjukkan bahwa sekularisme sudah berhasil masuk ke dalam pemikiran umat termasuk generasi muda. Islam tidak lagi dijadikan pedoman hidup, melainkan hanya sekadar KTP. Jangankan untuk sistem kehidupan, untuk ibadah mahdhah saja mereka tidak mengamalkannya. Beredar video wawancara terhadap anak-anak SCBD tentang niat shalat. Semua menjawab salah alias tidak hafal.

Telah tampak bahwa umat ini tidak lagi memiliki pertahanan. Negara dan masyarakat serta keluarga justru mendukung kekeliruan dan kemaksiatan. Sungguh sedihnya keluarga sebagai benteng terakhir pun sudah banyak yang jebol. Anak lebih betah di jalanan dari pada di rumah. Anak lebih senang dengan pacarnya daripada orang tua dan keluarganya. Anak lebih betah nongkrong daripada sekolah.

Padahal generasi muda adalah penerus kehidupan di masa yang akan datang. Jika keberadaan mereka saat ini lemah ilmu, iman, dan akal. Lantas akan seperti apa kehidupan yang akan datang? Bagaimana nasib bangsa dan negara serta umat ini kelak?


Menyiapkan Generasi Tanggung Jawab Kita

Sungguh kita tidak hanya hidup di dunia. Akan tetapi kita akan hidup kembali di akhirat dan akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan kita. Termasuk dalam mendidik anak-anak dan generasi.

Pemikiran Barat yang hedonis dan sekuler sudah berhasil masuk ke dalam pikiran umat, khususnya anak-anak dan remaja. Ini adalah PR besar kita sebagai orang tua dan juga Kita sebagai bagian umat Islam. Tugas kita adalah mengembalikan kembali keadaan umat seperti masa lalu. Bangkit dan berjaya dari setiap sisi kehidupan. Di mana posisi umat saat itu menjadi umat terbaik yaitu khairu ummah.

Untuk menjadi umat yang terbaik. Allah SWT telah memberikan petunjuk kepada kita. Yaitu dakwah, saling mengingatkan untuk melakukan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Mengingatkan individu untuk menambah ketakwaan kepada Allah SWT dan keluarga supaya kembali pada peran utamanya, mendidik generasi. Begitu juga masyarakat berperan untuk mengontrol dan juga negara sebagai pemenang kebijakan. Semuanya diingatkan untuk kembali pada jalan yang benar yaitu kembali pada Islam.

Sebab sudah terbukti sistem kapitalisme telah gagal dalam mencetak generasi pemimpin. Bandingkan dengan sistem Islam. Di mana telah lahir para pemuda yang mampu memimpin dunia. Seperti Muhammad Al Fatih, Shaluddin Al Ayyubi dan lain sebagainya. Mereka mampu menjadi pemimpin yang menciptakan kesejahteraan bagi seluruh manusia bahkan alam semesta. Maka dari itu, sudah selayaknya kita kembali pada sistem Islam dan mencampakkan sistem kapitalisme sekuler.

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Verawati, S.Pd.
Pegiat Literasi
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments