Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Islam Spirit Pertama Bagi Persatuan dan Kemerdekaan dari Kolonial Belanda


News.Tintasiyasi -- Script Writer film Jejak Khilafah di Nusantara (JKDN) Nur Fajarudin mengungkapkan bahwa Islam menjadi spirit pertama bagi persatuan dan kemerdekaan dari kolonial Belanda. 

"Islam menjadi spirit pertama bagi nilai persatuan dan kemerdekaan dari kolonial Belanda," ujarnya dalam acara bertema Adakah Peran Islam pada Kemerdekaan? Di Youtube Khilafah Channel Reborn, Kamis (30/06/2022). 

Ia menambahkan, Islam jugalah yang menjadi garda terdepan dalam memobilisasi rakyat menghadapi agresi militer Belanda dan sekutunya setelah proklamasi kemerdekaan. 

"Pada masa kemerdekaan, Islam dianut 87 persen penduduk kepulauan ini. Maka sangat sukar dipahami apabila Islam tidak berperan dalam revolusi yang terjadi di Indonesia," tuturnya. 

Ia menyitat tulisan Kevin W. Fogg dalam desertasinya di Yale University menuliskan bahwa peran Islam dan kaum Muslim dikecilkan dalam penulisan sejarah terkait masa revolusi (1945-1949). Padahal peran Islam sangat besar dan revolusi di Indonesia juga sangat penting dalam sejarah dunia Islam modern. 

Ia membeberkan peran Islam dan kaum Muslim pada masa revolusi Indonesia (1945 - 1949). "Pada masa revolusi ini, para ulama melakukan mobilisasi massa, yakni terlibat aktif menyebarkan berita kemerdekaan serta seruan membela kemerdekaan. Begitupula fatwa-fatwa jihad muncul diberbagai daerah menyambut kedatangan pasukan sekutu dan Belanda," terangnya. 

Ia mengatakan, tokoh-tokoh Islam pada masa revolusi ini melakukan perjuangan politik, dengan aktif membantu pendirian negara baru bernama Indonesia. Mereka secara aktif merumuskan konstitusi negara hingga melakukan diplomasi ke negeri-negeri Muslim sebagai upaya pengakuan kedaulatan. 

"Tokoh-tokoh Islam juga berperan dalam pembentukan konstitusi. Mereka secara aktif menyampaikan pentingnya penerapan ideologi Islam sebagai ideologi negara baik dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) maupun Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesi (BPUPKI)," ungkapnya. 

Namun ia menyayangkan kenapa pidato tokoh-tokoh Islam disidang PPKI, BPUPKI, dan di panitia sembilan hingga terbentuknya Piagam Jakarta tidak disampaikan dalam buku-buku sejarah di sekolah. 

"Kita ketahui bahwa pidato dalam rumusan konstitusi yang dicatat dalam buku sejarah ada tiga orang yang menyampaikan pidato yakni Profesor Soepomo, Mr. M. Yamin, dan Bung Karno. Padahal sebenarnya ada enam orang yang menyampaikan cukup luar biasa. Pertama, K.H. Ahmad Sanusi, dalam sidang BPUPKI menyampaikan bahwa syariat Allah harus menjadi sandaran utama bagi konstitusi negara Indonesia yang merdeka," ungkapnya. 

Kedua, Ki Bagus Hadikusumo, dalam sidang BPUPKI, maqashid syariah sepadan dengan sila-sila yang disampaikan oleh Profesor Soepomo, Mr. M. Yamin, dan Bung Karno. Maka Islam sangat pas menjadi dasar negara Indonesia. 

"Ketiga  K.H. Wahid Hasyim, dalam rapat Tim Sembilan, membawa, dan membacakan inti dari 52.000 surat yang dikirimkan alim ulama se-Jawa dan Madura. Surat-surat tersebut berisi dukungan penerapan syariat Islam bagi Indonesia merdeka," sebutnya. 

Selain itu ia katakan, tokoh-tokoh Islam memegang peran penting bagi keberhasilan diplomasi Indonesia di luar negeri. Pengakuan kedaulatan dari Mesir dan Liga Arab menjadi kunci kemenangan diplomasi Indonesia di PBB. 

"Lalu mengapa di negeri ini Islam dikecilkan dalam sejarah dan perjuangannya dimusuhi?," tutupnya.[] Lanhy Hafa
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments