Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Rajab 1443 Hijriah, Pengamat: Hanya Khilafahlah yang Pantas dan Layak untuk Menjaga Kehidupan Dunia

sumber foto: al-waie.id

TintaSiyasi.com -- Memperingati 101 tahun ketiadaan khilafah di bulan Rajab 1443 Hijriah, Pengamat Hubungan Internasional Budi Mulyana menegaskan bahwa hanya khilafahlah yang pantas dan layak untuk menjaga kehidupan dunia.

"Hanya khilafahlah yang pantas dan layak untuk menjaga kehidupan dunia ini. Memanusiakan manusia sesuai dengan fitrahnya," ujarnya kepada TintaSiyasi.com, Rabu (23/2/2022).

Ia menerangkan, National Intelligence Council (NIC) tahun 2021 telah mengeluarkan buku Global Trend 2040, bahwa kelak dunia berada dalam ketidakpastian (uncertainty). Bahkan, disebut bahwa pada tahun tersebut kondisi dunia adalah a more contested world (penuh dengan persaingan).

"Walaupun NIC masih jumawa bahwa kapitalisme global masih digjaya, namun dalam prediksinya senantiasa menyelipkan potensi ancaman, yang menunjukkan bahwa ada titik lemah dari ideologi yang sedang manggung ini," terangnya.

Ia melanjutkan, indikasi kelemahannya sebenarnya sudah sedemikian nyata. Berbagai krisis yang terjadi di zaman modern, katanya, terutama krisis nilai kemanusiaan, moralitas, bahkan menjaga eksistensi manusia sebagai makhluk mulia, semua bermuara dari kecacatan ideologi kapitalisme yang rusak dan merusak.

"101 tahun Hijriah runtuhnya Khilafah Islam, mengingatkan bahwa sebenarnya ada sistem kenegaraan yang dapat menjadi lawan dan alternatif dari kapitalisme yang sekuler dan mengedepankan hawa nafsu. Itulah sistem Islam, Khilafah Islam. Yang bagi yang mempelajari sejarah keberadaannya, mempelajari konsepsi idealitasnya, semestinya hanya khilafah yang mampu menjaga alam berdasarkan keberadaan manusia sebagai khalifah fil ardh," lanjutnya.

Peran Intelektual Muslim

Menurutnya, penting untuk membangun kesadaran umat tentang dua hal. Pertama, membangun kesadaran tentang buruk dan merusaknya peradaban kapitalisme. Kedua, membangun kesadaran tentang baik dan indahnya peradaban Islam.

"Peran intelektual sebagai lokomotif pengetahuan adalah semakin gencar, turun ke masyarakat untuk membangun kesadaran ini. Dengan bekal pengetahuan yang dimilikinya. Baik pengetahuan faktual, maupun pengetahuan tasyri’iy, wallahu'alam," pungkasnya.[] Nabila Zidane

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments