Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tiga Poin Penting soal Lengsernya PM Pakistan


TintaSiyasi.com -- Terkait Lengsernya Perdana Menteri (PM) Pakistan Imran Khan baru-baru ini, Direktur Forum On Islamic World Studies, Ustaz Farid Wadjdi membeberkan beberapa poin penting yang bisa dipahami dari peristiwa tersebut. 

“Lengsernya Imran Khan di Pakistan bukanlah hal baru. Karena hampir semua PM Pakistan tidak tuntas menyelesaikan masa jabatannya. Hal tersebut disebabkan dinamika politik di Pakistan yang cukup keras dan banyak faktor (poin) yang menyebabkannya,” ujarnya dalam Kabar Petang; Imran Khan lengser, Pakistan Butuh Solusi Islam, di kanal YouTube Khilafah News, Selasa (12/04/2022). 

Dia menjelaskan beberapa poin penting yang perlu diketahui umat Islam dalam memahami situasi Pakistan dan Imran Khan. Pertama, adalah faktor kekecewaan masyarakat Pakistan terhadap Imran Khan yang menjadi harapan ditengah ketidakpercayaan mereka terhadap politisi yang memimpin karena hanya haus dan rakus jabatan. 

“Rakyat Pakistan awalnya banyak berharap dari sosok Imran Khan. Sebagai seorang olahragawan dan tidak mempunyai catatan politik yang buruk. Ia diharapkan mampu mengeluarkan Pakistan dari kemelut yang penyebabnya adalah para politisi yang rakus dan haus jabatan,” katanya. 

Namun, ia mengatakan, harapan rakyat Pakistan terhadap Imran Khan tinggal mitos, karena realitasnya tidak terpenuhi oleh Imran Khan. Pakistan sekarang justru makin babak belur secara ekonomi karena didera inflasi tinggi, cadangan devisa yang menyusut, dan juga pukulan badai Covid-19. 

Kedua, dukungan militer adalah hal yang sangat Penting di Pakistan bagi seorang PM. Dengan kata lain, tidak akan bisa seorang PM bertahan dalam jabatannya tanpa dukungan dari militer. 

“Selanjutnya, dukungan militer menjadi hal yang penting dalam sistem pemerintahan Pakistan. Banyak yang menyebutkan bahwa Imran Khan dulunya didukung oleh militer. Namun, situsinya berubah dan hubungan keduanya tidak baik. Salah satunya disebabkan penunjukan petinggi-petinggi militer yang tampaknya berseberangan,” tambah Farid. 

Ketiga, sikap Imran Khan yang sering konfrontatif dalam kebijakan politik luar negerinya walaupun hanya sebatas retorika. Tentu saja, sikap Imran Khan yang demikian menurut Farid tidak disukai oleh Amerika Serikat dan militer Pakistan. 

Hal itu, lanjutnya, karena militer negara Pakistan loyalnya antara ke AS dan Inggris. Termasuk sikapnya yang sering menyerang PM India yang tidak disukai oleh AS. Sebab AS sendiri ingin India-Pakistan lebih berdamai demi meredam ambisi China di kawasan tersebut. 

Tetapi Ustaz Farid menegaskan bahwa kondisi Pakistan yang demikian bukanlah hal baru yang pertama kali terjadi. Apalagi terkait isu ekonomi yang merosot dan utang luar negerinya. 

“Jika kita lihat, situasi ini bukanlah hal baru terjadi di Pakistan. Krisis ekonomi, sudah cukup lama terjadi di sana. Tahun 1971 misalnya saja utang luar negeri Pakistan mencapai 31 miliar rupe Pakistan. Tahun 1991 meningkat menjadi 881 miliar rupe, tahun 2019 mencapai 10 triliun rupe, dan kini membengkak sebanyak 40 triliun rupe,” ungkapnya. 

Begitu juga dengan keberadaan sumber daya alam Pakistan yang berada dalam naungan negara (BUMN) sudah diprivatisasi. Sehingga katanya, Imran Khan bukanlah faktor semata-mata penyebab krisis yang melanda Pakistan. Namun sistem yang dipakai Pakistan adalah sengaja dirancang untuk mengamankan kepentingan politik dan ekonomi negara-negara kolonialis. 

Farid menjelaskan bahwa secara politik, keberadaan negara Pakistan sangat strategis dimata negara kolonialis. Karena memiliki potensi seperti jumlah penduduk mayoritas muslim dan negara Muslim satu-satunya di dunia yang memiliki kemampuan senjata nuklir. 

“Pakistan adalah negara berpenduduk Muslim yang besar dengan jumlah penduduknya 200 juta. Dan merupakan satu-satunya negara Muslim yang memiliki kemampuan senjata nuklir. Ya, secara politik, sangat strategis dimata kolonialis,” terangnya. 

Tidak hanya itu, secara geopolitik letak Pakistan yang dekat Afganistan, Asia Tengah, India, serta China yang tidak terlalu jauh sangatlah strategis menurut Farid. Dan faktor ini juga menjadi salah satu yang membuat Pakistan sejak awal didesain untuk didkendalikan oleh negara-negara imprealis, baik AS maupun Inggris. 

Sekali lagi, Farid menegaskan bahwa persoalan Pakistan adalah persoalan sistem yang telah sengaja dirancang untuk mengamankan kepentingan kolonialis dan negara-negara imprealis seperti AS. 

“Persoalan mendasarnya adalah sistem Pakistan yang dirancang untuk mengamankan kepentingan kolonialis dan imprealis seperti AS. Artinya, walaupun Imran Khan digulirkan, tidak akan membawa perubahan yang lebih baik bagi Pakistan,” tandasnya.[] M. Siregar
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments