Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Aktivis Muslimah: Islamofobia Pemicu Masifnya Serangan terhadap Islam


TintaSiyasi.com -- Mengomentari masifnya serangan terhadap ajaran Islam serta umat Islam, Ustazah Iffah Ainur Rochmah menilai bahwa Islamofobia adalah pemicunya. 

"Islamofobia ini sudah menjadi pemicu yang luar biasa bagi lahirnya beragam penistaan terhadap agama," ungkap Aktivis Muslimah tersebut dalam rubrik Muslimah Talk di YouTube Muslimah Media Center (MMC), Selasa (15/03/2022).

Ia menerangkan bahwa Islamofobia sebagai bentuk kekhawatiran yang luar biasa, melahirkan reaksi berupa tindakan merendahkan, menyerang syariat Islam. Hal tersebut tidak hanya dilakukan oleh individu per individu, namun sudah menjadi semacam tren global. Fenomena yang bahkan ditemukan di negeri Muslim terbesar seperti Indonesia.

Ustazah Iffah mengingatkan, Islamofobia muncul semakin besar, setelah peristiwa 11 September. "Setelah peristiwa itu, kita tahu ada global war on terrorism. Ada perang global terhadap terorisme yang sesungguhnya tidak lain adalah global war on Islam," ungkapnya. 

Lebih lanjut ia memaparkan, sepanjang sepuluh tahun, dari 2003 hingga 2013, berbagai pihak di dunia Barat telah mengeluarkan dana yang luar biasa, bahkan disebut-sebut hingga 25 triliun lebih untuk membangun narasi-narasi Islamofobia. Hasilnya, isu-isu Islamofobia atau narasi kebencian terhadap Islam menjadi mengemuka di media sosial. Data tersebut diperoleh berdasarkan sejumlah pengamatan. 

"Sejumlah pengamat seperti Nathan Lean mengatakan, industri Islamofobia akan terus dipelihara untuk kurun waktu beberapa saat ke depan, karena ada banyak kepentingan yang mereka inginkan untuk menyerang Islam secara masif, " tuturnya.

Sekularisme

Sebab lain menurut Ustazah Iffah, saat ini umat hidup di bawah sebuah peradaban yang mengagungkan kebebasan atau liberalism dan sekularisme sebagai pijakan. Atas nama hak asasi manusia diberikan kebebasan dan keleluasaan kepada siapa saja untuk menghina ajaran Islam. 

Kepentingan politik praktis, menurutnya juga menjadi sebab masifnya pelecehan terhadap Islam. "Di beberapa negara Eropa maupun Asia Selatan misalnya, isu tentang Islam menjadi bahan bakar bagi elit-elit politik untuk menaikkan elektabilitas mereka di hadapan para pemilih yang punya kebencian terhadap Islam atau mengidap penyakit Islamofobia," ulasnya. 

Ia menilai, law enforcement (penegakan hukum) yang lemah juga menjadi sebab masifnya serangan terhadap Islam. Hal tersebut nampak ketika ada peristiwa pelecehan terhadap Islam, kemudian umat Islam melaporkannya, maka tidak ada tindak lanjut yang memuaskan publik, bahkan mengecewakan. Kalau pun ada sanksi (hukuman), tidak membuat jera pelakunya. Akibatnya, pelecehan terhadap Islam masih terus terjadi. 

"Yang terakhir, kita tidak bisa pungkiri juga bahwa banyaknya serangan terhadap Islam dan ajaran Islam di negeri yang mayoritas Muslim seperti di negeri kita, itu selaras dengan agenda global mereka yang tidak menginginkan lengsernya peradaban sekuler kapitalisme," nilainya. 

Ia memaparkan bahwa Barat mengetahui tantangan global bagi ideologi mereka adalah tegaknya kembali hukum-hukum Allah Subhanahu wa Taala, diperkenalkannya lebih luas hukum-hukum syariat Islam, dan munculnya kembali peradaban Islam. "Karena itu, mereka sekuat tenaga mencari cara agar ada pandangan negatif terhadap Islam, terhadap ajaran Islam," paparnya. 

Lebih jauh ia menerangkan, di dunia media dikenal apa yang disebut sebagai distopia. Apa pun yang berkaitan dengan Islam, harus digambarkan begitu buruk, tidak boleh ada sedikit pun harapan bahwa Islam akan memberikan kebaikan. 

“Maka, melalui bermacam-macam kemasan, bukan hanya serangan itu langsung memojokkan dengan menganggap Islam sebagai agama teror, sumber krisis, tidak mampu membangun harmoni di tengah-tengah masyarakat, membangun masyarakat yang intoleran, dan seterusnya. Tetapi, juga melalui cara-cara yang lebih halus, dengan mengenalkan apa yang disebut Islam moderat atau paham moderasi beragama,” paparnya.

"Beragama tidak boleh terlalu kaku, atau terlalu konsisten terhadap ajaran agamanya. Tentu saja yang dikehendaki adalah agar kaum Muslimin tidak lagi berislam kaffah," terangnya. 

Bangkit

Ustazah Iffah menegaskan bahwa, pertama, umat Islam tidak boleh diam, terhadap fenomena masifnya serangan terhadap ajaran Islam dan pemeluknya. Karena hal tersebut merupakan suatu kemungkaran yang harus diubah. Sebagaimana perintah Allah Subhanahu wa Taala melalui lisan Rasulullah Salallahu alayhi Wasalam dalam hadis riwayat Muslim. 

Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tanganmu. Bila tidak mampu, ubahlah dengan lisanmu. Bila tidak mampu, ubahlah dengan hatimu, dan itu adalah selemah-lemahnya iman.

"Karena itu, setidaknya kita terus bersuara ketika ada pelecehan, perendahan, dan peminggiran terhadap ajaran Islam. Ini adalah sebuah kemungkaran, dan kemungkaran itu harus kita ubah dengan tangan kita, ketika kita memiliki wewenang, dengan lisan kita atau dengan suara kita, baik itu di media, ataupun kita sampaikan langsung kepada semua lapisan masyarakat. Ini adalah kewajiban kita. Kita tidak boleh diam," tegasnya. 

Kedua, kaum Muslim harus memiliki pemahaman terhadap Islam secara utuh. Bahwa Islam memiliki serangkaian ajaran yang mencakup bukan hanya aspek ritualitas, tetapi juga membahas berbagai aspek kehidupan manusia. 

Ketiga, membongkar atau mengungkap motif di balik terus digencarkannya ide-ide yang mempopulerkan moderasi beragama, yang menggambarkan seolah-olah Islam patut diperbaiki, karena banyak hal negatif dari Islam. Itu semua harus dibongkar.

"Sesungguhnya, mereka yang menyuarakannya punya kepentingan terkait kursi-kursi yang ingin mereka pertahankan," ungkapnya. 

Ia menekankan bahwa dunia hari ini punya kepentingan untuk terus menyuarakan narasi-narasi Islamofobia, karena tidak ingin kehilangan kesempatan untuk mempertahankan peradaban kapitalisme yang makin nampak kebobrokannya, dan tinggal menunggu waktu untuk ambruknya peradaban tersebut. 

"Tidak ada tempat bagi ide-ide liberal untuk berkembang dan menyesatkan kaum Muslim, serta memanipulasi mata dunia, ketika hukum-hukum syariat diberlakukan, bukan hanya oleh individu, tetapi oleh sistem (negara)," tekannya.

Ia menyimpulkan, kunci yang paling penting dalam menghadapi serangan masif terhadap Islam, tidak lain adalah berikhtiar untuk membangun kesadaran kaum Muslim agar menginginkan hadirnya kembali tata pemerintahan Islam.

"Di mana seluruh aspek yang dibahas oleh Islam bisa diberlakukan secara nyata. Tentu saja, tidak ada kekuatan global dari organisasi atau negara manapun di luar Khilafah Islamiyah yang dengan mudah merendahkan ajaran Islam. Karena, mereka akan berhadapan dengan kekuatan yang dimiliki oleh khilafah, bila coba-coba melakukannya," pungkasnya.[] Binti Muzayyanah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments