Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Liberalisme Menggerus Fitrah Generasi Muslim Sejati


TintaSiyasi.com -- Tren menampilkan karya, seni, dan juga sensasi di kalangan milenial terus menjamur. Mulai dari sesuatu yang sifatnya sekadar iseng, sampai yang sengaja untuk mengundang respon publik dan juga meraih pundi-pundi materi.

Di era digitalisasi saat ini, manusia menjadikan akses media sosial sebagai sarana yang sangat empuk untuk mengekspresikan setiap keinginan dan ambisi, pun termasuk di kalangan remaja melenial.

Sayangnya tidak jarang dari kaum muda ini hanya memprioritaskan eksistensi diri, dari sisi pendulangan materi semata. Tanpa diiringi dengan visi misi yang positif untuk menciptakan karya yang bisa memberikan edukasi dan juga kemaslahatan bagi masyarakat.

Citayam Fashion Week yang viral akhir-akhir ini misalnya, sangat menunjukkan bahwa pemuda hari ini masih memprioritaskan eksistensi diri dari sisi kesenangan semu belaka. Padahal ini merupakan upaya penjajahan liberalis Barat yang terus dilancarkan kepada generasi Muslim. 

Ketika fakta tersebut diketahui oleh publik dan juga pejabat, juga realita remaja putus sekolah, lalu mereka pun ditawari beasiswa untuk melanjutkan sekolah. Namun mereka menolak tawaran tersebut, dengan alasan mereka ingin eksis menjadi konten kreator TikTok saja.


Pendidikan Kapitalisme Sekuler Gagal Mewujudkan Output Cemerlang bagi Generasi

Penolakan tawaran beasiswa yang dilontarkan oleh kaum muda milenial di Citayam, tentu mengandung alasan. Salah satunya adalah pendidikan era hari ini sama sekali tidak dapat menjamin hidup dan kesejahteraan mereka di masa depan. 

Hal ini juga menunjukkan bahwa negara telah gagal dalam mewujudkan sistem pendidikan yang dapat mewujudkan output cemerlang bagi generasi penerus bangsa.

Kapitalisme juga menggiring dunia pendidikan hanya fokus kepada penggalian potensi pemuda Muslim agar dapat menjadi sapi perah kepentingan dan kerakusan para kapitalis.

Belum lagi biaya pendidikan yang semakin meroket, juga fakta sulitnya mencari pekerjaan pasca lulus sekolah, seolah terus menghantui generasi kita. Maka tidak heran jika banyak generasi yang merasa apatis dengan dunia pendidikan.


Demokrasi Langgengkan Liberalisme
 
Mindset yang keliru dalam memandang realita juga telah mendarah daging di negeri ini. Ungkapan "My body my otority" kerap dijadikan sebagai dalih oleh mereka yang berlindung dibawah Hak Asasi Manusia (HAM). Maka mereka tidak segan melenggak-lenggokan tubuh di hadapan umum, mengumbar aurat, dan lain-lain. Yang jelas-jelas melanggar norma agama.

Kaum Muslim yang cerdas pasti menyadari, sampai kapan pun demokrasi tidak akan bisa berlaku adil. Karena ia merupakan perpanjangan dari sistem yang berkuasa kapitalisme sekuler, yang memisahkan agama dari kehidupan.

Dalam demokrasi tidak ada ruang bagi lslam dan ajarannya. Wajar jika beragam acara ataupun seremonial yang menujukan identias keislaman akan dipersoalkan. Yojga mengaji yang sempat viral beberapa bulan lalu misalnya, diangap sebagai sesuatu yang harus dipersoalkan. Pun acara-acara pengajian dianggap sebagai sesuatu meresahkan, dengan tudingan ustaz radikal dan lain-lain seolah tiada hentinya digembar-gemborkan.


Generasi Mulia dengan lslam

Islam agama yang syamilan kamilan. Generasi lslam adalah generasi khairu ummah. Allah SWT menerangkan jalan-jalan yang mengantarkan umat menuju kebahagiaan dan kemuliaan. Sebagaimana Allah juga menjelaskan jalan-jalan yang menjerumuskan ke dalam kesengsaraan dan kehinaan.

Di antara jalan utama yang harus ditempuh apabila manusia menghendaki kemuliaan adalah dengan iman dan amal salih. Allah berfirman,

مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ

Barangsiapa yang melakukan amal salih dari kalangan lelaki atau perempuan dalam keadaan dia beriman, maka benar-benar Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Kami akan membalas untuk mereka dengan pahala yang lebih baik daripada apa-apa yang mereka kerjakan" (QS. an-Nahl: 97).

Dan demikianlah, ketika generasi terdahulu dari umat ini berpegang-teguh dengan Islam yang murni dan mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya, maka mereka pun menjadi bahagia dan mulia. Karena Allah telah menjanjikan hal itu dalam Kitab-Nya. Allah berfirman,

فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى

Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku niscaya dia tidak akan tersesat dan tidak pula celaka” (QS. Thaha: 123).

Allah juga berfirman tentang para sahabat generasi terdepan umat ini,

وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Dan orang-orang yang terdahulu dan pertama-tama yaitu kaum Muhajirin dan Anshar, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, maka Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Dan Allah telah siapkan untuk mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal berada di dalamnya. Dan itulah kemenangan yang sangat besar" (QS. at-Taubah: 100).

Sebaliknya, siapa yang lebih memilih jalan kesesatan dan mencari jalan lain yang tidak ditempuh oleh generasi terbaik umat ini, maka Allah akan lemparkan mereka ke dalam kehinaan dan siksa neraka Jahannam. Allah berfirman,

وَمَن يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءتْ مَصِيراً

Dan barangsiapa yang menentang Rasul setelah jelas baginya petunjuk, dan dia mengikuti selain jalan orang-orang beriman. Kami akan biarkan dia terombang-ambing dalam kesesatannya dan Kami pun akan memasukkan dia ke dalam neraka Jahannam; dan itu adalah seburuk-buruk tempat kembali" (QS. an-Nisaa: 115).

Karena itulah tidak heran jika para ulama kita mengatakan bahwa setiap kebaikan itu adalah dengan mengikuti orang-orang terdahulu (salafus shalih) dan setiap keburukan disebabkan perbuatan mengada-ada yang dilakukan oleh orang-orang belakangan (khalaf).

Imam Malik ra berkata, Tidak akan bisa memperbaiki keadaan generasi akhir umat ini kecuali dengan apa-apa yang telah memperbaiki keadaan generasi awalnya.

Imam al-Auzai rahimahullah berkata, Wajib atasmu untuk mengikuti jejak-jejak orang yang terdahulu (para sahabat nabi) meskipun orang-orang menolakmu. Dan jauhilah olehmu pendapat akal-akal manusia walaupun mereka menghias-hiasinya dengan ucapan yang indah.

Mengikuti jalan yang ditempuh para sahabat bukanlah perkara sepele. Karena ini adalah pilar dan rambu-rambu yang akan membawa kepada kemuliaan. Sementara jalan kemuliaan itu kerapkali diliputi oleh berbagai rintangan dan hambatan. Seperti yang telah diisyaratkan oleh Rasulullah SAW:

حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ

Surga itu diliputi oleh hal-hal yang tidak disenangi oleh syahwat/hawa nafsu, dan neraka itu diliputi hal-hal yang disukai syahwat” (HR. Muslim).

Begitu pula keadaan orang-orang yang pemperjuangkan nilai-nilai Islam, mau tidak mau dia akan mendapatkan penolakan dan hambatan. Rasulullah SAW bersabda,

بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ

Islam datang dalam keadaan terasing dan ia akan kembali pula dalam keadaan terasing, maka beruntunglah orang-orang yang terasing itu” (HR. Muslim).

Banyak kita jumpai pada hari ini orang-orang yang membanggakan dirinya sebagai umat Islam tetapi dalam hal keyakinan dan tauhidnya amat sangat jauh dari apa yang diajarkan di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah serta apa yang dipahami oleh para sahabat. Ini adalah musibah dan malapetaka besar yang menimpa kaum Muslim di zaman ini. Musibah berpalingnya manusia dari ajaran Nabi yang mulia SAW. Sehingga banyak orang terpikat oleh pemikiran dan pemahaman liberal yang menyesatkan.

Gambaran generasi Muslim terbaik seperti Muhammad Al-Fatih, nyata terwujud ketika syariat lslam diterapkan secara kaffah. 

Maka kembali kepada penerapan aturan Allah sajalah menjadi syarat mutlak untuk dapat menghantarkan generasi muslim menuju predikat hakiki, khairu ummah. Dalam naungan Khilafah lslamiah.

 Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Dwi Suryaningsih
Sahabat TintaSiyasi
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments