TintaSiyasi.com -- PT. Pertaminan (Persero) kembali memutuskan menaikan sejumlah produk bahan bakar khusus (BBK) atau BBM nonsubsidi, meliputi Pertamax Turbo, Pertamina Dex, dan Dexlite serta LPG non subsidi seperti Bright Gas mulai minggu (10/7/2022). Kenaikan harga ini dilakukan mengikuti tren harga pada industri minyak dan gas dunia.
Jumlah konsumen BBM nonsubsidi sekitar 5% dari total konsumsi BBM nasional, serta produk LPG non subsidi sekitar 6% dari total konsumsi LPG nasional. Kenaikan ini justru akan mempengaruhi rakyat pada umumnya.
Dampak Kenaikan BBM dan Gas Nonsubsidi bagi Rakyat
Kenaikan harga BBM dan gas nonsubsidi akan mendorong masyarakat beralih ke produk yang lebih murah yakni BBM dan gas Subsidi. Apalagi kenaikan BBM dan gas ini di saat semua bahan pangan mengalami kenaikan di pasar. Akhirnya, mau tidak mau masyarakat akan melakukan penghematan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Apalagi pendapatan tidak mengalami kenaikan.
Belum lagi kenaikan yang 5% BBM dan 6% gas nonsubsidi, tentu akan berimbas ke masyarakat miskin. Sebelum kenaikan, BBM dan gas subsidi peredarannya diperketat dan aksesnya dibatasi. Kini masyarakat miskin akan semakin sulit untuk mendapatkan subsidi karena akan semakin banyak masyarakat yang konsumsi produk subsidi.
Masalah lainnya, secara makro ekonomi akan berpengaruh secara inflasi. Karena naiknya harga BBM dan gas nonsubsidi bersamaan dengan naiknya harga bahan pangan, di mana keduanya sama-sama pokok yang dibutuhkan masyarakat. Jika inflasi naik sekitar 4,2 % pada bulan juni, justru dengan kenaikan bbm dan gas pada bulan juli inflasi akan mencapai 4,6%.
Selain itu, memungkinkan terjadi kelangkaan subsidi. Karena terjadinya perpindahan konsumen nonsubsidi ke subsidi. Akhirnya, permintaan subsidi mengalami kenaikan, sedangkan kebijakan stok subsidi dibatasi oleh pemerintah. Belum lagi baru-baru ini pemerintah mengeluarkan kebijakan pembelian subsidi harus menggunakan aplikasi MyPertamina. Di mana kebijakan ini akan mempersulit dan mencekik masyarakat. Apalagi tidak semua masyarakat mempunyai android bahkan menggunakannya saja belum tentu bisa. Ditambah akses penggunaan jaringan di suatu daerah yang tidak lancar.
Momen ini tentu akan dimanfaatkan oleh para mafia. Memungkinkan para mafia menimbun barang subsidi, sehingga barang tersebut langka dan mereka menjual dengan harga nonsubsidi.
Pengelolaan Energi dalam Islam
Islam memandang SDA energi seperti minyak dan gas merupakan kepemilikan umum yang memang seharusnya dikelola oleh negara bukan diberikan swasta dalam pengelolaannya. Islam tidak akan membiarkan kedua komoditas tersebut mencekik masyarakat. Bukan seperti sekarang, BBM dan gas nonsubsidi yang naik, belum lagi sulitnya mendapatkan subsidi BBM dan gas.
Dalam sistem Islam, pemimpin adalah pelayan rakyat maka Islam mewajibkan pemimpin mengurusi seluruh kebutuhan rakyatnya, bukan malah mencari untung demi kepentingan penguasa dan pengusaha.
Negara berkewajiban mengelola SDA energi seperti BBM dan gas agar memberikan kemaslahatan kepada rakyatnya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara: air, api, dan padang gembalaan.” (HR Abu Dawud dan Ibn Majah).
Selain itu, negara juga berkewajiban memastikan distribusi penggunaan energi dapat dinikmati secara merata oleh rakyatnya. Negara tidak boleh mengambil untung dalam pengelolaannya, tapi rakyat cukup mengganti biaya produksi sehingga harganya tetap murah. Walaupun ada keuntungan yang diambil negara yang sedikit akan dikembalikan kepada rakyatnya lagi untuk kemasalahatan rakyat. Semua ini hanya didapatkan dalam sistem Islam bukan sistem kapitalisme. []
Oleh: Retno Jumilah
Sahabat TintaSiyasi
0 Comments