Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Alihkan Kemudi Generasi


TintaSiyasi.com -- Dunia maya ricuh dengan fenomena unjuk pakaian bak model pada Citayam Fashion Week. Tak ayal, fenomena yang muncul secara tiba-tiba dan menarik perhatian banyak orang ini dengan segera menjadi tempat berkumpulnya para remaja dengan segala bentuk gaya hidup hedonisnya. Apalagi, beberapa pejabat dan artis papan atas tak luput ikut menyemarakkan peristiwa ini.

Bersamaan dengan itu, kasus perundungan di Tasikmalaya juga begitu memprihatinkan. Bocah 11 tahun yang menjadi korban dipaksa oleh 3 tersangka untuk menyetubuhi kucing sembari direkam dan disebarkan rekamannya, akhirnya harus merenggang nyawa akibat depresi yang tak mampu ia tanggung.


Potret Buram

Kalau diibaratkan sebagai penyakit, bisa dikatakan kondisi generasi saat ini sudah genting. Generasi bangsa ini tak baik-baik saja. Fenomena Citayam Fashion Week sampai kasus perundungan di Tasikmalaya menjadi bukti bahwa ada yang salah dari generasi kita.

Citayam Fashion Week ‘katanya’ sebagai bentuk kreatifitas anak bangsa. Tapi sayangnya, kebebasan tanpa batas menyelimuti fenomena yang akhir-akhir ini menjadi buah bibir tersebut. Busana tanpa batas aurat, euforia hedonisme, serta kegiatan yang mengedepankan fun lainnya tumpah-ruah. Menghembuskan napas liberte yang pekat.

Begitu juga kasus perundungan anak yang sampai saat ini bagai berjalan pada tali tak berujung, tak nampak penyelesaiannya. Undang-undang yang ditelurkan pun sebatas kebijakan dan pernyataan normatif, tanpa dampak nyata dalam menanggulangi perundungan.

Singkatnya, our generation is not doing well. Dan tanpa bisa kita pungkiri, semua persoalan ini adalah dampak sisitemis. Tak sekadar bicara dunia pendidikan, namun juga teknologi, informasi, sosial, serta berbagai cabang lainnya yang tak dapat terpisah satu sama lain.


Munculkan Kembali Generasi Pembangun

“Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”. Begitu kata Bapak Proklamator, Ir. Soekarno. Karena memang sebesar itulah potensi pemuda. Maka, menjadi sebuah kesiaan apabila potensi itu terbuang hanya untuk hedonisme dan hawa nafsu masa muda. 

Pada pemuda, sebagai estafet peradaban dan harapan umat, Islam memberi perhatian pada bibit-bibit pemimpin negeri ini. Islam membebankan tanggung jawab pengasuhan dan pengajaran bukan hanya kepada orang tua, tapi juga masyarakat dan negara. 

Orang tua bertugas mentransfer pemikiran serta memberikan apresiasi dan sanksi atas perilaku individu setiap anak. Masyarakat berperan dalam mengontrol individu, termasuk anak-anak, untuk selalu dalam koridor syariat Islam. Negara pun turut andil dalam mengontrol dan menyaring jaringan informasi sehingga konten-konten porno, serta paham-paham hedonisme dan liberalisme bisa dicegah. Sehingga, pembentukan karakter generasi islami bukan sesuatu yang mustahil untuk diwujudkan.

Bicara soal generasi high quality, maka peradaban Islam dalam rentang masanya selama 14 abad tak pernah kurang dari para pemuda saleh yang berjasa bagi agama dan umat. Sebutlah Mush’ab bin Umair, duta pertama dalam Islam yang mampu mengubah Yastrib menjadi cikal bakal Madinah Al Munawwarah, yang penduduknya bershalawat badrun saat Nabi SAW datang setelah hijrah yang panjang. Usamah bin Zaid yang namanya tercatat sebagai komandan pasukan termuda. Serta tak lupa Muhammad Al Fatih yang menaklukkan Konstantinopel dengan ide cemerlang dan membuktikan bahwa janji Rasul SAW benar adanya.

Maka, sudah sepantasnya Islam kembali diterapkan secara kaffah. Agar generasi tangguh pembangun peradaban tak lagi jadi utopia. Generasi yang masa mudanya habis untuk berjuang dan beribadah pada Rabbnya. Dan generasi itulah, yang kita perjuangkan.

Wallahu a’lam. []


Oleh: Asma’ ZH
Sahabat TintaSiyasi
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments