TintaSiyasi.com -- Pengasuh Majelis Halawatul Iman Bogor Ustaz Muhibuddin, S.H.I. mengatakan bahwa Ramadhan merupakan syahrul maghfirah yang dari awal hingga akhir adalah bulan ampunan.
"Ramadhan merupakan syahrul magfirah, yakni dari awal hingga akhir adalah bulan ampunan. Setiap detik, menit, dan jamnya adalah ampunan dari Allah Subhanahu wa Taala," tuturnya dalam Kajian Ngave yang bertajuk Ramadhan Bulan Maghfirah di channel YouTube Majelis Gaul, Senin (04/04/2022).
Ustaz Muhib, sapaan akrabnya, mengutip hadis riwayat Muslim,
الصلوات الخمس , والجمعة إلى الجمعة , ورمضان إلى رمضان , مكفرات ما بينهن إذا اجتنبت الكبائر
Dari shalat (ke shalat) yang lima waktu, dari Jumat ke Jumat, dari Ramadhan ke Ramadhan, semua itu dapat menghapuskan (dosa-dosa) di antara waktu tersebut, jika menjauhi dosa-dosa besar.
Ia menjelaskan, apabila seseorang tidak pernah berbuat dosa besar, maka sebenarnya tinggal dosa-dosa kecil saja, maka dosa-dosa kecil tersebut akan terhapus dengan media yang Allah Subhanahu wa Taala siapkan, yaitu shalat lima waktu.
"Dalam sebuah riwayat diceritakan, shalat lima waktu itu ibarat di depan rumah mengalir air yang sangat jernih dan kita mandi sehari lima kali di danau itu. Kemudian Rasulullah Salallahu alaihi Wasalam mempertanyakan, apakah ada kotoran di tubuhnya? Tentu tidak akan ada," ceritanya.
Ia melanjutkan, artinya dengan shalat lima waktu saja, dan shalatnya dijaga betul-betul, hal tersebut merupakan media harian yang Allah Subhanahu wa Taala siapkan untuk hamba-Nya.
"Namun, terkadang shalat lima waktu yang dikerjakan tersebut tidak sempurna, misalkan dibumbui dengan kemalasan. Maka, Allah Subhanahu wa Taala tambahkan lagi dengan kesempatan mingguan. Jadi, dari Jumat ke Jumat merupakan wasilah Allah Subhanahu wa Taala untuk mengampuni hamba-Nya. Itu pun jika shalat Jumatnya benar, terkadang jumatannya kan ngantuk," lanjutnya.
Ia menegaskan, Allah Subhanahu wa Taala menyiapkan media tahunan, yakni Ramadhan ke Ramadhan. "Nah, Ramadhan ini menjadi wasilah pelebur dosa-dosa seseorang jika ia serius beramal sesuai tuntunan Allah Subhanahu wa Taala. Jangan sampai Ramadhan tiba, tetapi belum mendapat ampunan Allah Subhanahu wa Taala. Mengerikan sekali," sesalnya.
Kemudian ia mengutip hadis Rasulullah Salallahu alaihi Wasalam yang datang dari Abu Hurairah dan diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَىَّ وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ أَدْرَكَ عِنْدَهُ أَبَوَاهُ الْكِبَرَ فَلَمْ يُدْخِلاَهُ الْجَنَّةَ
Abu Hurairah Ra meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh sangat terhina dan rendah seseorang yang disebutkanku, lalu dia tidak bershalawat atasku, Sungguh sangat terhina dan rendah seseorang yang datang kepadanya Ramadhan kemudian bulan tersebut berlalu sebelum diampuni untuknya (dosa-dosanya), Sungguh sangat terhina dan rendah seseorang yang mendapati kedua orangtuanya lalu keduanya tidak memasukkannya ke dalam surga.
"Ashiyam secara bahasa al-imsak, yaitu menahan diri dari terbit fajar hingga tenggelam matahari untuk menahan makan, minum, berhubungan suami istri, dan semua yang membatalkan dan merusak pahala dihindari. Maka, itu menjadi wasilah Allah Subhanahu wa Taala memberi ampunan untuk kita," jelasnya.
Kemudian ia menambahkan dengan membacakan hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim,
ومن قام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه
Barangsiapa yang berdiri (menunaikan shalat) di bulan Ramadan dengan iman dan mengharap (pahala), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.
"Hadis tersebut memperkuat, jika kita berpuasa karena dorongan iman dan karena ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Taala, bukan karena yang lainnya, misalkan untuk diet dan kesehatan. Maka, bayangkan kita puasa selama satu bulan itu setiap harinya pelebur dosa. Sehingga, pahalanya besar sekali, dan dari hadis ini menjadi jelas bahwa shaum Ramadhan menjadi wasilah ampunan," tegasnya.
Ia memaparkan, demikian juga di malam hari, Allah Subhanahu wa Taala menyiapkan medianya dengan tarawih. Ternyata di situ juga menjadi wasilah ampunan dari Allah Subhanahu wa Taala bagi hamba-Nya. “Barangsiapa yang mengerjakan qiyaumul lail, pada malam lailatul qadar, membaca Al-Qur'an, sedekah, mengaji, dan banyak lagi, serta semua ketaatan di bulan Ramadhan dilaksanakan berdasarkan keimanan dan mengharap rida Allah Subhanahu wa Taala, maka akan menjadi wasilah ampunan bagai hamba-Nya.
"Jadi, kurang apa? Memang hampir-hampir mustahil setiap Muslim keluar Ramadhan tidak mendapatkan ampunan," lugasnya.
Kemudian ia membacakan hadis riwayat Bukhari dan Muslim,
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barangsiapa yang berdiri (menunaikan shalat) pada malam Lailatul Qadar dengan (penuh) keimanan dan pengharapan (pahala), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.
"Dikatakan dalam sebuah riwayat, jika disebut nama Baginda Nabi, maka harus menyebut Shalallahu alaihi Wasalam. Nah, bagi mereka yang tidak membaca shalawat atasku, maka sungguh hina dan rugi sekali," tuturnya.
Ia menambahkan, begitupula dengan Ramadhan, jika bulan suci sudah sampai kepada kaum Muslim, tetapi berlalu begitu saja, lalu seseorang tidak mendapat ampunan, tentu sangat rugi sekali. Nauzubillah mindzalik.
"Maka dengan demikian, seharusnya ketika Ramadhan berlalu tidak ada seorang Muslim pun yang tidak terampuni dosa-dosanya. Sehingga, target yang diharapkan Allah Subhanahu wa Taala bagi orang-orang beriman untuk berpuasa bisa tercapai yakni la'allakum tattaquun. Yaitu, agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa." tutupnya.[] Nurmilati
0 Comments