TintaSiyasi.com -- Pengamat Politik dan Kebangsaan H.M. Rizal Fadhilah, S.H. menilai jika wacana pemilu 2024 ditunda karena konflik Rusia dan Ukraina, maka menunjukkan betapa lemahnya rezim atasi persoalan yang ada, sehingga mencari-cari alasan yang tidak pas.
"Itu menunjukkan betapa lemahnya rezim ini di dalam atasi persoalan yang ada, sehingga harus mencari-cari yang tidak pas sebagai alasan," tegasnya dalam acara FGD ke-45 Pusat Kajian dan Analisis Data (PKAD): Resonansi Ukraina dan Tunda Pemilu, Sabtu (5/3/2022) di kanal YouTube Pusat Kajian dan Analisis Data.
Ia mengatakan, konflik Rusia-Ukraina tidak berpengaruh terhadap keharusan pengunduran pemilu lebih dari 2024. "Saya kira itu mengada-ada, khayalan saja ilusi saja. Presiden seharusnya punya sikap," bebernya.
"(Presiden harusnya mengatakan) oh itu enggak bener pengunduran itu (pemilu). Nah, itu ada respons," ungkapnya.
Ia membeberkan, seperti waktu wacana tiga periode, presiden mengatakan tiga periode itu menampar muka, itu penjilat, itu menjerumuskan presiden.
"Tetapi sekarang pengunduran pemilu 2024 itu beda. Harusnya ungkap lagi," katanya.
Ia menuturkan, dan akhirnya proses-proses mengambang. Hal itu ia nilai sebagai bentuk pembusukan yang akhirnya muncul opsi-opsi. "Kalau menunda itu gagal, ya sekarang mempercepat dong," celetuknya.
Kembali ia menengaskan, memperpanjang tidak bisa harusnya mempercepat, tetapi bukan pemilunya tetapi proses lain. Itu sifat gentle man. "Kan sudah gagal, mundur dong!" kata Rizal.
Ia menilai, banyak upaya tidak berhasil juga, dengan ini dengan itu. "Ya udah mundurlah. Itu tuntutan dari publik," ucap Rizal.
Atau mau nunggu proses pembusukan sampai dimundurkan. Beberapa presiden dijatuhkan dengan people power. "Apakah Pak Jokowi mau mengulangi lagi proses itu? Ujung dari tidak mempunyai sikap," tandasnya. [] Munamah
0 Comments