TintaSiyasi.com -- Cendekiawan Muslim Ustaz Muhammad Ismail, M.M. mengungkapkan faktor internal dan eksternal kekalahan khilafah oleh antek Barat. “Ketinggian Islam bersifat dinamis. Secara faktual dia bisa tinggi, tetapi kemudian bisa juga jatuh. Kenapa itu bisa? Ada dua faktor selalu, pertama internal, yang kedua eksternal,” tuturnya dalam acara Ekspo Rajab 1443 H Collaboration Talkshow bertajuk Ambruknya Kapitalisme, Tegaknya Peradaban Islam, Ahad (27/02/2022) secara daring di EkspoRajab.com.
“Faktor internal, memang peradaban Islam pada masa itu mulai ada kelemahan di dalam diri umat Islam. Terpesona dengan peradaban lain dan sumber-sumber hukum lain dari Eropa serta terpesona pada kehidupan dunia dan hedonistik,” ungkapnya.
Tidak lagi fokus kepada visi misi tegak dan tugasnya khilafah, yaitu menyatukan umat Islam, melaksanakan syariah secara kaffah, menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan jihad,” ungkapnya.
Ustaz Ismail mengatakan, khilafah tidak lagi fokus kepada visi misi tegak dan tugasnya, yaitu menyatukan umat Islam, melaksanakan syariah secara kaffah, menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan jihad. Umat terlena dengan apa yang ada pada masa itu dan para pemimpinnya bergelimang dalam kemewahan dan sebagainya.
“Faktor eksternal, memang Islam dari awalnya selalu berhadapan dengan musuh. Mereka itu berupaya untuk bagaimana menghancurkan Islam. Karena itulah mereka berusaha keras untuk terus melemahkan,” ucapnya.
Ia mengisahkan, dalam buku sejarah, usaha pelemahan itu sudah dilakukan puluhan bahkan ratusan tahun sebelum itu. Mereka masuk dengan menyebarkan paham selain Islam. “Sampai akhirnya terjadi perseturuan politik yang luar biasa ketika Khilafah Utsmani terlibat dalam konflik regional pada Perang Dunia I,”
“Sampai akhirnya tidak bisa lagi mempertahankan eksistensinya. Secara eksternal ada kekuatan Inggris dengan antek-anteknya, terutama yang bergabung dengan Turki Muda. Khilafah kemudian diabolisi oleh Kemal Pasha,” kisahnya.
Dikatakannya, jika dihitung, Khilafah Utsmani sendiri berkuasa kurang lebih 400 - 500 tahun. Kalau digabungkan dengan khilafah sebelumnya, diperkirakan genap 1400 tahun. “Khilafah itu adikuasa pada masanya. Dia telah mencetak satu sejarah luar biasa peradaban agung. Peradaban Islam yang oleh para sejarawan disebut-sebut setidaknya 700 tahun.
“Tetapi kalau kita hitung semenjak disampaikan oleh Baginda Rasulullah sampai runtuhnya Khilafah Utsmani 1924, artinya bukan hanya 700 tahun tapi lebih dari tahun itu. Bahkan sampai 1400 tahun. Kegemilangannya telah dicatat oleh tinta sejarah luar biasa,” sebutnya.
Ustaz Ismail menyebut bahwa orang Yahudi saja menikmati masa keemasan itu di bawah Islam di Andalusia. “Tetapi begitulah sejarah, Allah Subhanahu wa Taala sendiri mengatakan " ÙˆَتِÙ„ْÙƒَ الْØ£َÙŠَّامُ Ù†ُدَاوِÙ„ُÙ‡َا بَÙŠْÙ†َ النَّاس, Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran)," nukilnya surah Ali Imran ayat 140.
“Peradaban itu ibarat sebuah produk. Dia muncul, kemudian berkembang, sampai pada masanya dia hancur atau berkuasa. Ketika dia tidak bisa melakukan atau mempertahankan keagungannya, kehebatannya, dia pasti declined,” tandasnya.[] Reni Tri Yuli Setiawati
0 Comments