Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tepatkah Jika Ibu Berperan Menjadi Pahlawan Ekonomi?


TintaSiyasi.com -- Dalam acara Sosialisasi Penguatan Perekonomian Subsisten sebagai Upaya Perekonomian Masyarakat di Pendopo Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (25/6/2022), Menteri Sosial (Mensos), Tri Rismaharini menyampaikan bahwa akan mendorong 1.500 ibu Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) untuk berani mengubah nasib lewat berwirausaha. Adapun PKH ini akan berlangsung selama enam bulan ke depan dan harapannya para ibu KPM bisa segera lulus sehingga bisa mendorong kemandirian finansial dan meningkatkan kesejahteraan KPM PKH secara bertahap. Untuk mendukung program ini, Kementerian Sosial akan bekerja sama dengan Bank Indonesia dan Pemerintah Kabupaten Malang. Dan program ini akan menyasar sebanyak 2.500 penerima bantuan social (bansos) di Kabupaten Malang, Kota Batu dan Kota Malang.

Pada Hari Minggu (26/6/2022), Risma – sapaan akrab Mensos – hadir pada Opening Roadshow Workshop dan Bazar Pahlawan Ekonomi tahun 2022 di Surabaya untuk program yang sama tetapi menggunakan nama yang berbeda. Program Pahlawan Ekonomi (PE) yang sudah pernah Risma kembangkan di saat menjabat menjadi Wali Kota Surabaya, akan dipadukan dengan PKH ini. PE sendiri juga berfokus pada pemberdayaan ibu rumah tangga dari keluarga prasejahtera. Dengan kata lain, PE membidik perempuan (istri) sebagai potensi menggerakkan mesin kedua perekonomian. 

Risma juga menyampaikan bahwa PE melalui pemberdayaan UMKM, warga diajarkan dalam hal produksi, pengemasan, perijinan hingga marketing. Hasilnya, banyak pelaku UMKM sukses memasarkan berbagai produk hingga ke luar negeri hingga merekrut banyak pekerja. Hadir juga para alumni PE yang merupakan para pengusaha UMKM, memberikan tips keberhasilannya. 

Jika melihat dari paparan di atas, maka setiap keluarga tidak hanya dari keluarga prasejahtera saja yang merasa tergiur dengan PE ini. Apalagi bagi para ibu yang dulunya adalah pekerja. Merasa bahwa eksistensi dirinya akan terfasilitasi untuk dikembangkan kembali. Apalagi dengan kondisi perekonomian di masa pandemi sekarang. Di mana ekonomi keluarga yang telah direncanakan menjadi acakadut dan harus ditata kembali sejak pemerintah mulai melakukan pelonggaran. Apakah benar ini saatnya?

Sebelum menjawab pertanyaan ini, maka terlebih dahulu mari kita bahas tentang peran utama ibu dalam keluarga. Ada kata orang bijak tempo dulu, jika ada lelaki yang menjadi ulama cendekia, tokoh ternama atau pahlawan ksatria, lihatlah siapa ibu mereka. Karena ibu memiliki peran besar dalam membentuk watak, karakter, dan pengetahuan seseorang. Maka kecerdasan, keuletan, dan perangai sang ibu adalah faktor dominan bagi masa depan anak. Bahkan di dalam Islam, calon anak memiliki hak dari ayahnya. Salah satunya adalah memilihkan calon ibu yang baik. Nah, dari sini, betapa peran ibu sangat luar biasa dalam keluarga. 

Apalagi sudah menjadi hal yang umum bahwa sosok ibu itu dituntut multi tasking. Apa pun bisa di-handle olehnya. Bahkan ada kalimat keramat bagi sosok ibu yaitu “dilarang sakit”. Aktivitasnya pun tidak main-main. Aktivitasnya dimulai dari sebelum anggota keluarga yang lain bangun tidur dan berakhir saat semua anggota keluarga tidur. Betapa kuat sosok ibu, bukan? 

Nah, kalau dari peran sedemikiannya apakah tepat jika sosok Ibu menjadi pahlawan ekonomi? Kata pahlawan dapat diartikan sebagai sosok yang menonjol dan berjasa. Kalau pahlawan ekonomi berarti sosok yang menonjol dan berjasa dalam perekonomian. Jika di tempat pada keluarga maka ibu adalah sosok yang menonjol dan berjasa dalam mencari nafkah untuk keluarga. Nah, lalu peran bapak apa?

Bila melihat kondisi ekonomi sekarang di mana pekerjaan sulit, banyaknya PHK sehingga meningkat jumlah penggangguran maka ibu dituntut untuk putar otak agar ekonomi keluarga tetap stabil. Bukankah seharusnya itu tugas bapak sebagai kepala keluarga? Namun, jika bapak sudah berupaya dengan maksimal tetapi tidak juga ada hasil, lantas apakah harus juga melibatkan ibu? Ini sudah salah kaprah. Karena itu bukan kewajiban ibu. Yang memiliki kewajiban untuk mengatasi masalah ini adalah negara. Negara yang bisa berupaya untuk membuka lapangan pekerjaan bagi para bapak dengan melihat kualifikasi yang mereka miliki sehingga tugas menjaga stabilitas ekonomi keluarga masih di tangan bapak. 

Lalu, salahkah jika ibu ikut berperan mencari nafkah? Tidak salah! Hanya salah kaprah jika menjadikan ibu sebagai pahlawan ekonomi keluarga karena peran ibu jauh lebih mulia dibanding itu. 

Wallahu a’lam. []


Oleh: Dwi R. Djohan
Sahabat TintaSiyasi
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments