Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ustaz Oemar Mita: Syukur Adalah Perkara Primer Dalam Kehidupan


TintaSiyasi.com -- Founder Kajian Syameela Ustaz Oemar Mita, Lc.  mengatakan bahwa syukur merupakan perkara primer dalam kehidupan. "Syukur merupakan perkara primer dalam kehidupan," tuturnya dalam Book Review: Tazkiyatun Nafs Indahnya Jiwa yang Tenang, di YouTube Kajian Syameela, Ahad (30/01/2022).

“Syukur sebagaimana saringan pada air. Fungsi saringan adalah menyaring air yang keruh atau kotor menjadi air yang bening dan jernih. Air yang bening dan jernih layak dikonsumsi, diminum, untuk membersihkan badan, dan tentunya untuk menghilangkan dahaga dan haus," katanya.

Lebih lanjut, ia mengatakan, “Maka, sama pula bahwa syukur itu seperti saringan. Karena sesungguhnya, di dalam kehidupan, kita pasti menemukan sesuatu yang keruh, suatu problematika, musibah, kesulitan, dan kesukaran yang pastinya kita rasakan." 

Ustaz Mita mengungkapkan, hidup tidak pernah lepas dari hal tersebut. Siapa pun yang memasang alat syukur pada pucuk hatinya, maka setiap perkara yang keruh yang dijumpai dalam kehidupannya, maka akan bersih dan bening.

"Perkara kehidupan akan menjadi anugerah, kesulitan menjadi kemudahan, dan kesempitan menjadi kelapangan. Syaratnya adalah ia menjadi hamba yang bersyukur kepada Allah ï·»," jelasnya.

Lanjutnya, Itulah titik salah satu tempat yang bisa memberikan kebahagiaan. “Kesenangan tidak akan bisa memberikan kebahagiaan, tetapi kebahagiaan didapatkan salah satunya dengan bersyukur kepada Allah ï·». Maka, inilah yang menjadikan seseorang senantiasa berusaha untuk bersyukur," imbuhnya.

“Bahwasanya, kebaikan-kebaikan yang sudah Allah ï·» berikan kepada manusia jauh lebih besar daripada setiap kesulitan yang diberikan-Nya,” ungkapnya.

Ia mengatakan, orang yang selalu mampu menghitung setiap nikmat yang Allah ï·» berikan, maka tidak akan menjadikannya tidak merasa bersyukur. Setiap hari dan setiap waktunya adalah kebaikan yang begitu banyak.

"Saking banyaknya, manusia terkadang justru melupakan dan amnesia dengan kebaikan yang Allah ï·» berikan begitu berlimpah dalam kehidupannya," ingatnya.

Kemudian ia menceritakan, Syaikhul Islam berkata, “Nikmat yang Allah ï·» berikan begitu banyaknya, akhirnya hilang sensitivitas manusia untuk mengenali nikmat yang sudah Allah ï·» berikan sangatlah banyak.”

"Contohnya, matahari dengan sinarnya yang menghangatkan, karena setiap hari kita dapatkan tanpa harus berdoa dan meminta, Allah ï·» sudah setting, bagaimana setiap harinya mentari menghangatkan permukaan bumi," ujarnya.

Lalu ia mencontohkan lagi, manusia tidak lagi merasa bahwasanya cahaya matahari yang ada di depan dan belakang rumah akan menghangatkan setelah dinginnya malam, merupakan bagian dari kenikmatan. 

"Namun, biasanya akan terasa kenikmatannya ketika berhari-hari mendung dan tidak ada sinar matahari, barulah manusia akan merasakan kenikmatan kehangatan mentari," ucapnya.

Ia menyatakan, bahwa hal demikian harus menjadikan manusia betul-betul berusaha menjadi hamba yang bersyukur, yang salah bukanlah apa yang diperoleh orang lain, tetapi yang salah adalah ketika seseorang kurang mensyukuri apa yang telah Allah ï·» berikan kepadanya.

"Orang lain tampak bahagia, bukan karena mereka lebih banyak nikmatnya daripada kita, tetapi karena mereka lebih mampu bersyukur atas apa yang Allah ï·» berikan pada kehidupan mereka," tegasnya.

Ia mengingatkan, hanya kepada Allah SWT manusia bersyukur dan menggantungkan segala urusan kehidupannya. "Semoga Allah SWT senantiasa memberikan keberkahan dalam setiap kehidupan kita," tutupnya.[] Nurmilati
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments