TintaSiyasi.com -- Analis Lingkar Studi Tsaqofah Ustazah Wiwing Noeraini menjelaskan bahwa kriteria pemimpin dalam pandangan Islam adalah yang paling bertakwa kepada Allah SWT.
“Tangung jawab pertama, yang dipilih adalah pemimpin yang paling bertakwa, yang paling taat kepada Allah, yang takut kepada Allah,” ujarnya dalam Kuntum Khaira Ummah bertajuk Pemimpin Pendukung Pluralisme, Layakkah Dipilih Umat? di kanal Youtube Muslimah Media Center, Jumat (1/7/2022).
Ia menambahkan, kriteria kedua, seorang pemimpin harus bisa menjadi pengurus, pengatur, dan pengelola urusan rakyatnya. Pemimpin juga akan mempertanggungjawabkan pengurusan atas rakyatnya kepada Allah.
“Seorang pemimpin, seorang Imam itu adalah raa-in. Raa-in itu adalah pengurus, pengatur, pengelola urusan rakyatnya, karena dia merasa dia harus bertanggungjawab, masulun ‘an raiyatih (menjadi penanggung jawab atas urusan orang orang yang dipimpinnya, red), harus bertanggungjawab kepada Allah,” tambahnya.
Ia melanjutkan, pemimpin yang sesuai dengan Islam pastilah akan menerapkan hukum-hukum Allah secara keseluruhan.
“Ketika pemimpin ini sesuai dengan Islam, maka pemimpin ini akan menerapkan hukum-hukum Allah secara keseluruhan,” lanjutnya.
Ketiga, seorang pemimpin harus bisa menjadi pelindung (junnah) yang akan melindungi dan menjaga rakyatnya dari berbagai macam serangan-serangan, baik fisik maupun nonfisik, termasuk serangan pemikiran seperti sekulerisme, liberalisme, moderasi beragama, dan pluralisme.
“Dia akan menjaga rakyatnya dari serangan pemikiran seperti sekularisme, liberalisme moderasi beragama, pluralisme,” ujarnya.
Bahaya
Ustadzah Wiwing menjelaskan empat bahaya memilih pemimpin yang moderat. Pertama, pemimpin moderat akan mengaruskan semangat pluralisme. Pluralisme ini sangat bertentangan dengan Islam, karena paham ini mengakui bahwa semua agama dan pendapat adalah benar.
“Ketika kita memilih pemimpin yang seperti ini, maka hakekatnya kita memilih pemimpin yang memiliki semangat pluralisme,” jelasnya.
Kedua, pemimpin moderat akan menjauhkan umat dari penerapan syariah secara keseluruhan. Karena penerapan syariah secara kaffah (keseluruhan) bertentangan dengan prinsip pluralisme dan mendiskriminasi umat agama lain. Alhasil, Islam hanya diterapkan dalam ibadah ritual, shalat, puasa, zakat, masalah akhlak yang baik, dan seterusnya.
“Pemimpin seperti ini tentu tidak akan menerapkan syariat Islam secara keseluruhan,” imbuhnya.
Ketiga, pemimpin moderat akan mentoleransi kemaksiatan, kemungkaran, dan kekufuran, dengan dalih bahwa agama adalah urusan individu yang tidak boleh dicampuri oleh orang lain. Sehingga pemimpin seperti ini akan membiarkan perilaku seperti LGBT dan zina selama dilakukan suka sama suka.
“Berbahaya pemimpin yang seperti ini (moderat, red). Kenapa? Karena akan mentolerir kemaksiatan, kemungkaran, keburukan, kekufuran,” terangnya.
Keempat, pemimpin moderat akan menjauhkan umat Islam dari agamanya. Akhirnya, Islam akan terpisah dari kehidupan, serta masyarakat makin sekuler dan liberal.
"Pemimpin seperti ini akan menjauhkannya otomatis umat dari Islam. Jelas. Karena itu tadi tidak menerapkan hukum-hukum Allah secara keseluruhan, sehingga umat akan semakin sekuler, memisahkan agama dari kehidupan, akan semakin liberal,” pungkasnya. [] Nurwati
0 Comments