TintaSiyasi.com – Merespons pernyataan pengurus Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme Majelis Ulama Indonesia (MUI) Makmun Rasyid yang menyamakan Khilafatul Muslimin dengan HTI (Hizbut Tahrir Indonesia), (news.detik.com, 09/06/2022), Pengasuh Majelis Taklim Darul Hijrah Pasuruan Ustaz Abulwafa Romli tegas menyangkal bahwa hal itu salah alamat, asal-asalan, dusta, dan fitnah yang nyata terhadap HTI serta para pejuang khilafah lainnya.
“Inti berita itu bahwa Khilafatul Muslimin sama seperti HTI, sebagai kelompok radikal-terorisme, yang bertujuan mengganti Pancasila dengan Khilafah. Tiga tuduhan salah alamat, asal-asalan, dusta, dan fitnah yang nyata terhadap HTI serta para pejuang khilafah lainnya,” sangkal Ustaz Romli, sapaan akrabnya, kepada TintaSiyasi.com, Kamis (16/06/2022).
Ia menyatakan memang betul mereka itu radikal, tetapi tidak terkait radikalisme dan bukan teroris, apalagi terkait terorisme. “Lebih jelasnya kembalikan saja pada definisi radikalisme dan terorisme itu seperti apa menurut hukum yang berlaku,” ucapnya.
Ustaz Romli menegaskan lebih lanjut, “Khilafatul Muslimin itu khilafah palsu, dusta, dan menipu. Sedang HTI itu asli organisasi politik, tepatnya partai politik Islam, sebagai bagian dari Hizbut Tahrir internasional,” bantahnya.
“Khilafatul Muslimin itu mengklaim sudah mendirikan khilafah dan punya khalifah. Sedang HTI masih berdakwah pada penegakkan khilafah. Samanya di mana? Lebih jauh lagi, saya telah membuat banyak tulisan terkait kepalsuan khilafah Khilafatul Muslimin. Silakan buka blog saya, abulwafaromli.blogspot.com,” paparnya.
Ia menyatakan bahwa Khilafah Khilmus itu mengikuti manhaj (sunah) kepausan Vatikan Roma, yakni khilafah tanpa wilayah kekuasaan. Khilafah organisasi yang hanya punya warga, bukan khilafah sebagai negara yang menerapkan hukum atas rakyatnya.
“Sangat beda dengan HTI sebagai partai politik Islam. HTI belum menegakkan khilafah dan belum punya khalifah. HTI itu berdakwah kepada penegakkan Khilafah 'ala Minhajin Nubuwwah atau Khilafah Rasyidah, yaitu khilafah yang mengikuti manhaj (sunah) Nabi Muhammad ï·º dan manhaj (sunah) Al-Khulafa' Ar-Rasyidiin,” ulasnya.
Dengan tegas Ustaz Romli menyebut bahwa metode dakwah HTI itu mengikuti metode dakwah Rasulullah ï·º pada fase Makkah, tanpa kekerasan fisik, tanpa menyimpang sehelai rambut pun, sedang terkait teknis boleh saja berbeda.
Pengkerdilan
Ustaz Romli menyebut, merupakan pengkerdilan terhadap ajaran Islam yang agung yaitu khilafah disejajarkannya dengan Pancasila. Seolah-olah khilafah akan mengganti Pancasila.
“Khilafah itu ajaran Islam dan Pancasila menurut klaim mereka juga ajaran yang digali dari nilai-nilai Islam. Bagaimana bisa antara ajaran Islam saling bertabrakan. Seharusnya kalau klaim mereka benar bahwa Pancasila itu islami, maka ketika Islam diterapkan secara kaffah melalui penegakkan khilafah, maka Pancasila juga ikut diterapkan karena bagian dari Islam. Bagaimana bisa khilafah mengganti Pancasila?!” jelasnya.
Ustaz Romli menambahkan, dengan menuduh khilafah akan mengganti Pancasila atau menabrakkan khilafah terhadap Pancasila, justru rasio normal memahami bahwa Pancasila itu bukan ajaran yang digali dari nilai-nilai Islam.
“Munculnya wacana akan meringkas Pancasila menjadi Trisila lalu Ekasila yaitu gotong royong, ini menguatkan pemahaman di atas,” tandasnya.[] Reni Tri Yuli Setiawati
0 Comments