TintaSiyasi.com -- Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY) mengingatkan, agar seorang Muslim senantiasa terikat dengan hukum syara, karena setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban.
"Setiap manusia pasti menginginkan menjadi ashabul yamin (golongan kanan), syaratnya hanya satu, yaitu ketika kita menjalani kehidupan di dunia dengan terikat kepada syariat Allah SWT, yaitu syariat Islam," ujar UIY, sapaan akrabnya, di YouTube Doyan Kajian yang bertajuk Konsekuensi Muslim Terikat dengan Hukum Syara, Selasa (24/11/2020).
Ia menjelaskan, makna terikat kepada syariat Allah SWT adalah di saat manusia betul-betul menjalankan kehidupan sesuai misi penciptaan manusia, yaitu untuk beribadah.
Kemudian UIY mengutip Al-Quran surah Adz-Dzariyat ayat 56, “وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ, ‘Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.’.”
"Apa itu ibadah? Imam Malik mengatakan, ibadah adalah taat kepada Allah SWT, tunduk kepada-Nya dan berpegang teguh kepada apa yang disyariatkan oleh Allah SWT di dalam agama-Nya," jelasnya.
Ia meringkas, Ibadah adalah ketika kita terikat kepada syariat Allah SWT (syariat Islam). "Apa makna terikat dengan syariat Islam? Yaitu, menjadikan Allah sebagai tolok ukur perbuatan atau miqyasul amal kita," ringkasnya.
“Jika syariah mengharamkan sesuatu, maka manusia juga wajib mengharamkannya dan meninggalkan segala keharaman tersebut. Begitupun jika syariah menghalalkan sesuatu, maka manusia wajib menghalalkannya, dan manusia melakukan apa saja yang dikatakan halal oleh syariah,” paparnya.
Ia menegaskan bahwa itulah esensi dari takwa, yaitu sikap seorang Muslim untuk tunduk setunduk-tunduknya kepada Allah SWT. “Dikatakan di dalam Al-Quran surah An-Nur ayat 51,
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ ٱلْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَقُولُوا۟ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ, ‘Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan, ‘Kami mendengar, dan kami patuh. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.’,” jelasnya.
"Sikap seorang Muslim di sana dikatakan dengan kalimat yang pendek yaitu sami'na wa aṭha'na kepada segenap perintah dan larangan Allah SWT, meski perintah itu sekilas tidak masuk akal, sebagaimana perintah Allah SWT kepada Nabi Nuh as untuk membangun bahtera di puncak bukit, kalau membangun kapal di tepi pantai masih masuk akal, lah ini di atas bukit," bebernya.
UIY melanjutkan, ada lagi perintah Allah SWT yang dianggap tidak nyambung dengan persoalan manusia sebagaimana perintah Allah SWT kepada Nabi Musa as, yakni perintah untuk memukulkan tongkat ke tepian laut.
"Apa hubungannya dengan persoalan yang sedang dialami oleh Musa yang ketika itu sedang dikejar oleh Firaun dan bala tentaranya, terpojok dia tepian Laut Merah, tidak ada jalan lain. Dia mundur, dia akan semakin dekat dengan Firaun dan bala tentaranya itu. Tetapi, kalau dia maju, dia akan tenggelam. Pada titik itulah Allah SWT memerintahkan untuk memukulkan tongkat itu ke tepian Laut Merah," lanjutnya.
Ia memberikan contoh lain, perintah Allah SWT yang sekilas terlihat kejam, sebagaimana perintah Allah SWT kepada Nabi Ibrahim as untuk menyembelih anaknya Ismail. Seorang putra yang sudah lama sekali dinantikan dan akhirnya dia mendapatkannya dan begitu sayangnya dia dengan putranya yang mulai tumbuh dewasa, tetapi di titik tersebut justru datang perintah Allah SWT untuk menyembelih kekasih hatinya.
"Tetapi, inilah takwa. Mereka melaksanakan perintah itu dengan sepenuhnya, kenapa? Karena, mereka yakin seyakin-yakinnya bahwa Allah SWT tidak mungkin menzalimi hamba-Nya dan yakin bahwa perintah Allah SWT itu baik buat hamba-Nya. Maka, mereka laksanakan," yakinnya.
Ia meyakinkan, lantaran keimanan kepada Allah SWT, maka dilaksanakanlah oleh Nabi Nuh as membangun kapal di puncak bukit. Dipukulkanlah tongkat Nabi Musa as ke Laut Merah dan begitu juga dengan Nabi Ibrahim as tidak kalah hebatnya, rela menyembelih putranya Ismail.
"Inilah takwa yang harus kita wujudkan dalam kehidupan kita. Kita harus menjadi hamba Allah SWT yang benar-benar bertakwa kepada-Nya. Karena ini adalah taruhan kita dihadapan Allah SWT yang akan menentukan tinggi rendahnya derajat kita dihadapan Allah SWT. Dan kesempatan untuk kita meraih takwa itu hanyalah pada saat kita hidup di dunia," pungkasnya.[] Nabila Zidane
0 Comments