TintaSiyasi.com -- Pakar Maritim dan Kelautan Prof. Widi Agoes Pratikto, pH D mengatakan, terkait pembangunan ibu kota negara (IKN) tidak bisa seenaknya sendiri.
"Saya lebih ke prosedur, IKN itu tidak bisa serta merta sak karepe (seenaknya) Presiden, IKN dalam aspek pertahanan, lha ini dari panglima TNI ada stafnya yang menyampaikan, kalau ada perintah akan menganalisis, artinya kan belum dianalisis itu Pak Slamet," tuturnya dalam live diskusi Focus Group Discussion ke-43 Pusat Kajian dan Analisis Data (PKAD): IKN, Kenapa Harus Ditolak? Sabtu (29/01/2022) di YouTube Pusat Kajian dan Analisis Data.
"Ini kalau pakai bahasanya Pak Andang grusa-grusu itu, saya kembali ke pokok ke bahasan, mestinya komprehensif, ini ibu kota, kedua, dari perspektif jangka panjang, Indonesia itu very-very poor, dalam kondisi terpuruk. Nah, ini yang seharusnya jadi perhatian kita. Ketika prosedur itu tidak betul, satu waktu 42 hari tiba-tiba selesai, yang kedua kalau jalannya itu milik ibu kota, harus jalannya itu lewat MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat)," bebernya.
Prof. Widi Agoes Pratikno selaku akademisi dan mantan birokrat mengungkapkan, semasa menjabat hingga tahun 2019 di Asia Pasifik bersama Amerika Serikat dan Australia, menjadi catatan berkaitan dengan pemindahan ibu kota di Penajam Paser Utara provinsi Kalimantan Timur.
"Jadi bagaimana pembangunan kota baru? Kita ngomong kota baru dulu sebelum ibu kota," katanya.
Prof. Widi, sapaan akrabnya, menyampaikan, antara kota dan ibu kota berbeda peran dan fungsi. Berbicara soal kota dan ibu kota, apalagi ibu kota maka masalah legal itu harus diselesaikan, katanya. Menurut dia, legal bukan hanya dari undang-undang IKN saja, tapi legal yang dimaksud termasuk perspektif pendanaan. Di wilayahnya itu apakah legal framework sudah dicanangkan atau diberikan, dan apakah masyarakat di sana terlindungi dan lain sebagainya, tanya dia.
Prof. Widi juga mengemukakan, apakah seluruh kota-kota di wilayahnya itu juga mendukung, kemudian life over Jakarta itu bagaimana. Sehingga jangan sampai kanibal. Kanibal yang dimaksud seperti Jakarta dibabati atau pun dijual. Menurut Prof. Widi ini yang harus dilihat.
Persoalan lain adalah terkait dengan persiapan sosiologis. Prof. Widi menyampaikan seorang profesor dari Singapura yang dia juga sebenarnya adalah orang Indonesia, mengurai habis perkara sosiologis di naskah akademik yang berkaitan dengan pembangunan IKN. Menurut profesor dari Singapura tersebut, naskah akademiknya sangat jelek.
Kemudian pembahasan selanjutnya adalah masalah pemetaan situasi di sana dan aspek geologi serta geografi. Prof. Widi mempergunakan referensi dari Andang Bachtiar yang pada bulan April 2021 lalu dia ikuti di Universitas Mulawarman. Juga perlunya pembahasan dari segi daya dukung ekonomi yang nantinya akan diurai, itu bukan perspektif ibu kotanya saja.[] HN
0 Comments