TintaSiyasi.com -- Dalam rilis Muslimah Media Center (MMC) dinyatakan bahwa kapitalisme telah sukses mencetak generasi pragmatis. "Paham kapitalisme sukses membuat generasi menjadi individu-individu yang pragmatis," rilis MMC di YouTube Muslimah Media Center, Sabtu (16/07/2022) dengan tajuk Nikah Dini, Takut Pacar Ditikung Orang.
Menurutnya, pragmatisme tersebut
nampak dari pandangan mereka tentang hidup, yaitu hanya
memandang hidup itu untuk senang-senang
saja dan tidak terpikirkan oleh bagaimana kehidupan ke depannya.
"Jangankan masa depan akhirat,
masa depan setahun lagi aja enggak kepikir tuh. Hidup dibiarkan mengalir saja
tanpa perencanaan, yang penting senang," ungkapnya.
MMC memberikan contoh pragmatisnya
hidup mereka. "Kalau mereka jatuh cinta, solusinya ya pacaran. Kalau takut ditikung, ya buru-buru deh diajak ke
pelaminan. Enggak peduli siap enggak siap, yang penting senang," paparnya.
Lebih lanjut MMC membeberkan fakta
generasi pragmatis tersebut. "Sebuah peristiwa yang sedang viral yakni
sepasang anak di bawah umur menikah, dengan
alasan takut pacar ditikung orang. Mereka adalah MF (15 tahun) dan NSS (16 tahun). Dalam video viral yang beredar, MF bahkan sama
besarnya dengan seorang anak yang menjadi pendamping pengantinnya,"
bebernya.
Ia menyayangkan, pernikahan mereka
belum dianggap sah oleh negara, karena usia mereka belum 19 tahun. Akhirnya
nikah siri menjadi pilihan.
Pendangan Islam
MMC menerangkan bahwa dalam Islam,
nikah tidak ada batasan umur. Yang
penting sudah balig. Selain itu, Islam
juga akan mengajarkan seorang Muslim yang akan menikah, harus siap
secara ilmu, mental, emosional, juga finansial.
"Ilmu yang dimaksud adalah ilmu
Islam, yang akan sangat mereka butuhkan ketika mengarungi kehidupan pernikahan," ulasnya.
Menurutnya, menikah tak seindah
drama dan harus dipersiapkan benar-benar. Sayangnya,
generasi zaman sekarang banyak yang
menikah tanpa pertimbangkan itu semua. “Hanya berbekal
perasaan dan keyakinan, mereka mantap memutuskan untuk menikah,” ucapnya.
"Apalagi kalau sudah ada ketakutan bakal ditikung tuh.
Sudahlah diikat saja, biar enggak diambil sama orang, gitu deh pikirnya,"
ujarnya.
Media
MMC mengungkapkan, media kapitalis selalu
menayangkan gaya hidup liberal, bebas sebebas-bebasnya. banyak konten
cinta-cintaan yang membuat generasi bangkit naluri seksualnya.
"Jika sudah bangkit pasti akan
menuntut pemuasan. Kalau enggak
dipenuhi, enggak sampai bikin mati sih, hanya galau saja. Tetapi kegalauan
ini bikin generasi yang enggak paham Islam, memenuhi
nalurinya dengan segala sesuatu yang dilarang Allah SWT. Salah satunya ya
dengan pacaran, " ulasnya.
Ia menjelaskan, media kapitalis
berupaya membungkus pacaran dengan cantik, agar generasi tertarik mencobanya. Pacaran digambarkan seolah-olah bukan kemaksiatan. Akibatnya,
dalam pergaulan banyak generasi yang enggak menundukkan pandangan dan tidak
menjaga interaksi dengan lawan jenisnya.
"Banyak yang matanya jelalatan,
tebar pesona biar cepat dapat pacar, Astagfirullah,"
jelasnya.
MMC menilai, negara kapitalis
liberal sangat abai dengan masalah tersebut. Generasi tidak dibekali dengan pola
pikir dan pola sikap islami yang bisa
membentengi mereka dari kemaksiatan. “Generasi justru
dididik dengan sistem pendidikan sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan,” tandasnya.
Islam
"Makin jauh dari Islam, makin
gampang deh terserang pemikiran kapitalis liberal. Makanya hadirnya
negara yang menerapkan Islam secara kaffah sungguh sangat kita butuhkan, biar
generasi ini ada yang mengarahkan dan melindungi dari pemikiran-pemikiran menyesatkan,"
terangnya.
Selanjutnya MMC menguraikan, negara yang menerapkan syariah kaffah tersebut dalam kitab-kitab fiqih disebut
dengan istilah khilafah.
"Khilafah akan membentuk
kepribadian Islam pada generasi melalui sistem pendidikannya, yaitu sistem
pendidikan Islam. Sistem pendidikan ini basisnya aqidah Islam.
Jadi benar-benar dipastikan out put generasi yang dihasilkan adalah mereka-mereka yang paham hak
dan kewajiban sebagai suami dan istri,
sehingga enggak akan main-main dengan pernikahan," ulasnya.
Menurut MMC, mereka yang paham Islam
akan mempersiapkan betul-betul dirinya, supaya bisa menjalani kewajibannya
untuk membentuk keluarga yang sakinah mawahdah
war-rahmah, bukan yang asal cinta saja.
Lebih lanjut MMC memaparkan,
khilafah juga akan menjaga generasi dari konten-konten yang mengandung gaya
hidup liberal.
"Jadi, bakalan dilarang tuh
konten cinta-cintaan yang bisa membangkitkan gharizah nau’. Media akan
menggambarkan dengan jelas mana hak dan mana yang batil. Sesuai
fungsinya, media dalam Islam ditujukan untuk mengedukasi dan menguatkan
ketakwaan individu. Kalau toh ada konten nyeleneh yang berhasil tayang, maka khilafah
akan dengan cepat menghapusnya dari peredaran," paparnya.
Dakwah
Menurut MMC, meskipun sekarang
khilafah belum ada, bukan berarti manusia boleh hidup asal-asalan. Mereka tetap
harus terikat syariat dan harus mengambil
pilihan-pilihan yang tepat dalam hidup.
"Di sinilah pentingnya kita
mengkaji Islam secara kaffah, supaya kita bisa berpikir dan bersikap sesuai Islam di tengah sistem kapitalisme
dan liberalisme ini," ulasnya.
Ia menerangkan, orang yang sudah punya
pola pikir dan pola sikap islami, akan hati-hati sekali dalam mengambil pilihan,
termasuk ketika akn menikah. “Dia akan memastikan ilmunya dan dirinya sudah
siap untuk menjalankan kehidupan rumah tangga, karena di sana nanti akan ada
pertanggungjawaban di hadapan Allah subhanahu wa taala jika ternyata dia belum
bisa menjalankan kewajiban dalam rumah
tangga.
Menurutnya, semua orang harus tahu
hal tersebut, agar mereka tidak sembarangan lagi dalam bergaul, yang bisa
berujung pada bangkitnya gharizah nau’ yang akan
menuntut pemenuhan. Supaya makin banyak orang
yang tahu, maka harus ada aktivitas mendakwahkan Islam secara kaffah dan tsaqafah izah yang
membangkitkan.
0 Comments