Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Bunuh Diri Pelajar, Ada Apa dengan Sistem Pendidikan?

TintaSiyasi.com -- Generasi saat ini adalah tokoh pada masa yang akan datang. Mereka adalah aset bangsa yang sangat mahal dan tidak ternilai harganya. Mereka menjadi tonggak bagi kemajuan dan pembangunan bangsa. Hal ini karena generasi muda memiliki fisik yang kuat pengetahuan yang baru, inovatif dan memiliki tingkat kreativitas yang tinggi.
            
Namun, di tengah tekanan hidup yang mereka hadapi, ditambah ekspektasi yang lebih tinggi. Dengan sulitnya mengakses layanan pendidikan membuat depresi meningkat dikalangan pelajar. Sehingga mereka rela mengakhiri hidup dengan bunuh diri.
            
Problem bunuh diri seolah jadi tren di kalangan generasi muda. Bunuh diri bukanlah masalah baru-baru ini terjadi. Dari dulu masalah ini sudah ada dan malah terjadi lonjakan kenaikan yang lebih tinggi. Bahkan masalah ini terjadi hanya karena masalah remeh, seperti tidak lulus PTN impian, putus cinta, gagal move on, dan dibully.
           
Berawal dari kiriman di akun twitter @utbkfess, sender atau pengirim menyampaikan bahwa adiknya yang saat itu sedang menunggu kelulusan masuk perguruan tinggi. Ia memiliki nazar jika ia benar diterima di PTN impiannya. Ia akan memberi santunan untuk anak yatim. Jika tidak ia akan bunuh diri. Setelah itu ia menyatakan adiknya hilang. Namun ternyata ketika ditemukan adiknya sudah mengakhiri hidupnya. Ia meninggal akibat overdosis alkohol dan beberapa obat yang diberikan oleh psikiater (Hops.id, 13/7/2022).
          
Hal yang sama juga dialami oleh seorang mahasiswa berinisial BH. Sebelum ditemukan tewas gantung diri, dia sempat berkeluh kesah soal kuliahnya selama 7 tahun yang tak kunjung selesai. Keterangan ini didapat setelah polisi mendalami keterangan dari kakak angkat korban, RD. Katanya kuliah 7 tahun enggak lulus-lulus mengajukan skripsi ditolak terus sama dosennya. Sehingga ia diduga stres akhirnya bunuh diri. Tutur Kanit Reskrim Polsek Sungai Pinang, Iptu Fahrudi (Kompas.com, 15/7/2022).
               
Tentu hal ini menjadi pertanyaan di benak kita. Semua upaya untuk memberikan pendidikan terbaik sudah dilakukan oleh pemerintah. Mulai dari pergantian kurikulum 2006 ke kurikulum 2013 dan sekarang sudah diganti juga menjadi merdeka belajar. Seharusnya ini malah menambah kualitas pendidikan yang semakin baik. Menghasilkan generasi yang memiliki kepribadian yang berkualitas. Tapi realitanya malah minimnya mata pelajaran agama Islam di sekolah pada semua tingkat pendidikan. Pendidikan agama jamnya dipangkas bahkan hanya dua jam dalam satu minggu. Pendidikan hari ini hanya menyiapkan generasi yang siap kerja bukan generasi yang memiliki jiwa kepemimpinan, berkepribadian Islam dan memiliki akhlak yang mulia.
              
Banyaknya kasus bunuh diri pada pelajar adalah bukti nyata pendidikan sekuler gagal membangun kepribadian kuat pada pelajar. Disaat yang sama sistem sekuler malah membuat hidup masyarakat penuh dengan tekanan hidup. Sulitnya memenuhi kebutuhan hidup dan sulitnya mengakses layanan pendidikan menjadikan depresi meningkat di kalangan pelajar.


Pendidikan Islam Melahirkan Generasi Hebat Taat Syariat

Islam mencurahkan perhatian yang besar kepada generasi muda. Pada masa kegemilang Islam banyak lahir generasi hebat. Orang tua Muslim mendidik sedari kecil dengan hafalan Al-Qur'an. Agar kelak mereka bisa mengatasi setiap permasalahan mereka dengan Al-Qur'an. Sehingga mereka tumbuh menjadi generasi yang taat pada syariat.
            
Generasi Muslim memiliki visi menjadi pejuang Islam. Mereka senantiasa membela agamanya. Menjaga dirinya untuk selalu dalam ketaatan. Mereka disibukkan dengan menuntut ilmu, menghasilkan karya untuk umat dan berjuang agar hukum Islam diterapkan secara kaffah.
              
Negara (Khilafah), masyarakat dan keluarga berperan dalam membentuk karakter dan kepribadian mereka. Sehingga tidak heran jika kita selalu mengagumi peradaban Islam. Dari peradaban yang gemilang ini banyak lahir pemuda yang luar biasa seperti Salahuddin Al-Ayyubi yang membebaskan Baitul Maqdis, Muhammad Al-Fatih pembebas Konstantinopel ketika umur 21 tahun, Muhammad bin Idris asy-Syafi'i yang bisa memberikan fatwa saat usianya belum genap 15 tahun.
              
Di samping itu, Kekhilafahan Islam memiliki pendidikan yang melahirkan ulama-ulama besar. Mengantarkan kemajuan di bidang ilmu-ilmu Islam. Mereka melukis sejarah dengan tinta emas. Salah satunya Imam Bukhari ahli hadis yang meneliti lebih dari 300.000 hadis.
            
Pendidikan Islam telah terbukti berhasil terdepan dalam mengisi peradaban. Sedangkan pendidikan kapitalisme sekuler masih jauh dari angan-angan dan belum teruji berhasil membentuk generasi hebat.

Wallahu  a'lam bishshawab. []


Oleh: Riska Adeliana, S.Hum.
Sahabat TintaSiyasi
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments