TintaSiyasi.com -- Direktur Siyasah Institute Ustaz Iwan Januar memaparkan perbedaan tata pergaulan Islam dan kapitalisme. Pertama, dalam Islam iman menjadi asas di dalam sistem sosial Islam. Tetapi, dalam kapitalisme agama disingkirkan.
“Di dalam Islam pergaulan pria dan wanita dengan berlandaskan iman, maka laki-laki dan perempuan walaupun dia ada kesempatan melakukan perbuatan asusila, tetapi kalau dia ingat Allah akan muncul rasa takut kepada Allah,” ungkapnya di rangkaian Ekspo Rajab 1433 Ambruknya Kapitalisme Tegaknya Peradaban Islam season Speak Up Rajab 1443, Sabtu, 26 Februari di EkspoRajab.com.
Ia menambahkan, dalam kapitalisme iman disingkirkan karena falsafah hidup mereka adalah fasluddin 'anil-hayah, yakni memisahkan agama dari kehidupan.
“Kalau sudah agama disingkirkan tidak ada dalam kehidupan yang berlaku prinsip freedom, dan kebebasan yang paling menonjol memang kapitalisme, kebebasan kepemilikan, tapi kebebasan yang paling digemari dalam sistem kapitalisme adalah freedom for want kebebasan kepribadian,” paparnya.
Kedua, Islam memuliakan perempuan, Barat atau kapitalisme merendahkan perempuan. Menurutnya, Barat sering menyerang Islam mengatakan Islam itu agama yang merendahkan perempuan.
“Para umahat kerja di rumah sebetulnya mungkin ada yang sarjana, ada yang S3 tetapi jadi istri, suaminya pergi yang kerja istri di rumah ngurus anak, nyuci, ngepel, masak, melayani suami, padahal dia bisa kerja keluar rumah tapi hanya menjadi ibu rumah tangga kata orang-orang kapitalis ini merendahkan kemampuan kaum perempuan, karena kalau dia kerja mungkin penghasilannya besar tetapi ibu rumah tangga berapa? Hanya harus menerima pemberian dari suami,” paparnya.
Ia mengungkapkan, kalau hari ini demokrasi masih berpikir berapa persen wanita terwakil di parlemen, sejak dulu Islam sudah memberikan sama kewajiban perempuan dan laki-laki dalam berpolitik termasuk di dalamnya kewajiban amar makruf nahi mungkar.
“Di dalam Islam laki-laki wajib tholabul ilmi, perempuan wajib tholabul ilmi. Di dalam Islam laki-laki ada kewajiban amar makruf nahi mungkar termasuk berpolitik maka di dalam Islam inipun berlaku untuk para perempuan,” terangnya.
Ketiga, dalam Islam ada kewajiban bagi kaum laki-laki menafkahi perempuan. Kapitalisme meneksploitasi perempuan dalam mesin industri uang.
“Perempuan dalam Islam diberikan perlindungan dan penjagaan laki-laki tidak boleh mengganggunya, tidak boleh menyakitinya bahkan di dalam rumah tangga kalau seorang wanita sudah berbuat baik pada suami, maka Allah ingatkan suami untuk tidak mencari-cari kesalahan untuk menyusahkan istri,” terangnya.
Kemudian ia mengungkapkan, dalam kapitalisme wanita dimuliakan hanya lip service hanya kebohongan saja. Wanita lebih banyak dieksploitasi. “Cuma sayangnya banyak perempuan juga merasa ketika mereka didandani diberikan pakaian yang membuka aurat dipajang di majalah-majalah terkenal mereka merasa dimuliakan padahal sebetulnya itu dieksploitasi,” tegasnya.
Keempat, dalam Islam hubungan pria wanita berdasarkan syariat Islam, tetapi dalam kapitalisme hubungan pria dan wanita berdasarkan consent.
“Yang penting sama-sama ridha yang penting sama-sama ikhlas kenal sore hari, malam tidur satu kamar satu ranjang, itu tidak ada masalah yang penting consent ini sebetulnya yang menjadi pangkal persoalan banyak masalah di dunia. Karena perzinaan dalam masyarakat kapitalisme itu dianggap lumrah yang penting consent yang penting sama suka, akhirnya menciptakan kerusakan yang sangat dahsyat,” ungkapnya.
“Dalam Islam ini perbuatan kriminal, dosa besar zina maka Allah menempatkan perbuatan zina ini dosa besar, jangankan berzinanya mendekati saja sudah diharamkan. Maka seperti membuka aurat dilarang,” pungkasnya. [] Alfia Purwanti
0 Comments